"Ibu, Kak Rima, Vania berangkat yaa" Teriak Vania dari kamar saat melihat Mang Heri sudah menunggu di tepi jalan.
"Iya Vania, hati-hati ya nak" Sahut ibu dari dapur.. tiba-tiba Vania berlari ke dapur karena ingat belum menyalami ibu pamit ke sekolah.
"Jangan lupa sebentar yaa Van, kamu janji mau nemenin kakak ke Mall" tambah kak Rima dari dalam kamar.
"Siap kakakku sayang, eh salah insya Allah, assalamu'alaikum kak" balas Vania sambil berjalan keluar rumah.
"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh" balas Kak Rima.
"Mang Heri kok cepet banget datangnya" sapa Vania ke Mang Heri.
"iya Neng, tadi abis nganterin mbak Endang ke pasar jadi sekalian langsung kesini daripada balik ke rumah lagi" jawab Mang Heri.
"Ayoo Mang Heri kita jalan" ajak Vania. Bismillahirrahmaanirrahiim.
Tiba di sekolah seperti biasa Vania berjumpa kembali dengan ketiga sahabat terkasihnya. "Assalamu'alaikum Vania" ucap Nina dan Tiara kompak.
"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh Nina-Tiara sayang" Balas Vania sambil menggandeng kedua sahabatnya bersama masuk ke halaman sekolah.
"Woooi, tungguin aku dong" teriak Deva terdengar nyaring dari belakang. "Gitu yaa, mentang-mentang aku terlambat sengaja dilupain" sambung Deva dengan tampang kesal.
"Hahaha, tumben telat Va.. marah-marah pula.." Balas Nina sambil tertawa.
"Iya nih, marah melulu.. lagi PMS yaa Va.." sambung Tiara..
"Sudah-sudah, ayoo Va cepetan.. jangan marah yaa" Vania menimpali yang dibalas dengan senyum manis Deva.
"Tuh kaan, memang hanya Vania yang sayang sama aku, kalian jahat" Deva bersikap manja kayak anak kecil membuat ketiga sahabatnya tertawa lepas.
Mendekati kelas, sesaat Vania merasa ada yang kurang.. kok kerasa ada yang kurang, apa yaa?.. tiba-tiba di pintu gerbang masuk sebuah mobil mewah keluaran terbaru yang dibawa oleh seorang laki-laki, terlihat dari jendela yang sedikit terbuka. Siapa gerangan yang ke sekolah dengan mengendarai mobil baru, nampaknya mobil itu tidak familiar tidak seperti mobil yang biasa parkir di halaman sekolah. Ah siapapun itu, apa urusannya denganku batin Vania. Tidak dengan Nina dan Tiara yang langsung bergumam kaget saat melihat siapa yang turun dari mobil itu.
"Wuiih ternyata, pangeran nan rupawan" komen Nina.
Terpaksa Vania menoleh, dan ternyata memang betul Aldi-lah si pengemudi mobil terbaru itu. Kemana motor jadulnya dengan klakson khasnya.. tumben hari ini naik mobil. Ternyata Aldi anak orang kaya, sungguh sangat berbeda dengan Aldi yang dikenalnya selama ini. Ah apa peduliku dengan hal itu..
Meski tidak sekelas biasanya Aldi dalam sehari beberapa kali lewat di depan kelasnya, entah apa yang dilakukannya namun itu sudah menjadi kebiasaannya. Tapi hari ini tidak sekalipun Aldi lewat, tidak terdengar lagi sapaan khasnya yang selalu menyertai derap langkah kakinya berlalu di depan kelas. Sikap usil yang menjadi hiburan anak-anak yang nongkrong di luar kelas pun tidak terdengar lagi. Sesekali terdengar ucapan teman-teman yang bertanya tentang tidak hadirnya Aldi hari ini. Ada yang liat Aldi gak?, kok gak kesini lagi?, Tapi tadi pagi ada kok, iya tadi tumben Aldi pake mobil.. bla bla bla.. Ah apa peduliku.. Batin Vania..
Berpapasan tak sengaja di depan ruang guru membuat Vania kikuk saat berhadapan dengan Aldi. Tanpa bisa berkata apa-apa, keduanya seperti orang asing yang tidak saling mengenal. Ada apa dengan Aldi? Mengapa tidak ada lagi sapaan khasnya. Yaa Allah mengapa aku berharap hal itu.. Jaga hati hamba ya Allah.. Batin Vania.
Aldi ingin sekali menyapa Vania, namun apa daya sejak pertemuan kemarin di perpustakaan membuat Aldi harus berusaha untuk tidak menyapa Vania lagi. Biarlah semua itu menjadi kenangan Aldi dengan Vania. Maaf Vania, aku tak bisa lagi menyapamu. Takut kamu marah lagi, biarlah rasa ini kusimpan sendiri, batin Aldi.
Dengan segera Vania berlalu menuju ruangan sekretariat ROHIS karena siang ini akan ada Diskusi Muslimah untuk para siswi di ruang aula yang harus dicek kembali kesiapannya. Mulai sekarang aku harus terbiasa dengan itu, jangan berharap lagi Vania, janji Vania dalam hati.
"Assalamu'alaikum Yuli.. maaf aku terlambat" ucap Vania sambil membuka pintu sekretariat ROHIS. Di dalam ternyata sudah ada Yuli sang Wakil Ketua dan Irma Koordinator Seksi Peningkatan IMTAQ, Vania sendiri sudah 2 tahun ini menjabat sebagai Ketua ROHIS yang tinggal 2 bulan lagi akan berganti kepengurusan karena pengurus yang sekarang akan segera menghadapi Ujian Nasional (semua pengurus inti berasal dari kelas XII).
"Wa'alaikum salam warahmatullahi wa barakatuh.. Gak apa-apa Van, aku juga baru datang" Balas Yuli sambil mempersilahkan Vania duduk di kursi di sampingnya.
"Oh Iya Irma, bagaimana kesiapan Diskusi nanti? Ustadzahnya sudah dihubungi?" tanya Yuli memastikan karena sejak dari tadi Irma bersama panitia Seksi IMTAQ sudah berada di sekretariat.
"Alhamdulillah tempat dan ruangannya sudah siap Yul, Ustadzahnya sudah dihubungi Naurah dan beliau saat ini sudah menuju sekolah kita dan untuk konsumsi kata Fira sudah oke" Jawab Irma dengan mantap dan penuh semangat.
Vania bersyukur teman-teman pengurus ROHIS sudah sangat paham dengan tugas masing-masing dan itu terbukti tidak ada satupun kegiatan mereka yang gagal dilaksanakan. Apalagi ini adalah kegiatan terakhir dari kepengurusan saat ini.
"Alhamdulillah, terima kasih teman-teman, aku sangat bersyukur bisa bekerja sama dengan kalian semua, maafkan kalo banyak salah kata dan sikap aku selama ini" ucap Vania dengan raut wajah sedih. Vania tiba-tiba merasa sedih karena tidak lama lagi akan meninggalkan organisasi yang telah banyak memberi pengalaman berharga bagi Vania dan teman-temannya, dan juga telah mengajarkan bagaimana indahnya menjalin ukhuwah sesama muslimah karena cinta kepada Allah Ta'ala.
Seketika Yuli dan Irma memeluk Vania, "Jangan berkata seperti itu Vania, aku juga banyak salah dan selalu membantah jika kita sedang rapat" aku Yuli dengan wajah bersalah.
"Iya Van, aku juga minta maaf suka lupa dengan apa yang sudah kita rencanakan, sering kali membuat Vania harus turun tangan untuk membereskan kekacauan yang aku buat" kenang Irma dengan sedih.
"Gak apa-apa Yuli sayang, Irma sayang.. manusia tempatnya khilaf. Lagipula selama ini kegiatan kita tidak ada yang gagal, alhamdulillah sukses semuanya meskipun ada masalah namun dengan kompak kita bisa menyelesaikannya,, sudah aah kok malah jadi sedih.. maaf yaa,, aku yang mulai" lanjut Vania sambil balas memeluk Yuli dan Irma..
Begitulah mereka, meski kesehariaannya berbeda kelas dan memiliki sahabat masing-masing namun tidak membatasi persaudaraan di antara mereka, karena mereka berjuang bersama atas ijin dan Ridha Allah. Bersama-sama menghidupkan Syariat dienul Islam melalui organisasi ROHIS yang mereka cintai.
"Yuuk, kita ke aula.. teman-teman sudah banyak yang berkumpul di sana" ajak Irma setelah mendapat telepon dari Nia yang menjadi koordinator Umum dan Humas.
Bertiga mereka beriringan menuju aula dengan sesekali bercanda dan bergurau, cukup membantu Vania melupakan pikiran kusutnya yang sedari pagi dipenuhi pertanyaan tentang perubahan sikap Aldi. Astaghfirullahal adzhiim.. Batin Vania..
![](https://img.wattpad.com/cover/210818297-288-k315920.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Antara Dua Asa
RomansaTerjebak dalam asa dari dua pria yang mencintainya tidak membuat Vania melupakan prinsip hidupnya. Prinsip seorang gadis remaja yang ingin menjaga cinta dalam hatinya hanya untuk seseorang yang diridhoi Allah sebagai imamnya kelak. Lika-liku hidup y...