Sekembalinya Vania dari Bogor, Vania kembali disibukkan dengan kegiatan kampus yang semakin banyak karena akan memasuki ujian semester genap untuk tahun ketiga. Sempat diprotes kak Rima karena sampai sebulan setelah kembali dari Bogor Vania belum juga berkunjung ke rumah mereka, padahal kak Rima ingin sekali ngobrol banyak tentang Bapak dan ibu juga Bude.
Seperti hari ini, dengan bergegas Vania melangkah keluar kelas karena pada jam 14.00 WIB nanti Vania janji ketemu dengan penasihat akademiknya untuk mengurus administrasi KKL setelah ujian semester ini. Saking buru-burunya Vania tidak melihat jika di ujung koridor ada dokter Azzam yang baru saja keluar dari ruang rapat. Dokter Azzam pun tidak berani menyapa Vania, karena teringat kembali dengan janjinya. Cukup dengan melihat Vania sehat wal'afiat hatinya sudah senang.
Setelah urusannya selesai Vania mencari Nurul di Musholla Fakultas, tadi pagi Nurul cerita kalau siang ini akan ada kajian hadits di Musholla. Sudah lama Vania tidak ikut kajian di Fakultas, selama ini Vania hanya ikut kajian sebulan sekali di masjid kampus karena Vania masih sulit mengatur waktunya. Menyibukkan diri dengan kuliah dan sesekali mengikuti kajian agama lumayan menenangkan pikiran Vania dari persoalan yang ada.
Tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana perasaan Vania saat ini, perasaan yang campur aduk. Rasa sayang Vania pada Aldi tidak berkurang meski hatinya sempat sakit dengan kenyataan yang baru saja diketahuinya. Sampai sekarang Vania belum percaya sepenuhnya dengan perasaan Aldi padanya, karena dilihat dari sudut manapun Kiara memang sangat mirip dengan Vania. Atau jangan-jangan mereka adalah sepasang kembar yang terpisah? Hush Vania jangan menduga-duga tidak baik. Tegur Vania dalam hati.
"Assalamu'alaikum Nurul" ucap Vania sambil berbisik dan mengambil tempat di samping Nurul. Kajian hadits sudah lima belas menit yang lalu dimulai. Tema kajian hari ini tentang pernikahan.
Terdengar suara ustadz dari tempat ikhwan yang dibatasi tirai setinggi orang dewasa"
Dan sabda beliau Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam:
اَلنِّكَاحُ مِنْ سُنَّتِي فَمَنْ لَمْ يَعْمَلْ بِسُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي، وَتَزَوَّجُوْا، فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمُ اْلأُمَمَ، وَمَنْ كَانَ ذَا طَوْلٍ فَلْيَنْكِحْ، وَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَعَلَيْهِ بِالصِّيَامِ فَإِنَّ الصَّوْمَ لَهُ وِجَاءٌ.
"Menikah adalah sunnahku. Barangsiapa yang enggan melaksanakan sunnahku, maka ia bukan dari golonganku. Menikahlah kalian! Karena sesungguhnya aku berbangga dengan banyaknya jumlah kalian di hadapan seluruh ummat. Barangsiapa memiliki kemampuan (untuk menikah), maka menikahlah. Dan barangsiapa yang belum mampu, hendaklah ia berpuasa karena puasa itu adalah perisai baginya (dari berbagai syahwat)"
Hadits shahih lighairihi: Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (no. 1846) dari 'Aisyah radhiyallaahu 'anha. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 2383).
Mendengar penjelasan ustadz tentang hadits tersebut Vania langsung teringat pada Aldi dan dokter Azzam. Niat mereka melamar Vania mungkin karena mereka telah merasa mampu untuk menikah dan ingin menjaga diri dari godaan syahwat. Tapi justru Vania yang menghambatnya. Vania menolak karena khawatir tidak mampu menjalani dua-duanya. Apakah hamba berdosa yaa Allah? apakah hamba berhak menjadikan ketakutan dan kekhawatiran hamba untuk menolak niat baik mereka? Tanya Vania dalam hati. Ingin bertanya pada ustadz tapi Vania malu. Jangan-jangan di sana ada juga dokter Azzam, karena dokter Azzam adalah satu dari beberapa dosen yang juga aktif mengikuti kajian agama baik di Musholla Fakultas ataupun Masjid Kampus.
Ah sudahlah, jalani saja.. waktu yang akan menyelesaikannya. Entah memang sesuai dengan apa yang direncanakannya atau justru sebaliknya. Hamba serahkan semua urusan ini padaMu yaa Allah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Antara Dua Asa
RomanceTerjebak dalam asa dari dua pria yang mencintainya tidak membuat Vania melupakan prinsip hidupnya. Prinsip seorang gadis remaja yang ingin menjaga cinta dalam hatinya hanya untuk seseorang yang diridhoi Allah sebagai imamnya kelak. Lika-liku hidup y...