Chp #33

3.5K 411 98
                                    

Setelah penjelasan Samuel mengenai PTSD yang kemungkinan ia derita, Athalla tak lagi bisa membiarkan Ananta berada di sana. Dan dengan sedikit paksaan, Athalla membawa Ananta pergi dari rumah sakit secara diam-diam. Bermodalkan obat bius yang ia curi dari ruang kerja Samuel cukup mempermudah aksi Athalla.

Tangannya bergetar mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Membelah sunyinya malam dibawah guyuran hujan yang tipis. Sesekali Athalla melirik kesisi samping, dimana sang adik tampak damai dalam pejamnya. Untung saja dalam mobilnya ada selimut yang bisa melindungi tubuh kecil itu dari dinginnya AC mobilnya.

Satu jam sudah perjalanan ia tempuh. Yang pasti bukan rumah tujuan Athalla kini. Karna bisa saja orang-orang itu akan merebut Ananta kembali darinya. Meskipun test DNA yang ia ajukan kepada Samuel belum terlaksana, terpenting adalah Ananta memang adik kandungnya. Test DNA hanya sebagai penguat saja.

"Eughh... " tubuh kecil itu menggeliat pelan. Merasakan linu disetiap sudut bagian tubuhnya.

"Ananta." Athalla sedikit kaget.

Dia pikir efek obat biusnya akan bertahan sampai ia tiba di tujuan. Namun nyatanya dipertengahan jalan bocah itu sudah melenguh. Perlahan mengerjapkan matanya memperhatikan sekitarnya.

"Eugh ... dimana?" tanyanya mengucek kedua matanya lalu melirik kesamping.

"Bang Thalla?" Athalla hanya tersenyum sekilas. Sedikit menaikkan kecepatan mobilnya.

"Kita mau kemana? Bapak mana? Galang mana?"

"Kita pergi dari sana. Kita mulai semuanya dari awal. Abang janji enggak akan tinggalin kamu lagi. Kita bahagia sama-sama ditempat yang baru. Oke ..." ucap Athalla berusaha memberi pengertian.

"Enggak. Aku mau sama, Bapak." Athalla menghiraukan rengekan itu. Sebentar lagi sampai. Athalla hanya perlu fokus ke jalanan sebelum Ananta melakukan tindakan diluar nalarnya.

Ckittt....

Rem mobilnya berbunyi cukup keras karna berhenti mendadak. Tepat didepan rumah bernuansa klasik namun mewah itu Athalla berlabuh. Keluar dari mobil lalu melangkah dengan cepat. Membiarkan Ananta sementara terkunci di dalam sana.

"Buka! Bang Thalla buka!!!" teriak Ananta histeris dan memukul-mukul kaca pada pintu mobil merah itu.

Athalla bergegas mengunci pagar rumah itu. Itu rumah neneknya dulu. Hanya Athalla yang tau letak rumah ini karna memang dulu jarang sekali mereka berlibur kesini. Hanya di hari-hari besar saja mereka berkunjung namun Athalla masih mengingatnya.

Athalla kembali menghampiri mobilnya. Membuka pintu dan segera mencengkran kuat pergelangan Ananta. Sungguh Athalla takut sang adik pergi darinya lagi.

"Lepasin, Bang. Sakit!" rintih Ananta. Dirinya di seret masuk ke dalam rumah dengan paksa dan Athalla seolah tuli.

"Akhh!" Ananta tersungkur begitu saja saat langkahnya tak lagi mampu mengimbangi langkah besar Athalla.

Membuat Athalla mau tidak mau berhenti dan melepaskan cengkramannya.

"Kamu enggak apa-apa?"

"Aku mau pulang." rengeknya lagi. Kali ini suara lirih membuat ngilu hati Athalla. Namun bukannya melunak Athalla justru memuntahkan amarahnya.

"Sebenarnya apa kelebihan mereka semua sampai kamu mau terus merengek untuk tetap tinggal sama mereka? Abang ini kakak kandung kamu. Kita lahir dari rahim yang sama. Apa kamu lupa juga tentang itu semua?! Ha?" tangannya kuat mencengkram bahu kecil Ananta. Menambah isakan Ananta yang makin merasa ketakutan.

Parashit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang