Bagian 11. Terungkap Dalam Hati

113 9 0
                                    

Vania sangat bersyukur, sebelum magrib Vania sudah tiba di rumah jadi tidak ketinggalan sholat magrib. Itupun karena Tiara maksa untuk mengantar Vania sampai rumah, kalau gak diantar Vania mungkin saat ini masih di jalan. Selesai sholat magrib Vania membantu ibu di dapur menyiapkan makan malam mereka karena tadi sore Bapak sudah kembali dari luar kota.

Sambil menunggu Bapak pulang dari masjid, Vania ke kamar mandi membersihkan diri sekalian wudhu untuk sholat Isya. Rasanya segar sekali setelah seharian beraktifitas di luar rumah yang ditutup dengan silaturrahmi bareng sahabat-sahabatnya tercinta, meskipun diselingi dengan ujian hati.

"Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh" terdengar suara salam bersamaan dengan suara langkah-langkah kaki yang berhenti di pintu depan.

Tapi kok sepertinya ada dua orang, selain Bapak siapa lagi yaa? tanya Vania dalam hati. "Wa'alaikum salam wa rahmatullahi wa barakatuh" jawab Vania sambil memegang gagang pintu dan membukanya. Tampak Bapak dan sesosok pria yang tadi siang membuat hati Vania terusik.

"Ayo nak Aldi, mari masuk.. anggap saja rumah sendiri" ajak Bapak sambil melangkah masuk ke dalam rumah. "Vania buatkan minum dulu untuk nak Aldi" Perintah Bapak kepada Vania sambil mempersilahkan Aldi duduk.

"Iya pak, Vania ke dalam dulu" Jawab Vania yang tidak sempat menyapa Aldi karena bingung dengan hatinya yang tiba-tiba saja berdebar keras, dengan segera Vania menuju dapur menyiapkan minuman Aldi.

"Terima kasih pak, gak usah repot-repot.." Tolak Aldi dengan halus sambil mendudukkan dirinya di sofa.

"Oh iya, nak Aldi tadi kok naik motornya Vania.. gimana ceritanya? tanya Bapak karena saat ketemu di masjid tadi Aldi memang naik motornya Vania dan sampai ke rumah pun Aldi membonceng Bapak hingga ke rumah.

"Iya pak, tadi sore saat saya mau pulang saya lihat motornya Vania masih ada di parkiran tapi Vania sudah gak ada. Mungkin Vania masih jalan dengan teman-temannya jadi sekalian saja saya antar ke sini" jelas Aldi panjang lebar agar Bapak bisa mengerti dan tidak mencurigainya macam-macam.

"Ooo, gitu.. terima kasih ya nak Aldi.. padahal gak apa-apa ditinggal di sekolah aja. Vania bisa naik ojek besok.." ucap Bapak yang merasa gak enak karena Aldi jadi repot mengantarkan motor Vania ke rumah padahal hari sudah malam. Aldi sendiri pun belum sempat pulang ke rumah karena masih mengenakan seragam sekolah.

"Gak apa-apa Om, kasian Vania kalau harus naik ojek tiap hari" jawab Aldi yang tidak sadar kalau Bapak sudah merasakan ada sesuatu antara Aldi dan Vania, ditambah lagi dengan gerak-gerik Vania yang seperti orang salah tingkah saat membuka pintu tadi.

"Eee,, ada nak Aldi.. Bapak kok gak bilang-bilang.. sudah lama ibu gak ketemu nak Aldi, Bude Lely gimana kabarnya nak?.." sapa ibu yang tiba-tiba muncul karena Vania cerita kalau Aldi sedang bersama Bapak di ruang tamu.

"Alhamdulillah baik Tante,, Bude sehat.. hari ini kak Rima dan mas Bagas juga sudah kembali dari Jakarta jadi rumah rame kembali" Jawab Aldi.

"Alhamdulillah, salam yaa buat Bude dan juga Rima sama Bagas.. Bilang Tante udah kangen.. hehehe" sahut ibu kemudian. "Ayo diminum tehnya,, setelah itu kita makan malam, jangan pulang dulu yaa.." ajak ibu setelah Vania meletakkan secangkir teh untuk Aldi.

"Diminum dulu tehnya Aldi.." kata Vania tanpa menoleh pada Aldi, Vania masih berusaha menenangkan degup jantungnya yang malah semakin keras.. yaa Allah bantu hamba,, doa vania dalam hati.

"Iya Tante, terima kasih.." Jawab Aldi yang langsung mengambil cangkir teh untuk meminumnya karena Vania juga sudah mempersilahkannya.

"Om dan Tante duluan yaa,, jangan lama-lama ngobrolnya nanti makanan di belakang keburu dingin. Ajak Aldi makan ya Van.." perintah Bapak kepada Aldi dan Vania.

Di Antara Dua AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang