SCOPRIRE ~ 44

2.2K 179 41
                                    

Gadis cantik itu memoles liptint di bibir mungilnya, ia menatap dirinya di pantulan cermin.

"Ah cantik banget sih gue," gumam gadis itu, siapa lagi jika bukan Yuna.

Keysa yang posisinya berada disebelah Yuna pun memutar bola matanya malas, "Pede kali lo."

"Tadi pagi lo berangkat bareng siapa?," tanya Yuna.

"Randy, kenapa? Lo bareng siapa?."

"Gak papa sih, gue kirain lo bareng sepupu lo atau Vendra atau Arsya."

"Kagak, kan udah punya pacar..." Keysa menaik turunkan alisnya.

Yuna tertawa pelan, "Mau-maunya Randy disuruh-suruh sama lo."

"Mau-maunya Gerlan disuruh-suruh sama lo." Keysa membalikkan ucapan Yuna.

Yuna memutar kedua bola matanya malas, "Btw akhir-akhir ini sepupu lo sering kena masalah, nyadar gak sih lo?."

"Sepupu gue yang mana ni?."

"Yang pecicilan lah!."

"Oh Daffa? Hmm, gue juga nyadar sih. Kita udah bosen masuk BK, eh sekarang dia yang masuk BK mulu," sahut Keysa.

Yuna mengangguk mengiyakan, "Hmm bener! Dia pernah panggilan orang tua gak sih?."

"Setau gue sih pernah, dia pernah cerita sama gue pas kita nongki di Cafe. Tapi dia gak nyuruh Nyokap atau Bokapnya yang dateng ke Sekolah."

"Terus gimana?."

"Ya kayak kita dulu, nyuruh orang."

"Hahaha anjir."

"Kuy ke Kantin, udah kece nih," ajak Keysa.

Kedua gadis itu pun berjalan beriringan menuju ke Kantin. Yuna menghentikan langkahnya saat baru saja memasuki area Kantin, dan tentunya hal itu membuat Keysa bingung, ia menatap kearah Yuna.

"Woy!," tegurnya.

Yuna memincingkan kedua matanya menatap kearah suatu objek, kemudian kedua bola matanya membulat sempurna saat menyadari bahwa ia tak salah liat. Ia melihat Gerlan bersama Wina.

Tanpa pikir panjang, Yuna langsung menghampiri kedua orang tersebut. Wina sedikit terkejut dengan kehadiran Yuna, tapi ia berusaha menyembunyikan keterkejutannya itu.

Ia menatap Yuna lalu tersenyum miring, "Ngapain lo?," tanya Yuna sinis.

"Terserah gue lah! Gue mau ngajak Gerlan ke bioskop, kenapa? Lo mau marah?."

"Gak sadar diri ya lo, Gerlan itu pacar gue, kalau gue marah ya wajar!."

Wina memutar kedua bola matanya malas, "Cih, posessive banget sih."

"Gue gampar ya lo!."

Yuna dan Wina pun menjadi tontonan murid-murid Altavia High School siang ini. Gerlan mencoba untuk menenangkan Yuna, namun Yuna tetaplah tidak mau berhenti bertengkar kecuali sang lawan yang duluan untuk berhenti.

"Sirik kan lo sama gue," ucap Wina, ia menyilangkan kedua tangannya dibawah dada.

"What? Ogah banget ew!."

"Lo itu baru jadi pacarnya Gerlan aja udah belagu, terserah Gerlan lah mau ke bioskop sama siapa."

Yuna menatap sinis Wina, "Emangnya Gerlan mau ke bioskop sama lo?."

"Gak—" ucapan Gerlan terhenti, dipotong oleh Wina, "Mau dong! Bahkan tadi Gerlan sendiri yang bilang ke gue."

Kedua mata Yuna beralih menatap Gerlan, Gerlan menggelengkan kepalanya seolah berkata semua yang dikatakan oleh Wina itu tidak benar.

Namun, tanpa sepatah kata pun, Yuna langsung pergi dari area Kantin. Keysa yang melihat Yuna pergi langsung menyusul Yuna, namun tangannya ditahan oleh Randy.

"Udah, biarin aja dia nenangin diri," ucap Randy.

"Lo darimana?," tanya Keysa.

"Gak dari mana-mana."

"Maksud lo apaan bilang gitu ke Yuna?." Gerlan menatap Wina datar.

Wina tersenyum kemenangan, "Karena gue yakin lo pasti bakal nerima ajakan gue, iya kan?."

Gerlan menggelengkan kepalanya, "Gak." Ia pun pergi dari area kantin.

🎈🎈🎈

Yuna duduk di bangku taman belakang Sekolah, ia menatap kearah layar handphone nya. Ia sebenarnya tau apa yang dikatakan Wina itu tidak benar, hanya saja ia sangat kesal dengan Gerlan yang tidak bertindak tegas kepada Wina.

Kedua mata Yuna beralih menatap sekelilingnya, tanaman hijau menghiasi taman tersebut. Yuna memejamkan kedua matanya sebentar, menghirup udara segar disana.

"Tadi kenapa?," tanya seorang lelaki yang datang menghampiri dan duduk disebelah Yuna.

Yuna terkejut dengan kehadiran lelaki tersebut, ia tersenyum kecil, "Gak papa, ngapain lo kesini Dap?."

Lelaki itu adalah Daffi.

"Tadi gue liat lo berantem sama Wina di Kantin, dan gue juga liat lo pergi, jadi gue susulin," jelas Daffi.

Yuna mengangguk paham, "Oh gitu."

"Jadi, lo kenapa?."

"Gue kesel sama Gerlan," ucapnya.

Daffi menaikkan sebelah alisnya, "Lo percaya sama omongan Wina?."

Yuna menggeleng pelan, "Enggak lah! Ngapain gue percaya."

"Terus kenapa?," tanya Daffi lagi.

"Gue keselnya sama Gerlan—" Yuna menghela nafasnya, "Seharusnya dia itu lebih tegas sama Wina."

"Yun, lo tau kan Gerlan itu orangnya gimana."

"Iya tau! Tapi giliran gue ngelanggar peraturan langsung ditegasin, heran."

Daffi tertawa pelan, "Itu karena lo salah. Kalau ini kan Wina gak salah."

"Gak salah apanya? Jelas-jelas dia ngajak pacar orang ke bioskop, lo bilang itu gak salah? Gila kali lo ya."

"Kan Wina juga punya hak untuk mengajak siapapun untuk jalan sama dia. Tergantung orangnya aja yang nolak atau nerima ajakannya, lagian kan si Gerlan nolak, jadi ya udah apa yang perlu dipermasalahin?."

Daffi mengusap-usap puncak kepala Yuna, "Childish," ejeknya.

"Gue gak childish ya!."

"Terus apa?." Kedua mata Daffi menatap kedua mata Yuna dalam sehingga Yuna langsung mengalihkan pandangannya.

"Gue pengen bikin Gerlan merasa bersalah aja," ucap Yuna tanpa beban.

"Gerlan gak salah, ngapain dia merasa bersalah sama lo?."

Yuna kembali menatap Daffi, "Kan tadi gue langsung pergi dari hadapan dia, pasti dia bakal mikir kalau gue marah sama dia," sahut Yuna.

"Sok-sokan marah, padahal mah sayang."

Yuna menyengir mendengar ucapan Daffi, "Dap ntar pulsek gue nebeng lo ya, please..."

"Ntar pacar lo cemburu sama gue, gimana?."

"Biarin."

"Ntar pacar lo ngajak Wina pulsek bareng gimana?."

Plakkk...

Yuna memukul lengan Daffi, wajahnya pun sudah cemberut, "Lo tuh jarang ngomong, sekali ngomong ngeselin ya!."

"Ya udah gak usah cemberut."

"Pokoknya pulsek gue bareng lo, kalau lo nolak, gue aduin Om Arka, mau?!," ancam Yuna.

"Aduin aja, emangnya kenapa?."

"Biar lo dimarahin, berani-beraninya nolak Princess."

"Hmm," dehem Daffi.

"Tapi Dap—"

Daffi menaikkan sebelah alisnya, "Apa?."

"Gue pengen beli seblak dulu ya..."

Daffi tersenyum kecil, "Anything for you Princess."

SCOPRIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang