"Aaaa! Vampir!" Teriak Lisa saat membuka mata.
Younghoon menutup telinganya. "Berisik."
Lisa langsung menutupi tubuhnya dengan selimut, takut. "Plis, gue gak enak. Gue masih pengen jadi manusia."
Lelaki di hadapannya menghela napas, lelah mendengar ocehan tak jelas Lisa. Tangannya terulur, mencapit ke dua bibir Lisa. "Lo gak bakal jadi vampir. Gue gak punya kekuatan itu."
"Hah?" Balas Lisa tak paham. "Kenapa?"
"Gue bukan pure blood." Jawaban Younghoon masih memberikan kerutan di dahi Lisa. "Singkatnya, cuma kaum bangsawan yang bisa mengubah manusia jadi vampir. Sementara gue darah campuran alias bule."
"Pffftt." Lisa menahan tawanya. "Bule."
Younghoon hanya memutar manik matanya. Ini alasan dia tak mau berurusan dengan Lisa. Menyebalkan. "Jadi," kata Lisa setelah selesai tertawa. "Lo gak punya kekuatan super?"
Younghoon mengangguk. Lisa kembali melanjutkan. "Baca pikiran? Lari cepat? Terus kalo kena matahari dan deket bawang putih gimana?"
"Gue gak bisa baca pikiran, lari cepat, dan semua referensi novel vampir yang lo baca. Gue gak masalah sama segala jenis bawang karena penciuman gue gak sekuat itu. Tapi matahari masih bisa berefek ke gue." Jelas Younghoon. Ia sendiri tak tahu kenapa harus menjelaskan ini ke Lisa. Ya, mari anggap sebagai bayaran memberikan makan padanya.
"Dan lo masih butuh darah? Terus umur lo?" Sekarang Lisa benar-benar penasaran.
"Ya. Sistem tubuh kami berbeda dari manusia lainnya." Younghoon menatap ke luar jendela. Sudah mulai sore. "Gak sebanyak yang lo pikir. Tapi ya, kami butuh darah. Biasanya gue makan darah binatang, tapi tentu aja kekuatan yang dihasilkan berbeda."
Mata Lisa berbinar, tertarik dengan pembicaraan ini. "Umur lo?" Ulangnya.
Younghoon menghela napas. "266 tahun."
"Old man." Kata Lisa secara refleks. Ia tertawa kemudian meminta maaf. "Sori. Terus lo bilang gak butuh banyak darah tapi gue ampe pingsan gini?"
Younghoon menggaruk tengkuknya, tak enak. "Well, I'm kinda starving and you giving such a sweet smell. And turn out giving a sweet blood."
Lisa malah dengan sengaja menahan wajahnya dengan dua tangan. "In conclusion, I am SWEET."
"Terserah imajinasi lo aja." Kata Younghoon, lelah.
Lisa tersenyum kemudian menepuk puncak kepala Younghoon. Tak lama ia mengulurkan tangannya dan membuka perban yang menutupi luka. Bahkan kini lukanya terbuka dan darah mengalir dari sana. "You can eat me. My blood I mean."
Younghoon menggenggam sprei UKS dengan erat, menahan diri. Matanya sama seperti Lisa melihatnya di kelas. "Kenapa?"
Lisa mendekatkan tangannya pada hidung Younghoon. "Buat referensi nulis fanfik."
"Hah?" Balas Younghoon tak paham.
Lisa malah semakin mendekatkan tangannya pada mulut Younghoon. "Mari buat kesepakatan. Gue kasih darah dan lo ceritain tentang kehidupan lo sebagai vampir."
"Apa yang bakal lo lakuin?" Tanya Younghoon tak yakin.
Lisa tersenyum. "I will tell you, later. Eat! Now!"
Titah Lisa dan Younghoon menurut. Ia tak bisa menahan keinginannya, terutama pada sesuatu yang memiliki aroma semanis ini. Lisa tersenyum dan kembali menepuk puncak kepala Younghoon. "Little dog, call me master." Katanya sebelum kembali pingsan.
Younghoon tak ambil pusing. Nanti saja ia pikirkan. Saat ini yang terpenting adalah rasa hausnya.
Eng eng
-amel