SCOPRIRE ~ 31

2.5K 176 59
                                    

"Bang bisa jemput gue gak? Gue di Mall ***** buruan Bang, gue ditinggal Keysa," cerocos Yuna begitu sambungan telepon terhubung.

"Abang lagi rebahan, gak bisa diganggu."

"Bang please lah."

"Pakai ojek online aja lah, manja amat lu."

"Males, kalau ada Abang kenapa harus ojek."

"Minta jemput cowo yang suka sama kamu itu, siapa tuh namanya? Gerlan? Iya gak sih?."

"Aisss Abang! Tau ah males!"

Tut.

Yuna memutuskan sambungan telepon tersebut dengan sepihak, ia benar-benar kesal dengan Abangnya itu, bukannya menjemputnya, malah menggodanya.

"Gerlan! Jemput gue, sekarang! Di Mall ****," ucap Yuna saat sambungan telepon terhubung, wajahnya sudah ditekuk karena ia merasa sangat kesal.

"Kenapa?"

"Jemput gue!"

"Kok gue?"

"Abang gue gak mau jemput, udah buruan lo aja!"

"Kenapa gak minta—"

"Lo nolak? Ya udah sih tinggal bilang aja lo gak mau—"

"Iya otw."

"Good boy."

Tut.

Yuna menahan senyumnya. Benerapa menit kemudian, Gerlan pun menelponnya mengatakan ia menunggu didepan Mall. Yuna pun langsung mencari keberadaan Gerlan, saat menemukannya, Yuna langsung masuk kedalam mobil Gerlan.

Ia tersenyum kearah Gerlan, "Hay," ucapnya semangat.

Tanpa menjawab, Gerlan langsung mengendarai mobil tersebut dengan kecepatan normal.

Yuna mendengus kesal melihat perlakuan Gerlan, "Coba tau tadi gue minta jemput Daffi aja."

"Mau turun sekarang? Kalau mau gue nepi nih," sahut Gerlan.

Yuna menggeleng cepat, "Isss enggak!."

"Tadi katanya mau sama Daffi," heran Gerlan.

"Gue itu cuman manas-manasin lo, kok lo gak cemburu sih," kesal Yuna.

"Buat apa?."

"Lo kan suka sama gue, jadi harusnya lo itu cemburu."

"Kata siapa gue suka sama lo?."

Yuna mendengus kesal, "Huh! Ngeselin!."

Gerlan melirik Yuna sekilas, ia terkekeh pelan, lalu kembali fokus menyetir.

"Memang yah, lo itu, ketua osis ngeselin, songong, sok ganteng, suka ngatur-ngatur, kapan lo berenti jadi ketua osis sih? Lo naik kelas dua belas kan? Oh atau lo gak naik kelas?," tuduh Yuna cepat.

"Sembarangan," sahut Gerlan mencoba untuk tetap tenang.

"Terus, kapan lo berenti jadi ketua osis?"

"Ya nanti lah, ini kan belum Sekolah, Ayuna," jelas Gerlan.

Yuna menggaruk tengkuknya yang tidan gatal, "Oh iya, bener juga! Btw gue naik kelas loh, jadi gue kelas sebelas," ucap Yuna dengan bangganya.

"Gue kira lo gak naik kelas," sahut Gerlan.

Yuna memanyunkan bibirnya, "Gue pinter, keturunan Bunda soalnya," sahutnya.

"Emang Ayah lo gak pinter?."

SCOPRIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang