Chp #35

3.6K 373 150
                                    

Dalam pejam, Ananta terus bergumam tak jelas. Seperti sedang kesakitan, bibir pucat membiru itu terus merintih tak henti-hentinya. Membuat akal pikir Athalla seketika tak tentu arah. Dengan langkah tergesa-gesa Athalla membawa tubuh lemas Ananta keluar dari persembunyiannya. Tanpa berniat memanggil dokter pribadinya untuk datang ke rumah, yang Athalla pikirkan sekarang adalah membawa Ananta ke rumah sakit.


Galang yang ada di ruangan tengah langsung tersentak kaget saat tiba-tiba Athalla keluar dengan sedikit membanting pintu kamar. Ia hendak mendekat dan menanyakan apa yang terjadi pada Ananta. Akan tetapi langkahnya tertahan. Galang hanya mampu beranjak satu langkah, mengingat dirinya di rumah ini sebenarnya tak pernah di anggap berarti lagi. Dia hanya orang asing dan Athalla telah memperingatinya berkali-kali.

Saat Athalla membuka pintu utama rumah itu, Galang baru berani beranjak. Namun lagi-lagi langkahnya tertahan hanya sampai di ambang pintu utama. Menyaksikan dari jauh kekacauan Athalla yang khawatir dengan kondisi adik kandungnya.

"Ananta!!!"

Suara itu mengejutkan Athalla. Mengalihkan atensi Athalla yang langsung menautkan kedua alis tebalnya. Sosok wanita cantik tampak berlari terburu-buru kearahnya. Menerobos gerbang pagar rumah yang tak terkunci dan mendekatinya.

"Kenapa, Ananta?" tanya Olive panik.

Wajah Ananta pucat, tak ada rona sama sekali. Tubuhnya terbungkus selimut tipis dan terlihat tak terawat dengan baik.

"Athalla?" suara lainnya mengejutkan Athalla. Samuel datang setelah Olive.

Dan ...

"Sam," tentu saja Athalla terkejut. "Bagaimana bisa?"

Hanya dia yang tau alamat rumah ini, bahkan Samuel, sahabat kecilnya tak pernah ia ajak ke sini. Dan satu-satunya orang luar yang ia ajak ke sini hanya Galang. Selebihnya tidak ada. Menyadari situasinya, segera saja Athalla menarik Ananta jauh dari belaian Olive. Membentang jarak seolah mereka berbahaya.

"Pergi kalian!"

"Tunggu, La, Ananta kenapa?" Samuel maju mendekat, setelah menarik tubuh sang istri untuk sedikit menjauh.

"Bukan urusan lo! Gue bilang pergi!"

Athalla cepat-cepat membawa tubuh Ananta masuk ke dalam mobil. Namun belum sukses menutup pintu, Samuel lebih dulu menarik tubuhnya paksa. Membawanya menyingkir dan mengisyaratkan Olive untuk membawa Ananta pergi.

"Lepasin gue, Sam!"

"Sayang, cepat!" komando Samuel pada sang istri.

Meski sedikit kesulitan, Olive akhirnya mampu membawa tubuh Ananta keluar dari dalam mobil. Membuka tali yang mengikat tangan Ananta dan menyeretnya. Olive membawa tubuh setengah sadar Ananta menjauh dari sana. Sialnya satu tarikan kasar dari arah samping membuat tubuh Ananta lepas dari genggamannya.

Galang.

Sosok yang sedari tadi diam di ambang pintu pada akhirnya mendekat. Menepis tangan Olive yang mencengkram bahu Ananta kuat. Menarik tubuh lemas itu beralih tangan padanya.

"Galang, kamu ..." Olive menjeda kalimatnya saat Galang yang tanpa ekspresi itu beralih begitu saja tanpa menghiraukan dirinya yang terkejut.

Samuel dan Olive baru menyadari akan keberadaan Galang di sekitar mereka. Dan membawa tubuh Ananta masuk kembali kedalam rumah seolah rumah itu tak memiliki pagar bagi dirinya. Mungkinkah Galang tinggal satu atap dengan Athalla dan juga Ananta? Tapi bukankah Athalla membenci Galang karna telah membohonginya?

Kedua atensi sepasang suami istri itu pun beralih menatap nyalang Athalla. Menuntut penjelasan atas apa yang telah terjadi selama mereka menghilang. Dan ada apa dengan Ananta.

"Kenapa bisa ada Galang di sini?" Samuel yang menuntut penjelasan. Sedangkan Olive lebih memilih menyusul Galang yang merebut Ananta darinya.

"Gue bilang, bukan urusan lo!"

"Tentu jadi urusan gue karna ini menyangkut Ananta."

"Peduli apa lo sama Ananta. Dia adik gue! Dia hak gue dan elo cuma orang lain di kehidupan dia!"

"Gue yang lebih dulu tahu Ananta. Dan kalo lo lupa, gue orang yang pertama kali sadar kalo Ananta itu adik kandung elo! Bukan si Galang. Justru elo orang lain dalam kehidupan Ananta. Lo gak pantes disebut sebagai seorang kakak!"

Melempar tubuh Athalla begitu saja dan berlalu menyusul Ananta. Membiarkan Athalla yang meringis kesakitan sembari mengusap kedua lengan tangannya yang memerah sebab cengkraman Samuel yang cukup kuat.

Tanpa berkata sepatah katapun, Samuel berjalan tegas menuju ke dua orang yang masih saling berebut Ananta. Istrinya dan Galang. Dengan sekali dorongan, Samuel sukses menyingkirkan Galang dan merebut kembali Ananta. Menggendongnya dan berlalu tanpa berucap.

Cukup Olive pahami bahwa sang suami tengah mati-matian meredam emosinya. Mengikuti langkah cepat Samuel yang berlalu meninggalkan pekarangan rumah sang bedebah Athalla. Tapi tidak mudah bagi Galang membiarkan Samuel membawa Ananta pergi. Dengan tenaga yang ia miliki, Galang berlari kembali menyusul Samuel.

"Tunggu! Kak Sam mau bawa Ananta kemana?"

"Apa urusan kamu! Kamu cuma benalu di sini, jangan pernah ikut campur!" Samuel menepis kasar tangang Galang yang menahannya.

"Kak Sam juga orang lain di sini. Kak Sam juga bukan siapa-siapa Ananta! Jadi Kak Sam enggak punya wewenang buat ambil Ananta dari Bang Athalla!" seru Galang menantang.

"Kamu mau apa? Kasih sayang? Harta? Atau rumah? Kak Sam kasih, asal jangan jadi pengemis di depan semua orang, Gal. Terlebih lagi pada Athalla. Kamu sudah tahu dia memperlakukan Ananta salah, tapi kamu diam? Apa itu namanya? Kamu mau Ananta mati perlahan di tangan abangnya sendiri?"

Galang mengepalkan tangannya kuat. Tak mampu lagi mengelak, Galang harus bisa menunduk. Dia terlalu menyayangi Athalla sampai tak mau dirinya jauh dari Athalla. Semua berubah menjadi buta di jalan yang salah.

Samuel berlalu, menggendong Ananta menuju ke mobilnya. Sedangkan dua orang di sana membeku di tempat dengan Athalla yang menggelepar di samping mobilnya. Menangis tersedu berkat kalimat yang Samuel lontarkan barusan.

"Tapi kenapa kamu diam? Kamu mau Ananta mati perlahan di tangan abangnya sendiri?"

Athalla menarik rambutnya sendiri. Bersandar pada pintu mobil, merenungi perilakunya selama ini. Dia menahan Ananta dengan cara yang salah. Benar kata Samuel, dirinya salah. Bukannya bersama, Athalla malah merentangkan jarak yang mungkin akan sukar untuk ia pangkas. Setelah ini mungkin Ananta akan takut kepadanya.

Hentakan kaki berhenti tepat di sampingnya. Athalla mengendurkan cengkraman pada rambutnya. Mencoba memeriksa siapa yang ada di sampingnya saat rapuh.

"Bang, Gal-" Kalimat Galang terjeda.

Athalla tiba-tiba meluruhkan tubuhnya dalam pelukan Galang. Berimajinasi bahwa itu sosok Gian yang ia dekap. Malam menjadi sendu. Khawatir yang belum sepenuhnya luruh menjadi makin bergemuruh. Athalla lemah saat itu juga.

"Bang-"

"Gian." suara Athalla serak.

"Aku di sini, Bang" Galang mengusap punggung gemetar itu. Menciptakan nyaman yang selalu ia rindukan.

"Jangan tinggalin, Abang"

"Iya, aku janji enggak akan ninggalin, Abang. Sampai kapanpun."

Athalla sadar, kalau itu bukan adik kandungnya yang berucap demikian, tapi itu cukup membuatnya tenang dan merasakan sedikit harapan. Meski jarak harapannya masih abu-abu untuk ia lalui.

03 - April - 2020

Parashit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang