Bagian 16. Keputusan (2)

98 6 0
                                    

Sudah seminggu Bogor diguyur hujan dan hari ini sejak siang sampai sore hujan masih turun dengan derasnya. Untunglah di tepi jalan ada halte yang bisa dijadikan tempat berteduh bagi orang-orang yang terjebak hujan, termasuk pula Vania di antaranya. Hawa dingin yang berhembus membuat Vania segera mengeratkan jaket yang dikenakan agar dirinya tetap hangat.

Bersama beberapa orang yang menanti hujan berhenti Vania ikut duduk di bangku panjang yang tersedia di halte tersebut sambil memperhatikan kendaraan mobil yang lalu lalang dan motor yang nekat menembus lebatnya hujan.

Tiba-tiba ada mobil sedan yang berhenti di depan halte, entah siapa yang ada di dalamnya. Setelah berhenti. Tiba-tiba kaca mobil terbuka dan nampak seorang gadis seumuran Vania yang duduk di kursi pengemudi. Terdengar suara gadis itu memanggil Vania. "Vania, ayo ikut aku saja, hujannya masih lama berhenti" Suara Risya terdengar dari dalam mobil sambil menolehkan wajahnya ke arah jendela sebelah kiri agar Vania bisa melihat wajahnya.

"Eh,, iiyya.. kamu Risya.. aku pikir siapa..." balas Vania yang agak kaget karena ternyata Risya yang berada dalam mobil itu. Vania tidak begitu mengenali mobilnya Risya. Vania pun mengiyakan ajakan Risya dan segera beranjak masuk ke dalam mobil.

"Assalamu'alaikum Risya.. maaf jadi merepotkan kamu" sapa Vania pada Risya setelah Vania duduk di kursi penumpang di samping Risya.

"Wa'alaikum salam, gak kok Vania.. kebetulan aku lewat dan melihat kamu di halte, dan juga sepertinya hujan masih lama berhentinya, ntar kamu kemalaman di jalan" jawab Risya sambil tersenyum agar Vania mau menerima ajakannya dengan senang hati.

"Iya, Risya.. terima kasih yaa" jawab Vania juga dengan tersenyum.

"Aku udah tahu kok alamat rumah kamu Van,, aku pernah lewat di situ dan melihat kamu bersama ibu kamu sedang berdiri di pinggir jalan." Ucap Risya kemudian dan ternyata itu menjawab pertanyaan yang sedang dipikirkan Vania.

"Ooo gitu, aku juga heran kok kamu tidak bertanya dimana alamat rumahku" jawab Vania sambil tersenyum menoleh ke arah Risya yang sedang menatap lurus ke jalanan.

"Hehehe, saat itu aku pengen mampir tapi kulihat kalian sedang menunggu seseorang gak enak nanti mengganggu acara kalian" ucap Risya sebelum Vania menuntut mengapa Risya tidak mampir waktu itu.

Sambil ngobrol dengan sesekali tertawa tak terasa akhirnya mereka tiba juga di rumah Vania dan hujan masih juga turun dengan lebatnya. Vania mengajak Risya untuk mampir karena waktu sudah menjelang magrib supaya Risya tidak ketinggalan sholat magribnya.

"Assalamu'alaikum ibu" ucap Vania dari pintu depan sambil menekan bel karena pintu terkunci dari dalam. Tidak berapa lama pintu rumah terbuka nampak ibu dengan mukenahnya sudah bersiap untuk sholat.

"Wa'alaikum salam wa rahmatullahi wa barakatuh, kamu Vania.. kamu kehujanan yaa?" tanya ibu pada Vania karena hujan yang sedari siang belum juga berhenti. Ibu tidak menyadari ada seseorang yang berdiri di samping Vania karena terhalang daun pintu yang satunya.

"Alhamdulillah, Vania gak kehujanan bu.. tadi ada Risya yang memberi tumpangan pada Vania" jawab Vania sambil memperkenalkan Risya yang berdiri di sampingnya.

"Ooo, maaf nak Risya ibu gak tahu kalau nak Risya ada disini, ayoo masuk sayang" ucap ibu sambil menyalami Risya dan mempersilahkan mereka masuk.

"Terima kasih Tante.. gak apa-apa kok.." balas Risya menyambut uluran tangan ibu. Bersama Vania, Risya ikut melangkah masuk ke ruang tamu.

"Kita langsung ke kamar saja Risya,, supaya bisa sekalian sholat. Nanti wudhunya di belakang, ada pancuran kecil untuk wudhu" kata Vania sambil menunjuk ke belakang, Vania masih ke kamar untuk menaruh tas dan barang belanjaannya. Tadi sepulang sekolah Vania mampir ke Mall dulu, seminggu ini anak kelas XII bebas sudah gak ada kegiatan belajar lagi tinggal menunggu pengumuman dan persiapan SNMPTN.

Di Antara Dua AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang