🍷 stranger

5.7K 873 50
                                    

Ini pertama kali Lisa naik kereta jarak jauh sendirian. Biasanya ia pergi ke Seoul bersama Ibunya atau paling tidak dengan temannya. Hari ini karena ada beberapa hal, ia pergi ke Seoul sendirian. Perempuan itu melangkah di koridor dan duduk di bangkunya.

Bangku untuk dua orang dan dia mendapat tempat di sisi jendela. Saat menunggu kereta berangkat, seorang pemuda datang, dan duduk di sampingnya. Ia melirik sekilas, rambutnya berwarna hijau dengan wajah yang kecil. Separuh wajahnya tertutup masker dan matanya dihias dengan kacamata berbingkai tipis.

Ke duanya tak bertukar kata, hanya mengangguk sebagai ucapan salam. Lisa memakai podsnya di telinga sambil mengeluarkan buku jadwalnya. "Kamu tahu, seseorang yang pergi ke Seoul di jam ini sendirian biasanya punya dua alasan." Ucapan itu membuat Lisa menoleh, menatap di rambut hijau. "Mereka yang sibuk mencari uang atau mereka yang ingin pergi dari masa lalu."

Mata itu seakan dapat melihat semua masalah dalam diri Lisa. Ia menarik maskernya turun sambil tersenyum. "Kalau nona yang mana?"

Lisa tersenyum. Agak ragu, namun ia mengingat mereka tak akan bertemu lagi ia akhirnya bercerita. "Pergi dari masa lalu. Kamu?"

Ia tersenyum, memperlihatkan deretan giginya. "Mencari uang! Aku rapper, meski belum terlalu terkenal." Dengan malu ia menggaruk belakang lehernya.

"Jalan kamu sulit." Kata Lisa sambil menatap keluar jendela. "Menjadi musisi, rapper, atau pekerjaan seni lainnya. Itu jalan yang sulit."

Si rambut hijau tertawa, geli. Hal ini membuat Lisa menoleh, bingung. "Sorry. Tapi, apapun jalan yang diambil gak bakal selalu mudah dan lancar 'kan? Mau awalnya sulit, mau awalnya mudah, pasti bakal ada kesulitannya masing-masing. Porsinya aja yang beda."

Perkataan itu seakan mendorong Lisa terjatuh. Ia tertawa, hampa. Bodoh dengan pemikiran naifnya. "Benar." Katanya sambil menutup mata. "Awalnya juga aku berpikir bahwa semuanya akan mudah kalau bersama dia. Nyatanya enggak. Aku kira cinta aja cukup untuk kebersamaan kami, nyatanya enggak. Dia kalah dengan opini orang lain dan aku kalah dengan kata menyerah."

Orang di samping Lisa begitu asing, namun burger yang diberikan masih terasa hangat. Lisa membuka matanya, menatap si rambut hijau. "Kalau lagi patah hati, paling enak makan." Ia membuka bungkus burger di tangan Lisa. "Kalau udah ada cukup energi nanti kamu bisa mulai berusaha lagi. Gak akan mudah, tapi gak bakal sesulit itu kalau dijalanin. Tenang aja."

Di tengah malam, Lisa menangis. Pertama kali setelah ia memutuskan hubungan dengan mantannya yang menikah bersama perempuan lain. Menangis di depan orang asing sambil makan burger. Kejadian acak yang Lisa tak pernah bayangkan.

"Nanti, saat sampai Seoul. Aku bakal fokus jadi rapper. Entah jalannya susah sampai harus menyeret kaki gak masalah. Aku belum mau menyerah." Ia menoleh, menatap Lisa yang berhenti menangis. "Kamu juga harus percaya kalau saat kamu tiba di Seoul akan ada orang lain yang mencintai kamu tanpa mengucapkan kata tapi."

"Terima kasih." Kata Lisa tulus. "Saat jadi rapper nanti, aku bakal dateng ke konser kamu."

Si rambut hijau tertawa. "Garis terdepan ya?"

Lisa mengangguk. Aneh rasanya jujur pada orang asing. Juga, aneh rasanya karena lima tahun setelahnya Lisa melihat si rambut hijau berdiri di atas panggung. Secara acak, ia menonton festival kampus. Setalah lima tahun, ia baru tahu bahwa nama si rambut hijau adalah Mark Lee. Secara acak lagi, ia berdiri di garis paling depan, dan bertukar pandang dengan lelaki itu.

Mark Lee tersenyum, memberikan tanda V dengan jari pada Lisa. Perempuan itu ikut tersenyum, memperlihatkan cincin di jarinya. Sebuah senyum tercipta. Ke duanya mendapat hal yang dicari dengan caranya sendiri.

"Even I love you. You will never be mine. But it's okey, because I can see you smile. Once again. I'm happy to see you smile." Tutup Mark dengan lirik yang ia ubah sambil menatap Lisa.

Sekali, Mark jatuh cinta pada perempuan asing di kereta. Kisah lama yang ia lupakan, meski terus muncul dalam mimpi. Sejak awal, ia tahu tak akan ada kata kita untuk mereka. Hari itu, Mark hanya berharap mereka akan kembali bertemu dan sekali saja, ia ingin melihat senyum gadis itu. Saat ini, ketika mimpi dan harapannya terwujud, ia tak bisa merasa lebih bahagia lagi dari saat ini.

 Saat ini, ketika mimpi dan harapannya terwujud, ia tak bisa merasa lebih bahagia lagi dari saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Monmaap ini requestan
Jan marah ke aku doang KWKWKA
Candabeb
-amel

potionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang