Saat Jeno bertanya seperti itu, tentu saja Jira berpikiran bahwa Yeri sebenarnya tengah berbadan dua. Namun pikiran itu segera ia buang karena percaya Mark tidak akan mungkin seperti itu.
"Pingin boker kali Jen, udah yuk pulang"
——
Sabtu pagi ini Jira dan Jeno sama-sama sudah mandi, namun keduanya masih memakai pakaian rumah. Jira masih mempertimbangkan apakah ia akan datang ke pernikahan Mark dan Yeri atau tidak.
Jeno menyembulkan kepalanya di ambang pintu, kemudian tersenyum kala melihat Jira yang sedang melamun di pinggir kasur.
"Raa.." Panggilnya. Jira menoleh, "Hai!"
"Ayo sarapan dulu, Mama udah siapin. Nanti lagi mikirin dateng atau nggaknya"
Jira mengangguk, lalu mengikuti Jeno untuk sarapan bersama orang tuanya.
"Pagi, Jiraaa" Sapa Mama Jeno.
"Pagi, Tante, Om.."
Setelah itu keempatnya memulai acara sarapan pagi dengan obrolan-obrolan ringan tentang Jira dan Jeno.
"Hari ini nikahannya Mark temen kamu itu kan, Jen?" Tanya Mama Jeno tiba-tiba.
Jeno terdiam sebentar sambil menatap Jira yang juga menghentikan kegiatan makannya. Kemudian ia mengangguk. "Tapi kayaknya aku sama Jira gak akan ke sana deh" Ucapnya.
Jira menggeleng. "Kita harus dateng lah Jen, masa nggak dateng?"
——
Sebenarnya Jira juga tidak tahu ini benar atau tidak. Wanita itu hanya tidak ingin menyesal nantinya. Meskipun ia tahu hatinya akan teriris ketika melihat mereka, ia harus datang ke pernikahan Mark dan Yeri sekarang. Ia ingin bertemu Mark dan penasaran dengan reaksinya ketika bertemu dirinya.
Jira menatap pantulan dirinya di cermin. Ia cukup percaya diri dengan dress yang sedang ia pakai ini. Dress putih simpel yang hanya menutupi setengah pahanya.
Ia jadi teringat Mark yang selalu mengomentarinya ketika ia berpakaian cukup terbuka. Pria itu bilang jika hanya dirinyalah yang boleh melihat Jira berpakaian seperti itu.
Kemudian ia melirik Jeno yang juga sedang bersiap-siap di sebelahnya. Jeno terlihat memesona dengan black suit-nya.
Sebenarnya Jeno itu paket komplit. Pria itu sangat baik dan tampan. Namun sayang, hati Jira masih berpenghuni Mark yang sudah menjadi suami orang.
"Udah siap, sweetheart?"
"I'm readyyy!"
Setelah perjalanan yang cukup lama karena jarak yang juga cukup jauh, akhirnya Jira dan Jeno sudah sampai di parkiran gedung dimana pernikahan Mark sama Yeri dilangsungkan.
Sedari di jalan pun sebenarnya Jira gelisah. Bagaimana jika Mark benar-benar sudah melupakannya? Bagaimana jika gara-gara ia datang, Mark jadi membatalkan pernikahannya?— Tidak, yang ini tidak mungkin.
"Jeno.. aku takut.." Lirihnya sambil meremas clutch yang ia pegang.
Jeno tersenyum hangat, sampai kedua matanya juga ikut tersenyum. Lalu memeluk pinggang Jira dengan tangan kirinya dari pinggir.
"Aku tau sebenernya kamu pengen ke sini. Ayo, gak usah takut, ada aku" Ucapnya.
Ucapan Jeno itu bagaikan painkiller, membuat Jira tenang di keadaan seperti ini. Persis seperti Mark dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
you, you, you
Fanficc o m p l e t e d "Itu mah emang kamu born to be Mark's bucin!" Udah dijauhin, diselingkuhin bertaun-taun, terus akhirnya ditinggal nikah. Tapi Jira tetep aja sayang sama Mark. Lika-liku kehidupan Jira bersama teman oroknya, Mark. ⚠️ please do not c...