Perjalanan yang ditempuh kurang lebih setengah jam tidak terasa, karena sepanjang perjalanan Affan bercerita mengungkapkan rasa bahagianya hari ini. Sesekali mereka terdiam karena terpesona dengan indahnya alam yang menghiasi rute perjalanan mereka. Tanpa disadari mobil sudah mengarah ke luar kota, ternyata Hotel itu berada di luar kota.
"Udah dekat bu, Hotelnya gak begitu jauh dari sini" ucap pak Yadi tiba-tiba, menjawab pertanyaan Vania yang bahkan belum terucap. Pak Yadi seperti paranormal yang bisa tahu isi hati dan pikiran orang lain.
"Iya Pak, Hotelnya Bintang 5 ya?" tanya Vania sambil memperhatikan sekeliling.
"Iya Bu" jawab Pak Yadi singkat.
Hotel yang dituju ternyata tidak berada di jalan utama. Harus masuk ke dalam melewati jalan yang tidak selebar jalan utama dan dikelilingi pohon-pohon serta tumbuhan semak yang tertata rapi. Bukti bahwa areal ini pun tidak pernah luput dari penataan dan perawatan petugas hotel. Suasana asri menghijau meneduhkan cuaca siang ini yang cukup panas.
Dari jarak kurang lebih 500 meter tampak bangunan hotel yang berada di atas dataran yang lebih tinggi dari areal sekitar. Tampak di bawah dari perbukitan ini laut biru dengan riak-riak ombak putihnya, bergulung-gulung mengikuti arus angin yang bertiup. Pemandangan yang membuat setiap orang berdecak kagum dan bersyukur akan kebesaran Allah. Hotel yang tidak terlalu besar namun tetap terlihat megah dengan desain Tropis Modern, memang sangat cocok dengan kondisi alam sekitarnya. Kontur tanah yang berbukit-bukit membuat Hotel ini seperti Vila-vila di Puncak. Vania sangat menyukai suasana hotelnya. Cocok bagi mereka yang ingin melaksanakan pernikahan secara tertutup dan sepertinya pernikahan hari ini adalah Private Wedding. Hal ini dibuktikan dengan jumlah mobil yang terparkir di area parkir tidak sebanyak mobil di Hotel Bintang 5 lainnya. Tidak sampai 30 Mobil yang terparkir di sana, Vania sempat menghitung sambil melangkah masuk menuju Lobby Utama.
Sambil menggandeng tangan Affan Vania berjalan perlahan melewati pintu Lobby Utama ditemani Riani di sampingnya. Di dalam lobby, Vania disambut oleh Shiva dan beberapa kerabat Shiva lainnya.
"Masya Allah, cantiknya sahabatku ini.. pangling aku" Shiva menyapa Vania dengan pujian yang rasanya terlalu berlebihan.
"Apa kabar Affan sayang? Affan senang kan tinggal di sini?" Shiva menyapa Affan sambil mengelus pipi tembemnya.
"Senang Tante, di sini banyak pantai.. Apan suka main di pantai.. Bisa bangun istana dali pasil.." jawab Affan sambil tersenyum dan menggerakkan tangannya seperti membuat lingkaran untuk menggambarkan besar dan megahnya istana pasir yang mereka bangun.
"Waah, kapan-kapan ajak Tante yaa sayang, Tante juga suka main pasir di pantai" Shiva berkata lembut sambil mengusap kepala Affan. Affan tersenyum lebar memperlihatkan gigi-gigi mungilnya yang putih dan tersusun rapi.
"Iya Tante, nanti Appan bilang ke Ummi. Asik bisa lame-lame kita" Affan mengangguk senang.
Berempat mereka melangkah menuju Ballroom tempat pelaksanaan pesta pernikahan, diikuti oleh beberapa kerabat Shiva yang masih berada di Lobby.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Antara Dua Asa
DragosteTerjebak dalam asa dari dua pria yang mencintainya tidak membuat Vania melupakan prinsip hidupnya. Prinsip seorang gadis remaja yang ingin menjaga cinta dalam hatinya hanya untuk seseorang yang diridhoi Allah sebagai imamnya kelak. Lika-liku hidup y...