Chp #6

4.3K 341 8
                                    

Sepertinya baru kemarin, tapi nyatanya sudah seminggu ini Athalla dibuat kebingungan mencari keberadaan Ananta juga Galang. Dia pikir bocah-bocah itu akan kembali kegudang belakang kantornya lagi. Sebab itu Athalla tak pernah lupa berkunjung di tempat kotor itu sesekali.

"Bapak nyari apa?" seru seorang petugas kebersihan yang kebetulan menyapu disekitar sana.

Athalla menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal dan menunjukkan cengiran khasnya. "Itu, Pak, kemarin saya ketemu dua bocah kecil tidur disana"

"Maksud, Pak Thalla... Ananta? Anak pemulung itu?"

Binar Athalla kembali. "Bapak kenal?"
Pria paruh baya itu mengangguk. "Bocah itu sudah lama pakai gudang itu buat ngumpulin hasil mulungnya. Awalnya saya nglarang dia tapi lama-lama kasihan juga jadinya ya saya izinkan. Lagi pula tempat itu tidak pernah terpakai juga. Kalau Pak Thalla ngrasa keganggu biar nanti saya tegur bocah itu buat pergi dari sini"

"Tidak perlu, Pak. Jangan. Biarkan dia. Saya tidak keberatan anak itu menggunakan gudang itu, lagipula gudang itu memang tidak saya gunakan lagi."

Bapak itu mengangguk paham. Athalla memang seperti itu. Kharismanya makin terpancar selaras dengan tindakannya.

"Bapak, tahu dimana tempat tinggal Ananta?"

"Saya tidak tahu, Pak. Tapi saya sering ketemu dia di mushola gang belakang kantor ini. Biasanya anak itu sholat disana"

"Ahh... Baiklah, terima kasih, Pak" ujar Athalla yang langsung diberi hormat oleh salah satu pegawai kantornya itu.

Sementara Athalla melangkahkan kaki pergi dari tempat itu. Diliriknya arlogi hitam yang melingkar dipergelangan tangannya. 11.00. Masih satu jam lagi masuk waktu dzuhur. Athalla kembali keruangannya. Dia tidak boleh sampai melewatkan waktu sholat dzuhur kali ini.

Waktu berlalu begitu saja. Mengurus beberapa proposal membuat Athalla sampai lupa akan waktu. Dokumen-dokumen diatas mejanya selalu memakan waktunya banyak. Bersyukur ada suara adzan yang masuk ke rungunya. Sengaja Athalla membuka jendela ruangannya agar suara itu menggugah dirinya untuk lebih mendahulukan sholat daripada pekerjaannya.

Biasanya Athalla akan sholat diruangannya tapi untuk hari ini tujuannya bercabang dua, bukan hanya sekedar menunaikan kewajibannya sebagai umat muslim tapi juga untuk menemui Ananta.

Sejak pertama bertemu sosok kecil itu selalu mengisi sebagian ruang dalam otaknya. Entah karna apa yang jelas penjelasan dokter waktu itu cukup membuatnya khawatir dan juga kasian.

"Pak Thalla mau kemana?" seru sekretaris kantornya yang baru saja masuk kedalam ruangannya.

"Saya mau keluar sebentar,"

"Tapi ada proposal yang harus bapak cek terlebih dahulu, Pak?", wanita itu menyodorkan proposal bermap putih kehadapannya.

"Letakkan saja diatas meja. Sudah masuk jam sholat dzuhur, saya sholat dulu"

"Biasanya bapak sholat disini?"

"Ada hal lain yang harus saya selesaikan diluar"

"Baik, Pak"

Athalla bergegas keluar dari ruangannya, meninggalkan sang sekretaris yang tak lama juga keluar dari sana.

Untuk beberapa orang melihat sosok Athalla yang berpakaian rapi dan terlihat berwibawa tentu saja mengundang rasa heran bercampur kagum.

"Loh itu kan bos perusahaan batu bara itu kan? Yang kantor depan gang itu?"

"He'em. Ngapain dia kesini?"

Parashit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang