God know where you are
I’m here waiting for love through the screenSekali lagi, Lalisa memeriksa laman Igram milik Kwon Jiyong. Jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari dan Lisa belum juga mengantuk. Unggahan terbaru Jiyong memperlihatkan lelaki itu sedang berpesta. Sekali lagi ia melihat story dan di sana Jiyong memperlihatkan kemewahan yang dimiliki, juga perempuan yang dirangkul.
Lalisa menghela napas, mengeluarkan aplikasi Igram, dan kembali memeluk coat milik Jiyong. Baru kemarin mereka menghabiskan malam bersama dan saat ini ia hanya bisa melihat di balik layar. Malam ini Jiyong berpesta, entah besok atau beberapa jam lagi ada di mana.
Coat milik Jiyong masih terasa hangat, meski pemiliknya sudah berada di bagian dunia yang lain. Kemarin malam, untuk kesekian kalinya mereka bertengkar. Kali ini untuk yang terakhir kalinya, mereka selesai. Lalisa menutup matanya, mengingat hal yang terjadi kemarin.
"Besok juga pergi? Ke mana?" Tanya Lalisa sambil menatap punggung Jiyong.
Dengan rokok di jemarinya, ia berbalik. "Taiwan."
Lalisa menarik gaun tidurnya yang berada di lantai kemudian memakainya. "Pesta lagi?"
"Bukan urusanmu."
Helaan napas terdengar, "lalu apa yang jadi urusanku? Aku ini apa sebenarnya?"
Sudut bibir Jiyong terangkat. "Hiburan."
Lalisa memejamkan matanya, kesabarannya habis. "Kamu keterlaluan."
Jiyong hanya menghembuskan asap di mulutnya dan mulai berpakaian. "Kamu yang terlalu berharap."
Ke dua tangan Lalisa terkepal, kencang. "Kalau begitu, aku ingin berhenti berharap."
Jiyong menoleh dengan tampang meremehkan. "Semoga berhasil."
Mata Lalisa terbuka, bayangan Jiyong masih berada di sana. Saat ini sedang bersandar di meja sambil menghembuskan asap rokoknya seperti biasa. Senyumnya masih meremehkan seperti yang sudah-sudah. "I wonder why I love you so much."
Bayangan itu mendongak, menatap langit-langit. "Karena kamu terpesona padaku."
Lalisa membuka matanya, melempar coat yang sejak tadi ia peluk. "Brengsek!"
Tangannya meraih ponsel dan kemudian ia lempar ke meja rias, membiarkan kacanya pecah. Tak lama, ia meraih gunting. "Aku suka rambut panjangmu." Itu ucapan Jiyong saat Lalisa memperlihatkan fotonya dulu.
Dengan asal Lalisa memotong rambutnya hingga sebatas bahu. Padahal Lalisa benci rambut panjang. Lalisa benci menggunakan heels dan gaun yang sering Jiyong berikan. Lalisa benci pada dirinya yang selalu berusaha melakukan hal yang Jiyong suka, sementara ia benci. Lalisa benci pada dirinya yang berusaha untuk sebuah delusi.
Air matanya turun, mengalir hingga membuatnya sesak. "I love you so much and forget to love myself."
Bayangan itu masih ada, menghantui hingga Lalisa melemparkan coat ke perapian. Ia masih menangis, memandangi coat yang perlahan terbakar.
O-ow
Selamat tahun baru!
Tadinya mau dipublis tengah malem cuma akunya ketiduran eheh
-amel
KAMU SEDANG MEMBACA
potion
Fanfictionits not a love potion. •• book iv of lisa's blackpink oneshot.