SCOPRIRE ~ EPILOG

5.3K 204 119
                                    

Yuna bergegas menuju ke dalam kamarnya untuk mengambil kunci mobilnya.

"Mau kemana Na?," tanya Selda bingung melihat Yuna yang sangat terburu-buru.

"Ke Rumah Sakit Bun."

Selda mengkerutkan keningnya, "Siapa yang sakit?."

"Yuna juga gak tau, Yuna harus buru-buru, bye Bunda."

"Hati-hati, jangan pulang kemaleman."

"Iya, assalamualaimum."

"Waalaikumsallam."

🎈🎈🎈

Mobil Yuna melaju menerobos hujan yang bisa dikatakan deras itu. Untungnya jalanan tidak terlalu ramai, jadi ia bisa membawa mobil dengan cepat.

"Ini tentang Gerlan."
Tiba-tiba Yuna teringat ucapan Daffi, ia masih bingung apa sebenarnya yang terjadi dengan Gerlan? Ia terus berdoa agar Gerlan baik-baik saja.

Beberapa menit kemudian, Yuna sudah sampai di Rumah Sakit, setelah memarkirkan mobilnya, ia pun pergi mencari ruang UGD.

Didepan ruangan tersebut ada Daffi yang sedang berbicara dengan kedua orang tua Gerlan. Kedua orang tua Gerlan ditelpon oleh pihak Rumah Sakit, dan mereka sangat terkejut saat mengetahui putra mereka kecelakaan. Daffi menceritakan bagaimana ia bisa bertemu dengan Gerlan, Bunda Gerlan pun terus menangis saat mendengar Daffi bercerita.

"Om? Tante? Daffi? Ini ada apa sih," ucap Yuna penasaran.

Lusy, Bunda Gerlan, ia menghampiri Yuna lalu memeluk Yuna sebentar, setelah itu ia menatap Yuna, "Sabar ya Nak."

"Maksudnya apa Tan? Gerlan kenapa?." Perasaan Yuna campur aduk, pikiran negatif menghantuinya.

Daffi memegang kedua pundak Yuna, kedua matanya menatap keda manik mata Yuna, "Kita tunggu Dokter keluar," ucap Daffi.

"Daf, jelasin ke gue, Gerlan kenapa?!."

"Gerlan kecelakaan."

Mendadak tubuh Yuna lemas, ia terduduk di lantai, air mata pun mulai bercucuran. Daffi, Lusy, dan Elang berjongkok menatap kearah Yuna.

"Lo harus sabar, Gerlan pasti baik-baik aja," ucap Daffi meyakinkan.

"Ini semua salah gue Daf! Gue udah marah ke Gerlan, coba aja kalau gue gak marah, pasti gak bakalan kayak gini jadinya." Tangis Yuna pecah. Daffi mengajak Yuna untuk duduk di kursi tunggu.

Daffi mengusap air mata Yuna, lalu ia membawa Yuna kedalam pelukannya, "Ini bukan salah lo, ini semua takdir," bisiknya tepat ditelinga Yuna.

"Gue terlalu childish Daf, padahal Gerlan baik sama gue." Namun, Yuna terus menangis dan menyalahkan dirinya.

"Gue harus jenguk Gerlan." Yuna berdiri dan hendak berjalan masuk kedalam ruang UGD, namun baru saja didepan pintu, ia terhenti karena Dokter keluar dari ruangan tersebut.

"Keluarga pasien Gerlano Athalaska?"

"Kami orang tuanya Dok," sahut Elang sambil mendekat kearah Dokter, Lusy pun berdiri disebelah suaminya.

Dokter tersebut menghela nafasnya, "Maaf, kami sudah melakukan yang terbaik namun anak bapak dan ibu tidak bisa diselamatkan."

"Ya Allah Nak." Elang membawa Lusy kedalam pelukannya, Lusy menangis sejadi-jadinya disana.

Yuna terkejut mendengar ucapan Dokter, ia menggelengkan kepalanya, "Gak! Gak mungkin! Gerlan gak mungkin ninggalin gue!," teriaknya.

"Silahkan jika ingin menghampiri pasien sebelum kami bawa ke ruang mayat."

Kedua orang tua Gerlan, Yuna, dan Daffi langsung masuk kedalam ruangan tersebut.

Yuna menangis sejadi-jadinya melihat Gerlan yang sudah tak bernyawa. Ia langsung memeluk lelaki spesialnya itu.

"Kenapa lo ninggalin gue," lirih Yuna.

"Ger, hadiah kalung liontinnya cantik, lo harus pakein kalung itu di leher gue, bangun Ger."

"Coba aja gue gak marah sama lo, pasti gak bakal gini akhirnya."

"Voice notes lo gak bakal gue hapus Ger, gue bakal simpan terus, suara lo bagus, gue suka."

"Maaf gue lupa hari anniversary kita."

"Gue sayang sama lo. Semenjak gue ketemu lo, gue berasa menemukan kebahagiaan gue, tapi kenapa lo ninggalin gue? Lo gak mau liat gue bahagia? Lo mau buat gue sedih?."

"Ger, cepet bilang i love you ke gue."

Lusy mengusap puncak kepala Yuna, gadis itu tampak sangat kehilangan, ia memeluk Gerlan sembari menangis dan terus berbicara berharap Gerlan kembali bernyawa.

Daffi ikut sedih melihat Yuna seperti itu, ia mengusap-usap punggung Yuna, mencoba menenangkannya.

"Gue ti-tip Yu-na sama lo,"
Daffi teringat ucapan Gerlan tadi. Gerlan mempercayakan Yuna kepadanya, ia tak boleh menyakiti gadis itu.

"Please, bangun Ger," lirih Yuna terisak.

"Kamu harus ikhlasin kepergian Gerlan biar Gerlan bisa tenang disana," ucap Elang lembut.

Yuna menghela nafasnya, ia mengusap sayang rambut Gerlan, ia tersenyum manis kearah Gerlan walaupun matanya terus meneteskan air mata.

Mungkin Daffi benar, ini semua takdir, ia dan Gerlan tidak bisa bersatu. Baru kali ini Yuna merasa sangat kehilangan. Menurutnya, Gerlan adalah lelaki yang sangat spesial didalam hidupnya setelah Ayah dan Abangnya. Dan kini, lelaki itu malah pergi meninggalkannya.

Disaat ia sudah menemukan kebahagiaannya, namun kebahagiaannya itu pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya.

Yuna mendekatkan wajahnya pada telinga Gerlan, ia berbisik pelan.

"Gue sayang sama lo, Happy Anniversarry untuk ke satu tahun Gerlano Athalaska, i can't stop loving you, yesterday, now, tomorrow, and forever, i still love you, i promise."






~TAMAT~

SCOPRIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang