Athalla menahan pegawainya yang berusaha mengusir kedua bocah malang itu. Dengan isyarat mata Athalla seolah berbicara pada pegawainya itu. Tak berniat melawan, pegawai itu memundurkan langkahnya dan membiarkan Athalla masuk kedalam gudang itu.
"Dia adik kamu?" tanya Athalla begitu tenang. Dia berjongkok tepat ditempat keduanya bersimpuh.
Athalla beralih mengamati wajah pias itu. Pejamnya mengingatkannya pada sosok kecil di kehidupannya yang lama menghilang. Tangannya bergerak menjamah wajah anak itu. Panas, memang panas sekali suhu tubuh anak itu.
"Kalian tidur disini semalam?"
Galang mengangguk. Raut wajahnya begitu kentar khawatir. Athalla mengulas senyum, "sepertinya udara dingin membuat adik mu demam. Kalau kamu engak keberatan, izinkan saya membawa adikmu kerumah sakit,"
Bukan tawaran yang menakutkan. Ananta butuh pertolongan. Dan sosok ini pasti hadir menjadi malaikat untuk mereka berdua. Galang mengangguk. "Tapi saya ikut" serunya.
Athalla mengangguk. Segera saja Athalla mengangkat tubuh kecil itu. Membopongnya pergi dari tempat kotor itu. Saat melangkah melewati pegawainya, Athalla menyempatkan berhenti.
"Kita urus ini lain kali saja. Tolong handle pekerjaan saya sebentar, saya antar anak ini kerumah sakit dulu" pegawai itu mengangguk. Dan Athalla segera membawa kedua anak ini menuju dimana mobilnya terparkir.Didalam mobil yang Athalla kemudikan itu, Galang tampak bergumam memohon untuk adik kecilnya tetap bertahan. Sedang pias wajah anak satunya itu tampak begitu lemah.
"Kalau saya boleh tahu, nama kalian siapa?" tanya Athalla memecah keheningan.
Galang mengangkat pandangnya. "Nama saya Galang."
"Adikmu?"
"Dia Ananta,"
Athalla hanya ber'oh ria dibalik kemudi. "Nama Abang, Athalla"
"Kalian bisa panggil saya Bang Thalla"
Panggilan yang dari dulu ia harapkan dari bibir adik kecilnya, Gian.
"Makasih, Bang Thalla udah mau nolong saya sama Nanta" tulus Galang.
"Enggak usah sungkan"
Beberapa menit berlalu hingga akhirnya mobil itu terparkir dihalaman rumah sakit. Segera saja Athalla kembali membopong tubuh Ananta menuju kedalam rumah sakit.
"Tolong suster!" teriak Athalla. Beberapa suster datang dengan brangkar dan kemudian Athalla meletakkan tubuh Ananta diatasnya. Setelahnya, Athalla membiarkan petugas medis membawa tubuh kecil itu kedalam ruangan UGD dan menahan langkah Galang.
"Kita tunggu disini. Adikmu pasti baik-baik saja"
Galang menurut. Langkahnya dibawa Athalla kejejeran bangku depan ruangan itu. Sunyi. Meski tempat itu ramai pengunjung, tapi bagi Galang begitu menakutkan.
Athalla paham ketakutan anak itu. Tangannya bergerak mengusap punggung Galang.
"Umur kamu berapa?" tanya Athalla.
"16 tahun"
"Kalau adikmu?"
"Kita cuma beda setahun. Dia bukan adik kandungku" Galang menundukkan kepalanya. Meremat jari-jari tangannya yang bertautan.
"Adik tiri?"
Galang menggeleng. "Lalu?" sambung Athalla.
"Kami cuma anak jalanan. Kita berteman dari kecil. Ananta sudah aku anggap adik sendiri"
"Lalu, kalian tinggal dimana?"
Galang diam. Tak berniat menjawab. Merasa sudah kelewat bertanya lebih Athalla merasa tidak enak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Parashit!
Teen FictionUp ulang "Kapan aku bahagia?" "Setelah kamu mati. Kebahagiaanmu menanti diujung sana." ®Sugarcofeee