[s2] 5.7 suatu tempat

1.7K 226 127
                                    

hai kaget ga aku update? ngga ya:(

——

Mark terduduk di hadapan Mama Jeno setelah salam pada wanita baya itu. Keduanya menunggu Jira yang sedang mengambil minum.

"Yeri kapan lahiran, Mark?" Tanya Mama Jeno yang sedikit membuat Mark terkejut.

Mark tersenyum, berusaha menutupi masalahnya dengan Yeri. "Kurang lebih, tiga bulan lagi, Tan.."

Mama Jeno mengangguk-ngangguk, bersamaan dengan Jira yang datang dengan nampan di tangannya.

"Jadi Tante mau ngobrolin apa sama aku?" Tanyanya sambil duduk di sebelah Mark.

"Jira sayang sama Jeno?"

Jira melirik Mark sebentar, kemudian mengangguk pelan.

Setelah menyesap teh, Mama Jeno meraih tangan kiri Jira untuk ia genggam. "Tante mewakili Jeno, mau minta maaf sama Jira.."

Dahi Jira berkerut, bingung dengan ucapan tersebut yang mirip dengan ucapan Yeri saat itu.

"Tante kok ngomong gitu? Emangnya Jeno kenapa?"

Wanita di depannya itu tersenyum, lalu menatap Jira dan Mark bergantian. "Tante mau ajak kalian ketemu Jeno, boleh?"

"Jeno masih di Bandung, Tan?"

"Iya.. ayo berangkat sekarang"

Mark dan Jira masih sama-sama bingung. Ada apa dengan Jeno? Pikir mereka.

——

Dari awal Jira masuk ke dalam mobil Mark, feeling-nya sudah tidak enak, bahkan sampai tangannya berkeringat. Kemudian feeling-nya itu semakin tidak enak ketika mobil Mark berhenti di sebuah komplek.

"Tante beli bunga sama air dulu ya" Ucap Mama Jeno sambil membuka pintu mobil.

Mark menoleh, lalu menatap sendu wanitanya itu. "Aku.. bener-bener gak tau.." Ucapnya sambil menarik Jira ke dalam pelukannya.

Sementara itu Jira menaham tangisannya.

"Kita belum tau, Mark. Otak aku masih berusaha keras buat positive thinking meskipun semua ini udah jelas"

Tok tok tok

Setelah melepaskan pelukan, Mark dan Jira menoleh. Kemudian mereka mendapati Mama Jeno berdiri di depan pintu mobil sambil memegang satu keranjang yang berisi bunga dan beberapa botol air.

"Ayo, takut keburu ujan" Ucapnya.

Jira mengenggam erat tangan Mark selama keduanya berjalan di belakang Mama Jeno. Mark tahu, wanita itu sudah mulai lemas sekarang.

Kemudian Mark merasa badan Jira bergetar saat mereka sampai di depan gundukan tanah yang bertuliskan nama Jeno.

"Jeno..." Panggilnya lirih, bersamaan dengan air matanya yang turun deras.

Dengan cepat Mark memeluk Jira erat. Menenangkan sekaligus menunjukkan bahwa dirinya juga merasakan apa yang dirasakan Jira.

"Kalian harus ikhlasin Jeno ya, Jeno udah bahagia di sana.." Ucap Mama Jeno yang menatap Jira dengan tangisannya.

Jira menatapnya juga. "Jadi yang selama ini chat aku itu Tante?" Tanyanya yang kemudian diangguki Mama Jeno.

"Bisa-bisanya Tante nyembunyiin semuanya selama ini?!!"

"Maafin Tante, Jira.. Tante takut.."

Jira marah, mengapa beliau baru memberi tahu mereka sekarang? Mengapa beliau tega membiarkan Jira tidak tahu tentang ini?

you, you, youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang