Mobil Gerlan berhenti di pekarangan rumah mewah. Gerlan mengajak Yuna keluar dari mobil dan masuk kedalam rumah tersebut.
Yuna menatap sekelilingnya, ternyata Gerlan tergolong orang yang sangat berkecukupan, ia tak pernah menyangka hal itu, pasalnya, saat di Sekolah, Gerlan selalu tampil sederhana.
"Ngapain ngelamun? Ayok," tegur Gerlan saat menyadari Yuna yang sedang melamun.
Yuna tersadar dari lamunannya, ia tersenyum kecil, "Ayok."
"Assalamualaikum," ucap Gerlan sedikit nyaring. Gerlan mengajak Yuna untuk duduk di sofa ruang tamu.
Tak lama kemudian, terdengar suara seorang wanita menjawab salam Gerlan, "Waalaikumsallam," ucap wanita itu sembari menghampiri Gerlan dan Yuna.
Yuna pun langsung berdiri, ia mencium punggung tangan kanan wanita itu, ia benar-benar gugup sekarang. Belum lagi, wanita itu memandangnya dari atas sampai bawah. Apakah ada yang salah dengan penampilannya?.
"Siapa nama kamu, Nak?" tanya wanita itu.
Yuna tersenyum kaku, "Yuna, Tante."
"Saya Lusy, Bunda Gerlan," ucap wanita itu memperkenalkan dirinya.
"Duduk gih." Lusy mengajak Yuna untuk duduk di sofa.
Lusy tersenyum tipis kearah Yuna, "Cantik," pujinya.
Yuna terkekeh pelan, "Eh Tante bisa aja, Tante juga cantik kok."
"Ayah mana Bun?," tanya Gerlan kearah Lusy.
"Ayah kamu kerumah Om William, katanya sih ada urusan pekerjaan," sahut Lusy.
"Ah iya, Tante ini Yuna bawain makanan, Bunda Yuna sih yang bikin hehe." Yuna memberikan sebuah tas berisi makanan kepada Lusy.
Lusy pun menerimanya dengan senyuman ramah, "Wah, makasih ya, bilang juga ke Bunda kamu makasih."
Yuna mengangguk, "Iya Tan nanti Yuna bilangin."
"Kamu udah berapa lama sama Gerlan?," tanya Lusy.
Yuna menatap kearah Gerlan, lalu ia kembali menatap Lusy, "Baru aja kok Tan, belum lama."
"Kelas berapa? Satu angkatan sama Gerlan?."
"Enggak Tan, Yuna kelas 11."
"Tante gak nyangka banget waktu Gerlan bilang dia punya pacar, tante kirain dia bohong, makanya tante suruh dia bawa kamu kesini," cerita Lusy sembari tertawa.
Yuna pun ikut tertawa, "Memangnya Gerlan gak pernah pacaran Tan?."
"Setau Tante sih gak pernah, gak tau kalau diem-diem," ucap Lusy sembari melirik Gerlan sekilas.
"Apaan sih Bun, Gerlan gak pernah pacaran," sahut Gerlan tak terima.
"Iyaiya... Oh iya Yuna, kamu rumahnya dimana Nak?," tanya Lusy.
"Perumahan Indah Tan."
"Oh, gak terlalu jauh berarti."
"Iya."
"Yuna mau bantuin Tante masak? Buat nyiapin makan siang, kamu makan siang disini aja," ucap Lusy mengajak Yuna untuk masak.
Yuna terdiam, ia menatap kearah Gerlan yang sedang menatapnya juga.
"Yuna mana bisa masak Bun," ucap Gerlan.
"Ih apasih! Bisa tau!," sahut Yuna sedikit kesal.
"Masa? Masak apa coba?," tanya Gerlan tak percaya.
Yuna medengus kesal, "Lo aja gak pernah liat gue masak! Gak usah sok tau ya lo!," cerocos Yuna.
"Dih—"
"Udah udah, jangan berantem," ucap Lusy menengahi perdebatan antara Yuna dan Gerlan.
"Ayok Yuna, ikut Tante," ajak Lusy. Yuna mengangguk, ia dan Lusy pun pergi menuju ke dapur. Sedangkan Gerlan, menuju ke kamarnya.
Memang Yuna tak lihai dalam bidang memasak, namun bukan berati ia tidak bisa memasak, terkadang saat dirumah ia juga sering membantu Selda memasak, itupun kalau ia sedang tidak mager.
"Yuna, kamu goreng ayam itu dulu ya," pinta Lusy.
"Iya Tante," jawab Yuna, ia pun melakukan apa yang disuruh oleh Lusy.
"Yuna..."
"Iya Tante?."
"Tante harap kamu langgeng ya sama Gerlan, Tante yakin kamu perempuan yang cocok untuk Gerlan," ucap Lusy tiba-tiba.
Ucapan Lusy tersebut membuat Yuna gugup, ia bingung harus menjawab apa, ia pun terdiam sejenak sebelum menjawab ucapan Lusy, "Iya Tante, Insha Allah. Gerlan juga ngebuat Yuna untuk menjadi perempuan yang lebih baik," jawab Yuna.
"Maksud kamu?."
"Gerlan kan dulunya ketua osis. Yuna itu gak suka banget sama Gerlan, apalagi kalau dia narik-narik Yuna untuk ke ruang BK."
Lusy menaikkan sebelah alisnya, "Memang kenapa kamu ditarik-tarik sama Gerlan? Biar Tante marahin ya nanti—"
"Eh Tante jangan dimarahin." Yuna tertawa pelan, "Justru gara-gara hal itu, Yuna dan Gerlan menjadi semakin dekat, Gerlan selalu negur Yuna kalau Yuna salah, jadi Gerlan udah ngerubah Yuna untum menjadi yang lebih baik," jelas Yuna.
Lusy tersenyum senang mendengar penjelasan Yuna, "Gerlan itu tipe cowok yang susah untuk jatuh cinta."
"Gitu ya Tante?."
"Iya, akhir-akhir ini Gerlan sering cerita sama Tante, dia bilang dia punya pacar. Ya Tante kaget dong, gak ada kabar deket sama cewek tiba-tiba udah punya pacar." Lusy tertawa pelan.
"Iya Tan, Yuna aja kaget pas Gerlan nembak Yuna, tiba-tiba banget."
"Romantis gak?," tanya Lusy kepo.
Yuna menghela nafasnya, "Gak Tan, langsung nyatain gitu doang."
"Tuh anak emang gak bisa romantis ya." Lusy tak habis pikir setelah mendengar ucapan Yuna.
"Tapi Tan—"
"Apa apa?," tanya Lusy antusias.
"Padahal Gerlan cuman bilang be my girlfriend gitu, tapi Yuna baper banget," curhat Yuna.
Lusy tertawa pelan mendengar curhatan Yuna, ia menghampiri gadis itu dan mengusap puncak kepalanya, "Wajar dong kalau kamu baper, itu tandanya kamu memang punya perasaan sama Gerlan," ucapnya.
"Bener juga Tan, hahaha."
"Ya udah lanjut dulu yok masak-masaknya, biar cepat kelar."
Yuna mengangguk mengiyakan ucapan Lusy, "Iya Tan."
🎈🎈🎈
"Semoga kamu betah ya sama Gerlan," ucap Elang yang merupakan Ayah dari Gerlan itu. Ia tersenyum ramah kearah Yuna.
Kini Yuna, Gerlan, Lusy, dan Elang sedang makan siang bersama. Yuna pun sangat senang kedua orang tua Gerlan menyukainya.
"Iya Om," sahut Yuna.
"Oh iya kamu anaknya Alan kan?," tanya Elang.
Yuna mengangguk, "Iya Om, Om kenal Ayah Yuna?." Yuna bertanya balik.
"Kenal lah, dia itu kan pengusaha sukses! Siapa coba yang gak kenal dia, perusahaan milik saudara Om kerja sama dengan perusahaan Ayah kamu, dan perusahaan Om juga nanti mau kerja sama dengan perusahaan Ayah kamu," jelas Elang dengan semangat.
Yuna tak menyangka Ayahnya seterkenal itu, ia kira Ayahnya hanya terkenal di komplek perumahan saja gara-gara sering bertengkar dengan Arka, suami Cynta.
"Kirain Om gak kenal sama Ayah Yuna..."
"Kenal dong," sahut Elang.
"Yuna, habis ini jangan langsung pulang ya, kita ngobrol-ngobrol dulu," ucap Lusy menyuruh Yuna agar tidak langsung pulang.
"Emm—"
"Nanti gue yang bilang sama Ayah Bunda lo kalau lo pulangnya agak telat," ucap Gerlan peka.
Yuna tersenyum kecil, "Oke."
KAMU SEDANG MEMBACA
SCOPRIRE
Teen Fiction•𝘚𝘵𝘰𝘳𝘺 02 𝘰𝘧 𝘚𝘦𝘢𝘣𝘦𝘳𝘵 𝘍𝘢𝘮𝘪𝘭𝘺• [ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ] Cerita ini mengisahkan tentang Ayuna Audreyla Seabert yang berhasil menemukan kebahagiaannya. Namun, kebahagiaannya itu hanya bersifat sementara. Seseorang yang telah membuatnya bahagia, p...