Bagian 1. Gemas

1K 25 5
                                    

Shubuh hari dengan udara yang dingin menusuk tak menghentikan langkah Vania menuju belakang rumah berwudhu di pancuran buatan ayah, sungguh merupakan karunia yang tak terhingga. Suasana yang hening perlahan mulai diramaikan dengan suara Adzan dan kokok ayam tetangga yang bersahut-sahutan, sangat menenangkan hati siapa saja yang mendengarnya. Rutinitas Vania di pagi hari yang tak pernah terlewatkan sejak Vania akil baligh. Bapak dan ibu selalu mengajarkan untuk jangan pernah melewatkan waktu shubuh karena banyak berkah Allah yang dilimpahkan kepada mereka yang memanfaatkan waktu shubuh dalam memulai hari.

Pukul 05.30 WIB rumah sederhana Bapak Sumadi Arsyad mulai ramai dengan kesibukan ibu dan kak Rima di dapur. Kakak semata wayang Vania yang cantik dan baik hati selalu setia menemani ibu menyiapkan sarapan keluarga. Kakak yang penuh kasih dan memilih untuk mendampingi ayah dan ibu, menolak untuk melanjutkan kuliah. Kak Rima lebih memilih ikut kursus keterampilan menjahit, memasak, dan menyulam. Tipe ibu rumah tangga idaman lelaki.

"Assalamu'alaikum ibu sayang.., kak Rima sayang.., masak apa hari ini?" sapa Vania sambil memeluk ibu dari belakang dan mencium kak Rima dengan manja.

"..yang pasti kesukaan Vania laah" sahut kak Rima sambil tersenyum manis.. Nasi goreng, telur dadar, sambal terasi dan kerupuk udang sudah terhidang lengkap di atas meja sangat menggoda Vania yang tanpa permisi langsung duduk manis di meja makan dan menyendok sepiring penuh nasi goreng dan kawan-kawannya.

"Jangan lupa berdo'a Vania,, hati-hati.. makannya pelan-pelan" ibu mengingatkan karena sudah tahu kebiasaan Vania kalo sarapan, kalap seperti orang yang gak makan seminggu.

"iya bu.. abisnya nasi goreng ibu enak banget, yaa kan kak Rima?".. tanya Vania minta dukungan kak Rima.

"Yaa, apa sih yang gak enak buat kamu Vania.. semuanya pasti enak.. yaa kaan?" sambung kak Rima sambil mencowel pipi Vania..

"Aduuh sakit kak Rima sayang,, dicium kek.." sungut Vania manja.

Kebiasaan di keluarga Bapak Sumadi Arsyad memang seperti itu, siapa saja yang berkesempatan bisa langsung sarapan tanpa harus menunggu yang lainnya, karena Bapak Sumadi biasanya pukul 06.00 pagi sudah berangkat menuju sawah dengan membawa bekal makanan. Namun di malam hari wajib untuk makan bersama pukul 20.00 WIB dan jika berhalangan harus dengan alasan yang jelas.

Berangkat ke sekolah pukul 06.15, membuat Vania termasuk siswa yang tidak pernah terlambat masuk karena perjalanan dari rumah ke sekolah kurang lebih 15 menit dengan membonceng di motor mang Heri ojek langganan yang setia mengantar Vania ke sekolah sejak Madrasah Tsanawiyah. Setibanya Vania di sekolah disambut oleh sahabat tercinta, Nina, Tiara dan Deva. Mereka berjalan beriringan sambil bercanda menuju kelas XII A1-1 yang kebetulan sejak kelas X sampai kelas XII mereka masih sekelas.

Teet.. teet.. teet.. bunyi klakson motor jadul yang khas mengagetkan rombongan sahabat yang sesekali bercanda saat memasuki gerbang sekolah. Tanpa menoleh ke arah kendaraan itu, Vania sudah tahu siapa pemilik motor jadul dan tahu apa berikutnya yang akan terjadi.

"Hallo Vania sholehaaa..." Have a nice day yaa.." wajah rupawan itu tidak pernah ada bosannya mengganggu Vania. Untung cakep jadi masih bisa dimaafkan, Astaghfirullahal adzhiim,, maafkan yaa Allah.. hati ini mulai bermain api. Batin Vania sambil mengelus dada.

Rutinitas yang setiap hari dijalani Vania sejak setahun belakangan ini membuat hati Vania terusik setiap paginya, namun tak berani membalas karena merasa hal itu tak perlu ditanggapi dan berharap akan berhenti dengan sendirinya. Namun ternyata sudah setahun ini hal tersebut masih terus ada, gak capek apa yaa dicuekin.. Omel Vania dalam hati.

Untunglah sahabat-sahabatnya sudah terbiasa dengan hal itu, tak lagi menggodanya seperti di awal tahun, dan cobaan hari itu ternyata tak hanya berhenti di situ. Hari ini tak seperti biasa, seharian di sekolah Vania merasa berada dalam neraka dunia. Eh padahal neraka itu pastinya lebih dari ini, astaghfirullahal adzhiim.. maafkan yaa Allah,, kuatkan hamba.. meski jengkel sudah sampai di ubun-ubun Vania berusaha untuk tetap sabar.

Di Antara Dua AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang