SCOPRIRE ~ 22

3.2K 223 23
                                    

Pagi ini adalah pagi yang sangat cerah, matahari bersinar cerah menyambut pagi ini. Gadis cantik bernama Yuna itupun sudah bersiap-siap berangkat menuju ke sekolahnya.

Setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya, Yuna pun bergegas berangkat sekolah. Ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Yuna.

"Siap-siap terima kekalahan lo, Tira," gumam Yuna lalu ia tersenyum devil.

🎈🎈🎈

Jam pelajaran telah usai, dan kini adalah jam istirahat. Baik Yuna maupun Keysa tampak tidak tenang sekarang, bagaimana bisa tenang, Gerlan maupun Randy belum menemui mereka sejak tadi pagi.

"Yun, beneran kan?" Tanya Keysa khawatir.

"Beneran, udah santai aja, mereka pasti ada kok," sahut Yuna mencoba menenangkan Keysa, padahal Yuna sendiri juga sangat khawatir sekarang.

"Gimana kalau Gerlan sama Randy tiba-tiba gak mau? Terus, Tira pasti bakal—"

"Sssttt... udah lo tenang dulu," sahut Yuna.

Beberapa menit kemudian, berbunyilah bel pertandah istirahat telah usai, dan kini saatnya jam pelajaran berikutnya dilaksanakan.

Dan muncullah Tira, namun ia sendiri, tidak bersama kedua sahabatnya.

Ia menatap Yuna dan Keysa dengan tatapan merendahkan, "Mana? Gak ada apa-apa tuh. Makanya jangan kebanyakan ngehalu! Dan sekarang terbukti deh kalian kalah, gak ada bedanya kalian sama gue!"

Yuna maju selangkah mendekat pada Tira, "Kita sama lo itu beda! Gak bisa disama-samain. Dilihat dari wajah, fashion, dan lainnya aja kita udah beda! Apalagi dari sikap!"

Tira terkekeh pelan, "Iya lah sikap beda, sikap kalian kan—"

Plakkk...

Keysa menampar kuat pipi kanan Tira, "Apa lo!," tantang Keysa.

"Ada apa ini! Sudah-sudah kalian kembali ke kelas masing-masing," tiba-tiba seorang guru datang dan membubarkan para murid yang berkumpul menontoni adegan tersebut. Keysa dan Yuna pun masuk kedalam kelas mereka, sedangkan Tira pun pergi entah kemana.

Jam pelajaran pun berlangsung, sampai akhirnya jam istirahat kedua pun tiba. Belum ada tanda-tanda sedikitpun Gerlan dan Randy akan datang.

"Panggilan kepada Keysa Qanira Keandra harap ke lapangan sekarang juga, terima kasih,"

Pengumuman tersebut membuat Yuna dan Keysa saling bertatapan bingung.

"Key?"

"Gue dipanggil? Siapa?"

Yuna menggeleng pelan, "Gak tau, tapi kalau gue denger dari suaranya, kayaknya Randy... tapi kok cuman lo," Yuna mulai cemberut.

Keysa mengusap pundak Yuna, "Bentar gue ke lapangan, kalau itu memang Randy ntar gue tanya dimana Gerlan," sahut Keysa.

Yuna mengangguk, "Oke"

Akhirnya Keysa pun bergegas menuju ke lapangan. Sedangkan Yuna juga memilih untuk kelapangan karena semua murid berkumpul dilapangan setelah mendengar pengumuman tersebut.

Yuna melihat ditengah lapangan sudah ada Keysa dengan Randy, Yuna memandang sekitarnya mencari keberadaan Gerlan, namun nihil, ia tak menemukannya.

"Mungkin to the point aja—" Randy sedikit menggantung perkataannya, "Will you be mine?"

Keysa tersenyum senang. Bukan, ia bukan senang ditembak oleh Randy, melainkan ia senang, ia telah menang dari tantangan bodoh yang dibuat oleh Tira itu.

"Eh gak salah denger gue?"

"Lah beneran nih? Gak mimpi kan?"

"Anjir, kok tiba-tiba?"

"Bukannya musuhan banget?"

"Njir waketos kita kok mau-maunya sama badgirl kayak Keysa"

"Sumpah demi apa?"

Bisikan demi bisikan pun mulai terdengar. Sampai akhirnya Keysa menjawab ucapan Randy membuat para murid bersorak.

"Yes i will," sahut Keysa tanpa ragu.

"PEJEEEEEEEEEEE"

Randy tampak sangat memaksakan untuk tersenyum, sampai akhirnya ia berkata, "Gue mau ke ruang osis dulu," tanpa menunggu jawaban dari Keysa, Randy pun langsung pergi sembari berlari kecil.

"Hati-hati," ucap Keysa menatap kepergian Randy dengan senyuman manisnya. Para murid-murid pun bubar. Setelah itu Keysa menghampiri Yuna yang berdiri di tepi lapangan dan tampak terlihat gugup.

"Kenapa?," tanya Keysa.

"Randy gak ada bilang apa-apa soal Gerlan?"

Keysa menggeleng pelan, "Tadi gue mau nanya tapi dia pergi," sahut Keysa.

Yuna menepuk jidatnya, "Haduh... ya udahlah siap-siap aja dikatain Tira, gak peduli gue, bodo amat," ucap Yuna tampak pasrah.

Keysa menatap wajah Yuna, "Jangan gitu dong, positif thingking aja, mungkin bentar lagi Gerlan datang," Keysa mengusap-usap pundak Yuna agar Yuna lebih tenang.

"Kantin yok," ajak Yuna yang langsung dibalas anggukan dari Keysa.

Kedua gadis itu pun berjalan beriringan menuju ke Kantin. Lalu mereka memesan makanan dan minuman dan duduk di kursi yang sudah disediakan disana.

"Makan yang bener Yun, jangan dimainin," ucap Keysa yang sedari tadi memerhatikan Yuna hanya mengaduk-aduk kuah bakso yang dibelinya.

"Gak laper gue," sahut Yuna pelan.

"Ya terus ngapain lo pesen anjir," kesal Keysa.

"Tadi laper, sekarang engga, semudah itu memang gue dipermainkan," sahut Yuna.

"Baperan lu!"

Yuna meminum es jeruk yang dibelinya, "Bolos aja yok," ajak Yuna.

"Kenapa? Gak ah males gue, ntar lagi tuh ulangan kenaikan kelas, ntar ketinggalan pelajaran, gue males ngejar, gak mau bolos gue," sahut Keysa menolak mentah-mentah.

Yuna memutar bola matanya malas, "Sok nolak lu, biasanya juga acc aja, pasti lo takut kepergok doi lu kan? Ngaku lo! Oh atau jangan-jangan— lo baper beneran lagi sama dia!," tuduh Yuna cepat.

Keysa menggeleng cepat sembari menatap Yuna tajam, "Sembarangan lo! Gue gak baper ya sama dia!," kesal Keysa.

Yuna tertawa pelan, "Haha iya iya sorry," Yuna yang tadinya duduk pun berdiri, "Gue mau ambil tas ke kelas, abis itu mau bolos hehe, gak ikut beneran?"

Keysa menggeleng tanpa ragu.

"Okey, selamat belajar Keysa sayang," setelah mengucapkan kalimat tersebut Yuna pun berlenggang pergi menuju ke kelasnya untuk mengambil tas nya, setelah itu ia langsung menuju ke parkiran.

Yuna melihat gerbang yang ditutup rapat pun langsung keluar dari mobilnya dan menghampiri satpam yang berjaga disana, "Pak bukain dulu gerbangnya, mobil saya mau keluar gak bisa nih," ucap Yuna to the point.

"Mau bolos ya? Gak bisa gak bisa, ini belum jam pulangan jadi tidak boleh keluar dari lingkungan Sekolah," sahut Satpam itu membuat Yuna jengkel.

"Plis lah—"

"YUNA!" panggil seseorang membuat Yuna pun mencari sumber suara tersebut.

Ternyata itu adalah Tira. Tira menghampirinya dengan senyuman meremehkannya, "Gimana? Masih gak mau kalah juga?"

Yuna hanya diam sembari menatap Tira malas.

"Okelah gue akuin si Keysa menang, tapi lo? Hahaha," tawa Tira pecah begitu saja.

Tira menatap Yuna lalu maju mendekat pada Yuna, "Udah deh Yun lo gak usah ngarep lebih sama Gerlan! Dia mana suka sama lo! Mana mau dia sama cewek murahan kayak lo—"

"Jangan ngatain calon pacar gue!"

"Gerlan?!"

SCOPRIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang