Sehari sebelumnya.. di kediaman pak Anwar.
"Jaga diri baik-baik di sana ya Aldi.. sering-sering hubungi Bude.. sabar dan berserah diri pada Allah" kata Bude pada Aldi saat mengantar Aldi ke dalam mobil yang akan membawanya ke Bandara.
"Insya Allah Bude.. Ayah Aldi berangkat yaa.. Tante tolong jaga ayah baik-baik.. Assalamu'alaikum" Aldi berpamitan pada ayah dan ibu tirinya, setelah menyalami dan memeluk keduanya Aldi segera naik ke mobil bersama Pak Anto sopir pribadinya.
"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.." jawab Bude, Pak Anwar dan Tante Dian hampir bersamaan.
Ketiganya segera masuk ke dalam rumah saat mobil Aldi hilang di balik pintu gerbang yang segera ditutup kembali oleh Pak Dedi security kediaman pak Anwar. Rumah mewah di kompleks perumahan elit itu sudah didiami oleh keluarga Pak Anwar sejak Aldi masih kecil setelah bunda Aldi meninggal pun, pak Anwar tidak pernah mau meninggalkan rumah yang penuh kenangan akan almarhum istrinya itu.
Meninggalkan keluarganya membuat Aldi tiba-tiba merasakan kehilangan yang teramat sangat. Keputusan yang harus diambil Aldi untuk melupakan kesedihan hatinya karena mendengar berita pernikahan Vania dan dokter Azzam. Aldi berharap dengan kepergiannya ke Perancis akan membuat dirinya bisa melupakan Vania, belahan hatinya yang sudah cukup lama mengisi hati dan pikirannya.
Nia,, aku memang tidak punya hak melarangmu menikah karena memang di antara kita tidak ada hubungan apa-apa.. dan juga aku tahu pasti tidak ada lagi alasan syar'i yang bisa membuatmu menolak lamaran dari dokter Azzam. Namun entah kenapa, hati ini masih tidak rela.. karena aku sangat berharap akulah yang akan mendampingi kamu. Aldi membuka-buka HP melihat dan membaca kembali chattingnya dengan Vania beberapa waktu lalu. Sebelum akhirnya Aldi menonaktifkan HPnya dan mengganti dengan HP yang baru. Aldi yakin dengan cara ini dia akan bisa melupakan Vania dan tidak akan merasa terbebani dengan rasa kecewa dan terluka. Menarik nafas panjang membuat Aldi jadi sedikit lega.
Saat boarding Aldi sempat menoleh ke belakang membayangkan Vania datang menyusulnya ke bandara. Meski itu adalah hal yang tidak mungkin. Di pesawat, kenangan manis tentang Vania tergambar dengan begitu jelasnya. Masa-masa perkenalan yang awalnya seperti orang yang bermusuhan sampai akhirnya membaik dengan terjalinnya hubungan kekerabatan di antara mereka. Membuat Aldi tidak bisa mengalihkan sedikit pun pikirannya dari Vania.
Saat ini yang bisa dilakukan Aldi hanyalah mencoba menyabarkan dan mengikhlaskan hati, karena memang kekuatan cinta tidak menjadi hal mutlak bagi manusia untuk bisa berjodoh. Ada kekuatan takdir dari Allah yang Maha Kuasa, dan senantiasa memberikan yang terbaik bagi manusia meski dalam pandangan kita hal tersebut begitu menyakitkan. Yaa Allah kuatkan hamba.. berikan Ridho dan berkahMu untuk mereka agar Vania dan dokter Azzam dapat menjalani kehidupan rumah tangganya dengan kasih dan rahmatMu.. Aldi berdoa sambil menutup mata seiring berderainya buliran air mata yang menetes perlahan dari kedua matanya. Dengan segera Aldi menghapusnya berusaha untuk ikhlas dan tabah. Selamat tinggal Vania.
Sementara itu Vania hampir setiap hari mengecek HP Aldi yang sampai saat ini tidak pernah aktif lagi. Risau mengkhawatirkan kondisi Aldi bercampur aduk dengan rasa bersalah pada dokter Azzam. Ampuni hamba yaa Allah.
Keadaan ini diketahui oleh dokter Azzam, namun dokter Azzam tidak ingin mencampuri persoalan yang ada selama Vania tidak menceritakan duduk persoalannya. Dokter Azzam hanya berharap Vania dapat menyelesaikannya dengan baik tanpa harus mengganggu persiapan pernikahan mereka.
"Kamu baik-baik saja kan Vania?" tanya dokter Azzam saat mereka sedang berada di butik untuk mencoba gaun pengantin yang sudah dipesan dua minggu lalu. Dokter Azzam melihat kegelisahan yang berusaha ditutupi Vania saat membuka-buka HP. Ibu yang sedang bersama mereka juga turut merasakan kegelisahan Vania. Semoga bukan karena Aldi, yang kuat Vania.. Doa ibu dalam hati.
"Gak apa-apa kok mas.. maaf membuat mas Azzam khawatir.." jawab Vania berusaha untuk tersenyum.
"Kalau sudah selesai kita pulang saja dulu, ntar untuk persiapan di hotel biar Nurul saja yang urus. Sebentar siang Nurul insya Allah sudah tiba di Bogor" ucap dokter Azzam agar Vania bisa beristirahat. Mungkin kesibukan mereka seminggu ini membuat Vania capek dan stres.
"Iya mas, salam buat Nurul.. maaf belum bisa menemani Nurul" Vania merasa gak enak tidak bisa menemani Nurul untuk mengurus tempat pernikahan mereka di hotel.
"Gak apa-apa Vania, lagian Nurul suka karena sejak awal udah minta bagiannya di situ.. bagian perhotelan.. hehehe" dokter Azzam berusaha menghibur Vania dengan sedikit bercanda.
"Hehehe,, kita harus berterima kasih pada Nurul mas.." balas Vania sambil tertawa kecil.
"Salam buat ayah dan bundanya ya Zam.. sampaikan terima kasih kami untuk Nurul, jika masih ada yang perlu disiapkan beritahu ibu" ucap ibu sebelum turun dari mobil setelah mereka tiba di rumah.
"Insya Allah Bu, terima kasih juga sudah menemani kami fitting baju" jawab dokter Azzam sambil menurunkan barang-barang dan membawa masuk ke dalam rumah. "Saya pamit pulang yaa Bu, nanti dikabari saja kalau masih ada yang perlu dipersiapkan. Mas pulang dulu ya Vania" pamit dokter Azzam pada ibu dan Vania. Dokter Azzam tidak berlama-lama di rumah Vania karena menjaga batasan hubungan yang belum sah secara agama.
Dengan segera Vania masuk kamar merebahkan diri sejenak menghilangkan penat menunggu waktu magrib tiba. Vania teringat kembali dengan perjalanan hidupnya sebelum ini. Sebelum akhirnya memutuskan menerima lamaran dokter Azzam. Sebesar apapun keinginan kita tetap Allah yang Maha Kuasa atas segalanya. Apapun itu Vania harus ikhlas menerimanya karena hal ini terjadi juga atas pilihannya. Tidak ada yang buruk jika kita menyerahkan semua urusan pada Allah Ta'ala. Semoga ada hikmah terbaik di balik semua peristiwa ini.. Aamiin..
Di perjalanan dokter Azzam juga memikirkan sikap Vania yang seringkali tiba-tiba gelisah, seperti sedang memikirkan sesuatu. Sudah dua kali mereka jalan bersama, dua kali juga Vania seperti itu. Semoga bukan karena Aldi, yaa Allah kuatkan kami.. ikhlaskan hati kami.. sekiranya ini adalah yang terbaik untuk kami. Kuatkan saudara kami Aldi, hamba yakin ada hikmah terbaik di balik semua ini. Aamiin..
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Antara Dua Asa
RomantizmTerjebak dalam asa dari dua pria yang mencintainya tidak membuat Vania melupakan prinsip hidupnya. Prinsip seorang gadis remaja yang ingin menjaga cinta dalam hatinya hanya untuk seseorang yang diridhoi Allah sebagai imamnya kelak. Lika-liku hidup y...