🍷chief

5.3K 771 28
                                    

Kris Wu di S Corp menjabat sebagai ketua departemen keuangan. Lalisa Manoban di kantor tersebut menjabat sebagai asisten garis miring sekretaris. Tidak. Ini bukan tentang sekretaris berpengalaman, tetapi tentang sekretaris baru satu minggu yang takut dengan atasan.

Lalisa sedang mengaduk kopi untuk Kris saat Sana masuk dengan senyum cerah. "Halo, Lisa. Gimana kerjaannya?"

Sana ini salah satu senior yang bikin Lalisa nyaman di kantor. Ia langsung memeluk Sana, erat. "Mbak, kerjaannya mah gak susah. Ngadepin Pak Kris yang susah."

Perempuan yang lebib tua beberapa tahun dari Lalisa itu hanya terkekeh pelan sambil menepuk puncak kepala yang lebih muda. "Pak Kris emang keliatan dingin dan galak, tapi dia baik kok. Kalau gak ngerti kamu bisa langsung nanya, Pak Kris gak akan marahin kamu."

Lalisa mengangguk dan mengangkat cangkir kopi ke atas nampan bersama beberapa camilan. "Aku duluan ya, Mbak. Makasih sarannya."

Sana tersenyum dan meraih cangkir. Ia harap Lalisa dan Kris segera memiliki hubungan yang baik. Lalisa menarik napasnya sebelum mengetuk pintu kayu di hadapannya. Setelah ketukan ke tiga ia membuka pintu dan tersenyum—senyum bisnis. "Siang Pak, saya bawa kopi."

Kris mengangguk dan membiarkan Lalisa menaruh kopi di atas meja. Lelaki itu mendongak setelah menaruh kacamatanya di atas meja. "Gimana kerjaannya? Kamu kesulitan?"

Lalisa menggeleng sambil tersenyum. "Tidak Pak. Tidak terlalu sulit."

Lagi, Kris mengangguk. "Sama saya gimana? Masih kesulitan?"

Lalisa langsung menunduk, lesu. "Masih takut, Pak." Jujurnya tanpa berani mendongak.

Kris terkekeh, senang mendengar kejujuran Lalisa. "Kalau gitu nanti makan malam sama saya."

"Iya. Eh?" Bingung Lalisa.

"Saya tunggu abis pulang kerja." Balas Kris. Tangannya meraih cangkir dan menyesap kopi. Ia melirik Lalisa yang masih berdiri. "Ada apa lagi?"

Buru-buru Lalisa menggeleng dan pamit keluar. Tangannya terulur untuk mencubit pipinya. Pak Kris mengajaknya makan malam, Lalisa kira mimpi ternyata kenyataan. Ia menaruh kepalanya di atas meja. Kayanya nanti malam Lalisa tak bisa tidur. Rasanya seperti makan malam nanti menjadi makan malam terakhirnya. Lalisa malah makin takut. Takutnya nanti dia malah dipecat.

 Takutnya nanti dia malah dipecat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salah paham
-amel

potionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang