Bagian 10. Ujian Hati

139 12 0
                                    

Hari ini, keempat sahabat itu berkumpul kembali di taman belakang. Kebiasaan lama yang agak terlupakan karena sudah hampir 3 minggu mereka sibuk dengan aktifitas masing-masing. Tiba-tiba hari ini semua bisa berkumpul setelah Deva mengajak Tiara dan Nina, terakhir yang dihubungi adalah Vania karena Vania masih di ruang ROHIS membantu pengurus baru untuk menyusun program kerja mereka 2 tahun kedepan.

"Deva, emang kemarin kamu sibuk apa? Kok gak pernah hubungin kita.. biasanya kamu paling gak bisa kalau gak curhat ke kita.. ya kan Nina?". Tiara bertanya pada Deva karena dari mereka berempat hanya Deva yang sama sekali tidak ada kabarnya, setiap hari langsung pulang kadang lupa pamitan dengan teman-temannya. Bahkan sempat ijin gak masuk sekolah selama 5 hari.

"Iya nih, masa untuk telepon-teleponan atau chatting saja gak bisa.. yaa kan Vania" timpal Nina sambil meminta dukungan Vania.

"Yaa,, aku sih penasaran juga.. tapi aku paham kok.. pasti Deva memang lagi ada urusan penting yang kita mungkin gak perlu tahu.." tambah Vania mencoba memahami posisi Deva karena 2 minggu sebelumnya bahkan sampai kemarin dirinya pun seperti itu, masih sibuk dengan urusan pernikahan kak Rima dan sibuk dengan kegiatan ROHIS.

Ditanya seperti itu Deva kaget karena tidak siap dengan pertanyaan seperti itu meskipun Deva tahu pasti pertanyaan itulah yang akan diajukan teman-temannya. Sudah seminggu ini Deva jarang berkumpul dengan teman-temannya. Biasanya pagi mereka bersamaan tiba di sekolah sekarang Deva lebih sering nyaris terlambat masuk setiap harinya. Karena itu pulalah Deva mengajak ketiga sahabatnya untuk kumpul bareng lagi hari ini dan kebetulan siang ini gak ada pelajaran. Katanya masih ada rapat terkait persiapan Ujian Nasional untuk kelas XII. Deva ingin jujur kepada teman-temannya hari ini.

"Maaf yaa teman-temanku, sahabat-sahabatku tercinta.. bukan maksud aku menghindari kalian.. tapi memang benar aku lagi sibuk, sangat-sangat sibuk.." Jawab Deva dengan sedikit sok, gaya khas sang pengawal tiga putri cantik.

"Yee,, gayanya kayak CEO Perusahan terkenal sejagad raya.. sibuk sesibuk-sibuknya" Ledek Tiara yang sejak awal memang pengen mengerjai Deva.

"Iya nih, cerita aja kenapa sih Va.. masa kita harus tahu dari orang lain, yaa nggak Van? Sedari tadi Nina minta dukungan Vania. Tapi seperti yang sudah-sudah Vania pasti menanggapinya dengan netral.

"Iya juga sih,, sekarang aja ceritanya Va.. biar kita-kita lega dan gak penasaran lagi" kata Vania menjawab pertanyaannya Nina.

"Yaa deeh, tapi janji yaa.. kalian jangan musuhin aku setelah ini.." pinta Deva dengan satu syarat sambil mengacungkan jari agar teman-temannya mau berjanji.

"Yaa, janji.. janji.. ayo buruan Va" Paksa Tiara dengan tidak sabar.

"Gini, kemarin itu aku sibuk.. banyak urusan yang harus aku selesaikan.." jawab Deva yang langsung dipotong oleh Nina. "yee,, kalau itu dari tadi juga kita sudah tahu Va.." sungut Nina sambil memanyunkan bibirnya.

"Sabar Nin, gimana Deva mau cerita kalau kita gak sabaran,, jangan dipotong dulu.. kasian Deva sudah kayak terpidana yang akan mengakui kesalahannya.." Bela Vania pada Deva yang membuat Deva akhirnya tersenyum.

"Iya teman-teman, bener aku sibuk.. gini,, aku.. aku.. waduhh.. gimana yaa.. kok susah amat ngomongnya.." Ucap Deva sambil menggaruk-garuk kepalanya, kebiasaan kalau ada yang dipikir Deva yaa seperti itu. "Gini aku.. aku.. aku mau nikah.." akhirnya keluar juga perkataan itu.

"Apaaa...?" Tiara kaget mendengar pengakuan Deva.

"Whaaatt, kamu gak bohong kan Va?" Tanya Nina saking gak percayanya dengan ucapan Deva.

"Masya Allah Va.." Vania pun kaget namun dengan ekspresi yang berbeda dengan Tiara dan Nina.

"Iya,, jelasnya aku dijodohin dengan seorang gadis anak sahabatnya ayahku.." Urai Deva selanjutnya. "Ayah gadis itu sahabat ayahku dan beliau sudah berpulang 2 minggu yang lalu.." Tambah Deva yang sudah tenang kembali.

Di Antara Dua AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang