[s2] 4.2 jeno's position

2.4K 209 85
                                    

"Can I hug you?"

Jira terdiam ketika Mark menanyakan pertanyaan itu.

"Ah sorry, aku seharusnya—" Kini malah Mark yang terdiam karena Jira yang tiba-tiba memeluknya.

Jira merindukan momen ini, memeluk Mark dengan erat. Sebuah pelukan hangat dari seseorang yang sangat berharga untuknya. Pelukan yang begitu hangat sampai bisa menyembuhkan Jira ketika alergi dinginnya menyerang. Hanya Mark yang bisa melakukannya.

Hebatnya kali ini Jira tidak menangis, melainkan tersenyum merasakan hangatnya pelukan seorang Mark.

"Wangi kamu masih sama, aku selalu suka nyiumin wangi kamu kalo lagi meluk kamu kayak gini.." Ucap Jira di dalam pelukan Mark. Namun pria itu tidak mengatakan apapun dan terdiam.

Jira melepaskan pelukannya, kemudian menatap Mark yang kini menunduk. Lantas ia angkat dagu pria itu.

"Loh kok nangis!?" Pekiknya.

Memang, Jira tidak menangis, tapi malah Mark yang menangis. Pantas saja pria itu terdiam sedaritadi.

Mark tertawa sambil mengusap air matanya. "Gak tau, aku kayak berdosa banget sama kamu"

"Gak papa, tau. Aku selalu maafin kamu.."

"Thank you, Ra, kamu emang wanita terbaik dari yang terbaik"

Setelah Mark berkata seperti itu ternyata wahana Dunia Lain ini sudah selesai. Saat keduanya berjalan keluar, Mark menahan tangan Jira agar menatapnya.

"Ra,"

"Apa?"

"Aku masih ganteng gak?"

Jira tertawa, rupanya Mark mengkhawatirkan penampilannya setelah menangis tadi.

——

Mark dan Jira masih berada di Trans Studio, kini keduanya sedang menunggu pesanan mereka datang. Padahal Jira sudah bilang jika dirinya belum lapar, namun Mark bersikukuh untuk mengajaknya makan lagi dengan alasan tidak ingin Jira lemas.

Sebenarnya, dari beberapa menit yang lalu kepala Jira terasa sakit. Bahkan saat keduanya berjalan tadi, ia beberapa kali hampir terjatuh jika Mark tidak menahannya.

Tentu saja Mark khawatir, namun Jira bilang ia baik-baik saja karena ia pun tak tahu kepalanya sakit karena apa. Bisa saja karena menaiki beberapa wahana yang lumayan ekstrim.

"Kamu gak ada kepikiran mau pindah ke sini lagi gitu Ra?" Tanya Mark tiba-tiba.

Jira yang sedang memijit pelipisnya dibuat bingung mendapat pertanyaan seperti itu. "Emangnya kenapa?"

"Aku masih kangen kamu soalnya" Jawab Mark enteng.

Entah mengapa, namun Jira merasa Mark semakin frontal dalam memberitahukan perasaannya pada Jira seharian ini.

"Sebenernya aku juga lebih nyaman di sini daripada di Sydney, tapi gimana lagi, aku gak yakin bisa hidup sendiri dalam waktu lama"

"Kan ada—"

Mark memberhentikan kalimatnya ketika hp Jira bergetar dan memperlihatkan nama seseorang.

jeno😛❤️
Whatsapp voice call..

Jira terdiam sebentar, lalu melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul setengah tujuh malam.

"Mampus.." Gumam Jira.

you, you, youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang