Bagian 32. Harus Melupakan

80 6 0
                                    

Kabar pernikahan Vania dan dokter Azzam segera tersebar seperti benang sari yang tertiup angin ke seluruh penjuru mata angin. Kak Rima yang sama sekali tidak mengetahui acara lamaran tersebut pun sempat marah karena tidak dilibatkan pada acara lamaran berlangsung. Padahal saat itu Vania baru saja pulang dari rumah Bude. Namun akhirnya kak Rima bisa mengerti setelah dijelaskan ibu bahwa alasan mereka belum mengabari karena masih menunggu kepastian dari Vania.

Berbeda dengan Tiara dan Nina, Deva justru sangat mendukung keputusan Vania. Karena Deva sudah merasakan bagaimana suka dukanya menjalani pernikahan, apalagi Deva menikah karena perjodohan bukan karena mereka sudah saling mengenal dan saling mencintai. Cinta akan tumbuh seiring waktu, begitu kata Deva menyemangati Vania. Tiara seperti biasa dengan kehebohannya mampu membuat orang di sekelilingnya tutup telinga. Untungnya mereka bercakap melalui grup WA jadi kehebohannya hanya sampai dalam HP saja. Nina seperti biasa menanggapi dengan santai, sesantai pikirannya setiap menghadapi atau memikirkan sesuatu.

Tak terkecuali Aldi, setelah mendapatkan informasi dari kak Rima, Bude segera menghubungi Aldi. Seperti mendengar petir di siang bolong Aldi sangat terpukul mendengar berita pernikahan Vania dan dokter Azzam. Hal yang sebenarnya sudah diprediksi oleh Aldi namun ternyata masih membuat hatinya sakit. Sampai saat ini Aldi masih mencintai Vania. Sekembalinya Aldi ke Jakarta beberapa waktu lalu setelah pertemuan mereka di rumah Vania, Aldi mencoba menuruti permintaan ayahnya. Vania yang selama ini menjadi alasan Aldi menolak permintaan ayahnya, sudah melepas Aldi dengan alasan yang masih belum dimengerti sepenuhnya.

Hubungan Aldi dengan Firsya pun tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan ayahnya. Beberapa kali mereka jalan bersama namun tidak sekalipun Aldi mengajak Firsya berkunjung ke rumahnya. Padahal ayahnya sudah beberapa kali meminta agar Firsya diajak ke rumah.

"Bude minta maaf yaa sayang,, Bude juga baru tahu hari ini, kak Rima juga.. Sebelumnya Bude tidak tahu kalau dokter Azzam juga mencintai Vania. Kamu yang sabar yaa nak.." masih terngiang kata-kata Bude di telepon saat mengabari rencana pernikahan Vania dan dokter Azzam.

Malam ini sendirian di kantor membuat Aldi semakin merasakan kepedihan hatinya, namun Aldi masih dapat mengendalikan dirinya. Hanya airmata yang menitik di ujung matanya, Aldi tidak menyangka bahwa harapan dan keinginannya untuk bisa berjodoh dengan Vania pupus begitu saja. Bukan salah Vania, bukan salah dokter Azzam dan juga bukan salah siapa-siapa, mereka sama seperti dirinya hanya melakoni peran yang sudah dituliskan Allah dalam skenarioNya.

Ingin rasanya malam ini Aldi berangkat ke Bogor untuk menanyakan langsung kepada Vania, namun Aldi sadar bahwa itu adalah perbuatan yang salah. Aldi tidak ingin pernikahan Vania batal hanya karena dirinya.

Malam semakin larut tapi Aldi masih berada di kantor, tiba-tiba HPnya berbunyi. Aldi menatap datar layar HP di sana tertulis nama Risya sahabat masa kecilnya. Beberapa kali panggilan Risya tidak digubris Aldi, panggilan keempat barulah Aldi mengangkatnya.

"Hallo Aldi.. kamu dimana?" tanya Risya sesaat setelah panggilannya diterima Aldi. Risya khawatir dengan keadaan Aldi karena Risya juga baru saja mengetahui berita pernikahan Vania.

"Aku di kantor, ada apa Risya?" tanya Aldi ogah-ogahan, Aldi sebenarnya ingin sendiri namun Aldi tidak enak dengan Risya yang sudah berkali-kali meneleponnya.

"Kamu baik-baik saja kan Aldi?" tanya Risya kemudian. Dari suara yang terdengar, sepertinya Aldi sedang tidak baik-baik saja.

Aldi terdiam, bingung harus menjawab apa. Aldi tidak ingin seorang pun tahu tentang perasaannya saat ini.

"Al... Aldi... kamu masih di sana kan? Aku kesana sekarang yaa..?" panggil Risya khawatir karena Aldi tidak menjawab pertanyaannya.

"Gak usah, aku baik-baik saja kok.. masih banyak kerjaan, besok ada meeting lengkap" jawab Aldi terpaksa berbohong agar Risya tidak mendesaknya lagi. Aldi sudah sangat mengenal Risya dengan watak kerasnya.

Di Antara Dua AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang