Bagian 18. Merindukannya

94 7 0
                                    

Larut dengan perasaannya membuat mood Vania malam ini sangat berbeda, sepi, sedih dan rindu. Rindu akan kehadiran teman-temannya yang bawel dan lucu. Juga rindu perhatian Aldi. Yaa Allah kok bisa seperti ini yaa.. aku ternyata benar-benar tidak bisa jauh dari mereka, kuatkan hamba yaa Allah.. Vania segera tersadar dan segera berwudhu agar tidurnya tenang dan selalu dalam limpahan rahmat Allah Ta'ala.

Setelah berbaring, tiba-tiba HPnya berbunyi, terdengar lantunan Dzikir dari HPnya. Siapa yang nelpon malam-malam begini yaa? perasaan tadi HP mereka sedang tidak aktif (sebelum berwudhu Vania sempat mengintip WA sahabat-sahabatnya dan satupun gak ada yang online). Segera Vania beranjak menuju meja belajar karena HPnya tadi diletakkan di sana.

Ternyata yang menelepon Aldi.. "Assalamu'alaikum Nia.. Belum tidur?" sapa Aldi setelah Vania menerima teleponnya.

"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh, ini baru mau tidur Aldi.." jawab Vania yang memang tadinya sudah bersiap untuk tidur.

"Oh iya, amplopnya udah dibuka?" tanya Aldi lagi.

Yaa Allah belum,, Vania teringat amplop yang tadi sore diberikan Aldi. Amplop itu ada di laci meja belajarnya, tadi sesampainya di kamar Vania menyimpannya di laci.

"Maaf aldi, lupa.. karena tadi naruhnya di laci meja.." Vania berkata jujur meski tahu pasti Aldi akan kecewa.

"Gak apa-apa Nia, tapi nanti setelah membuka amplopnya jangan lupa WA-nya juga dibuka, ada sesuatu yang aku kirim di sana.

"Iya Aldi, nanti aku buka" jawab Vania pelan karena berusaha menenangkan jantungnya yang tiba-tiba berdebar kencang, hal yang sudah lama tidak dirasakannya, bahkan tadi sore pun tidak ada padahal mereka ngobrol berdua.

"Makasih Nia, Selamat beristirahat yaa.. Assalamu'alaikum" pamit Aldi sambil tersenyum karena senang Vania ternyata belum membaca amplopnya. Aldi akan malu jika saat menelepon tadi Vania sudah membuka amplopnya.

"Sama-sama Aldi, wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh" balas Vania sambil menutup teleponnya. Dengan segera Vania membuka laci meja mengambil amplop itu dan langsung membukanya. Vania penasaran dengan isi amplopnya.

Amplop itu ternyata berisi sebuah kartu ucapan yang berbentuk hati dengan bunga-bunga kecil dan cantik di pinggir bawahnya. Kartu ucapan pertama kali yang diterima Vania, selama ini dirinya tidak pernah menerima kartu seperti itu. Setelah dibuka tampak tulisan:

Teruntuk Sholehaku,, insya Allah..

Besok aku akan pergi..

Tapi hatiku tak pernah meninggalkanmu..

Kan kujaga selalu untukmu..

Kuatkan..

Eratkan..

Satukan kami yaa Allah, kelak di dunia dan jannahMu..

Aamiin Allahumma aamiin..

Menitik airmata Vania setelah membaca kartu ucapan Aldi, betapa Aldi memang sangat mencintainya. Vania jadi merasa sangat bersalah, merasa dirinya telah mempermainkan hati Aldi dan juga hatinya sendiri. Rasa sedih yang tiba-tiba melanda hatinya membuat Vania lupa dengan ucapan Aldi di telepon, bahwa ada sesuatu yang dikirim Aldi melalui WA. Hatinya merasa sesak sampai Vania harus menarik nafas panjang agar beban di hatinya bisa hilang dan pergi.

Maafkan aku Aldi, tapi aku yakin inilah yang terbaik untuk kita.. dan insya Allah akupun begitu. Kan kujaga hati dan cinta ini untukmu kelak.. insya Allah..

Bunyi getar HP membuat pikiran Vania teralih dari kartu ucapan yang dipegangnya dengan HP yang bergetar di atas meja. Suara getar yang menandakan ada pesan baru masuk di WA. Dengan segera Vania mengambil HP dan segera membuka WAnya. Tampak ada beberapa notifikasi dari Aldi.

Di Antara Dua AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang