Chp #21

3K 350 102
                                    

Tepat pada pukul 12 siang sosok yang terbaring di atas kasur itu terbangun dari tidurnya. Mengerjapkan mata beberapa kali guna menetralkan cahaya yang masuk ke retina. Pening dikepala langsung menyambut. Perih di punggung tangan menarik perhatiannya. Galang mengangkat tangan kirinya yang sudah tertusuk jarum dan tersambung dengan infus yang menggantung disebelah ranjang.


Galang menegakkan tubuh dan mencoba mengingat apa yang telah terjadi pada dirinya sampai berakhir seperti ini. Tiba-tiba tanpa sadar Galang menepuk dahinya dengan tangan yang terpasang infus. Efeknya tentu saja perih sampai Galang meringis kesakitan. Dia masih begitu ingat tempat terakhir kali dirinya berada. Didepan sebuah kelab malam. Dan Athalla memergokinya.

Untung saja malam itu Galang langsung tak sadarkan diri jadi dirinya tak perlu mendengarkan ocehan Athalla yang pastinya marah sekali kepadanya. Bagaimana tidak marah? Dia semalam mabuk. Galang menelisik keseluruh sudut kamar. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Athalla di sini.

Mungkin saja Athalla ke kantor, pikir Galang. Jadi dia masih mempunyai waktu untuk mengelak dari pertanyaan Athalla mengenai malam kemarin. Tetapi itu semua salah.

Pintu kamar itu terbuka disusul munculnya sosok tegap dengan celana pendek juga kaos rumahan. Itu Athalla.

"Udah bangun? Dari tadi?" tanya Athalla.

Galang masih diam dengan keterkejutannya. Memperhatikan Athalla yang bergerak santai mendekati meja belajarnya yang berada di pojok dekat jendela kamar.

"Kok ngelamun? Abang tanya, kamu udah dari tadi bangunnya?"

Galang mengerjapkan si kembar onixnya, mencoba fokus supaya tidak salah jika dilempari pertanyaan oleh Athalla.

"Baru aja bangun, Abang... Enggak ke kantor?"

"Cuti. Abang juga baru bangun tidur karna semalem gak bisa tidur gara-gara kamu." tajam mata Athalla langsung membekukan Galang di tempatnya.

Jari-jari tangannya bertautan satu sama lain, menyalurkan gugup yang mulai membuat jantungnya bekerja dua kali lebih cepat dari normalnya.

"Emm... Ma-ma...af, Bang," cicit Galang dengan menundukkan kepalanya. Tak mampu berlama-lama menatap tajam mata Athalla. Karna baru kali ini Galang melihat tajam mata itu.

Athalla membuang napasnya keras. Bergerak melangkah mendekati Galang dengan nampan berisi makanan ditangannya.

"Kamu masih ada hutang penjelasan tentang kejadian semalam ke Abang, tapi itu nanti. Sekarang kamu makan dulu dan minum obatnya," kata Athalla yang sudah duduk ditepian kasur.

"Buburnya dingin. Mau yang baru atau makan yang ini aja?" tanya Athalla yang menyodorkan semangkuk bubur.

"Nanti aja makannya Bang masih mual," rengek Galang.

"Mau cepet sembuh atau enggak? Semalem kamu muntah-muntah, pasti perutmu kosong sekarang. Cepat makan!" gertak Athalla. Masih ada nada tinggi tapi sebisa mungkin Athalla redam dengan lembut.

Galang mendongak, memberanikan diri kembali menatap wajah tampan sang kakak. "Abang marah ya?"

"Menurut kamu? Lihat kamu mabuk seperti semalam apa mungkin Abang bakalan biasa-biasa aja?"

Parashit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang