Untung saja Sam dengan cepat menarik paksa Athalla ke ruangannya. Kalau tidak, Athalla pasti sudah pergi sebelum Samuel sempat membicarakan sesuatu dengannya.
"Lo mau apa sih?!" Athalla menyentak cengkraman erat tangan Samuel yang terus menyeretnya.
"Gue cuma mau ngomong sebentar."
"Soal apa? Bocah itu? Enggak! Gue udah gak peduli sama Ananta mulai malam itu. Lebih baik gue pulang, Galang gue tinggal di rumah sendirian demi lo."
"Jadi lo gak ikhlas nolongin gue? Padahal gue selama ini gak pernah ngeluh kalo lo repotin"
"Bukan itu maksud gue, Sam-" Sam menyela Athalla. Menahan tubuh Athalla supaya tak beranjak tiba-tiba.
"Stop. Gue gak peduli penjelasan lo soal itu. Gue cuma mau ngomong sebentar sama lo,"
Pada akhirnya Athalla menyerah. Tidak ada salahnya memberi sedikit waktunya untuk mendengarkan Samuel-sahabatnya. "Oke. Lo mau ngomong apa?"
"Tadi gue ketemu sama Om Hendra."
Athalla mengalihkan pandangnya cepat. Menelisik lebih dalam seberapa jauh Samuel masuk kedalam dunianya saat ini. Membentangkan hening yang rasanya amat menegangkan.
"Dia dipenjara karna kasus pembunuhan berantai," sambung Samuel.
Setelah mendapatkan adiknya kembali, Athalla memang menjauh dan tak mau tahu lagi tentang Hendra dan lainnya. Athalla rasa kebahagiannya sudah cukup lengkap, meski rumpang di batinnya tak mampu terisi lagi. Rusuknya masih ada yang belum lengkap. Meski kehidupannya sudah terbilang sempurna.
Sebenarnya semua penjelasan Hendra kala itu belumlah cukup bagi Athalla. Merasa ada yang salah setiap hatinya bersorak gembira atas kembalinya sang adik di kehidupannya. Tapi memang ada yang berbeda pada dirinya.
"La, lo tau? Yang kita antar ke UGD tadi? Ananta?..." menarik bahu Athalla dan mencengkramnya kuat. "Dia adik lo... Dia Gian."
Athalla dengan kasar menepis tangan Samuel dari pundaknya. "Gak usah bercanda, jelas-jelas adik gue ada di rumah. Maksud lo apa?"
"La, dengerin gue dulu ... Gue emang belum punya bukti tentang ini semua. Tapi gue yakin kalo lo itu salah. Adik lo bukan Galang tapi Ananta."
"Apa yang ngebuat lo yakin kalo Ananta itu adik gue?"
"Lo gak ngrasain sesuatu yang aneh waktu Ananta peluk lo tadi di motor? Lo gak bisa ngrasain kesakitannya dia? Harusnya lo yang punya darah sama bisa ngrasain hal itu."
Benar, nyaman itu berbeda. Pelukan nya memang jauh lebih menenangkan daripada pelukan Galang. Tapi apa itu bisa di jadikan patokan bahwa mereka sekandung?
"Gue emang ngrasa nyaman tapi ... Bukannya sekandungpun gak menjamin rasa nyaman yang sesungguhnya?"
"Maksud lo?"
"Gue emang ngrasa nyaman tiap di peluk Ananta. Itu sebabnya dulu gue sempat penasaran sama bocah itu dan akhirnya masuk ke kehidupannya. Tapi setelah dicerna kembali gue rasa Ananta hanya menjadi penghubung gue buat kembali sama adik kandung gue. Dan lihat sekarang, gue udah bahagia."
Jika saja membenturkan kepala seseorang kedinding tak akan meninggalkan luka, Samuel pasti akan melakukannya saat ini juga kepada Athalla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Parashit!
Teen FictionUp ulang "Kapan aku bahagia?" "Setelah kamu mati. Kebahagiaanmu menanti diujung sana." ®Sugarcofeee