"Nak Azzam ini Aldi, adik sepupunya Bagas suami dari Rima kakaknya Vania. Aldi ini juga sudah lama berteman dengan Vania karena mereka satu sekolah" ucap ibu yang memperkenalkan Aldi sekaligus untuk mencairkan suasana yang mendadak hening karena kedatangan Aldi.
"Saya Aldi mas.." Aldi ikut berucap melanjutkan kalimat ibu.
"Oh iya Aldi,, saya Azzam.. kakaknya Nurul.." balas Azzam balik memperkenalkan diri.
"Nak Azzam ini dosen di kampus Vania dan sekarang sementara pendidikan spesialis Ilmu Kesehatan Mata. Ke Bogor karena mengantar Nurul dan Vania, bunda Nurul tidak mengijinkan mereka kalau tidak diantar oleh nak Azzam, sampai-sampai harus menukar jadwal jaga yaa kan nak Azzam?" Jelas ibu yang membuat dokter Azzam sedikit kaget karena ternyata Vania juga menceritakan kronologisnya sampai dirinya ikut ke Bogor.
"Gak apa-apa Tante, itu hal biasa.. kita sering tukeran jaga kalau ada hal penting yang harus diurus" ucap dokter Azzam menjawab pertanyaan ibu.
Penjelasan ibu membuat Aldi terhenyak karena untuk bisa ke Bogor dokter Azzam ini rela menukar jadwal jaganya di Rumah Sakit. Sejak awal sikap Vania agak mencurigakan, kayak orang kaget saat melihatku tadi. Jangan-jangan memang ada hubungan spesial di antara mereka. Aldi menduga-duga dalam hati sejak awal Aldi merasa ada sesuatu yang tidak beres di sini. Semakin kesini aku merasa kamu semakin jauh Vania. Batin Aldi lagi sambil menatap Vania tajam.
Vania semakin merasa tidak nyaman berada di antara mereka, berusaha bersikap wajar justru semakin membuat Vania gelisah. Vania segera beranjak pamit ke belakang. Di dalam kamar mandi Vania merasa sedikit lega, karena terhindar dari tatapan Aldi yang menuntut jawaban atas situasi hari ini. Mengelus dadanya yang bergemuruh tak terkendali agar kembali tenang.
Di ruang tamu suasana tegang mulai mencair kembali, terdengar suara Bapak tertawa yang diikuti oleh ibu dan Nurul. Sementara Aldi dan dokter Azzam hanya bisa tersenyum simpul. Bapak berusaha untuk menyamankan suasana agar makan siang hari ini berjalan lancar.
Sepuluh menit kemudian Vania kembali lagi ke ruang makan, ternyata semua sudah selesai makan. "Habisin dulu makanannya Vania" ibu mengingatkan Vania agar segera menghabiskan makanannya.
"Iya bu, tapi perut Vania gak enak, nanti aja makannya" jawab Vania yang memang sedari tadi moodnya gak baik dan berefek ke perut.
"Ya sudah, temani saja Nurul.. dokter Azzam dan Aldi mungkin mau ke masjid, sudah masuk waktu dzuhur" ucap ibu sambil membereskan piring dan sisa makanan di meja. "Kalau bisa bareng Bapak aja, tuh Bapak juga mau ke masjid" tunjuk ibu pada Bapak yang sedang bersiap mengambil sajadah dan kopiah.
"Iya Tante.." jawab Aldi dan dokter Azzam berbarengan.
Vania mengajak Nurul ke kamar untuk bersiap sholat dzuhur karena barang-barang mereka sudah disimpan Vania di kamar sejak tiba di rumah.
Bersama ibu mereka sholat dzuhur berjama'ah di ruang sholat. Setelah itu mereka membantu ibu untuk membuat pisang goreng untuk cemilan Bapak, Aldi dan juga dokter Azzam. Biasanya Bapak kalau hari libur seperti ini, menunggu sore sambil minum kopi dan ngemil.
Ternyata benar, sekembalinya dari masjid Bapak langsung mengajak Aldi dan dokter Azzam duduk di teras. Menikmati suasana siang yang lumayan teduh, hari ini matahari terlindung awan tebal sehingga cuaca sedikit mendung.
Vania dan Nurul memilih beristirahat di kamar, merebahkan diri sebentar karena sejak tiba di rumah mereka belum beristirahat.
Tiba-tiba ibu memanggil Nurul karena dokter Azzam akan pamit ke rumah temannya. Sehari sebelum ke Bogor mereka sudah janjian dan dokter Azzam diminta untuk menginap di rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Antara Dua Asa
RomansaTerjebak dalam asa dari dua pria yang mencintainya tidak membuat Vania melupakan prinsip hidupnya. Prinsip seorang gadis remaja yang ingin menjaga cinta dalam hatinya hanya untuk seseorang yang diridhoi Allah sebagai imamnya kelak. Lika-liku hidup y...