Bagian 39. Bangkit

86 5 0
                                    

Kesibukan Vania menjalani kuliah tidak membuat Vania lupa memeriksakan kehamilannya. Pada usia kehamilan jelang trimester ketiga ini Vania bahkan hampir setiap minggu ke dokter kandungan. Kebetulan dokter kandungan yang dikunjungi Vania adalah teman dokter Azzam saat masih kuliah dulu. Vania sangat bersyukur begitu banyak orang-orang yang menyayanginya, bahkan Vania hampir tidak leluasa menjalani hari-harinya karena begitu banyak larangan dari orang-orang terkasih di sekitarnya.

Dua minggu jelang persalinan, Vania kembali meminta cuti dua bulan agar masih bisa mengasuh bayinya dua bulan pertama. Sebenarnya Vania pengen cuti satu semester dulu tapi Ayah dan Bunda menyarankan Vania untuk cuti dua bulan saja, toh ASI eksklusif tetap masih bisa diberikan meski sang ibu beraktifitas di luar rumah. Bunda hanya kasihan Vania sudah beberapa kali meminta cuti dan menyebabkan Vania tertunda hampir enam bulan dari target kuliahnya.

Malam ini, tumben Vania tidak bisa tidur. Sang jabang bayi sangat aktif menendang perutnya, mungkin sudah tidak sabar untuk keluar menjumpai Umminya. Malam ini pun tiba-tiba Vania teringat kembali dengan almarhum Dokter Azzam, suami yang begitu dicintainya. Andai kamu di sini mas, tentu kebahagiaan yang Vania rasakan saat ini sempurna. Vania bergumam sendiri sambil mengelus lembut perut besarnya. 

"Aaawwww.. pelan-pelan sayang.. sabar sebentar lagi insya Allah kita bisa bertemu" sang jabang bayi seolah-olah mengerti dengan ucapan Vania, merespon dengan satu tendangan yang cukup membuat Vania kaget dan sedikit nyeri. "Maaf nak, Ummi harusnya tidak boleh seperti itu, maaf Ummi terbawa perasaan" Vania kembali mengelus lembut perutnya. Namun tiba-tiba Vania merasakan nyeri perut hebat menjalar ke pinggang.

Saat Vania melangkah menuju pintu, tiba-tiba Vania merasakan ada air yang merembes keluar dan mengucur hingga membasahi dress panjangnya. Dengan susah payah Vania berusaha melangkah menggapai sofa di dekat pintu kamarnya. Untungnya saat itu Bunda masuk untuk mengajak Vania makan malam. Bunda terperanjat saat mendapati Vania yang sedang meringis kesakitan sambil memegang perut dan pinggangnya. Di tambah lagi dengan semakin banyaknya ketuban yang mengalir dari rahim Vania.

"Yaa Allah, kenapa sayang? Perutnya sakit?" Tanya Bunda yang dengan segera berteriak memanggil Ayah. Malam ini hanya Ayah dan Bunda serta Bibi dan Mang Ujang yang ada di rumah, Nurul sedang Dinas Malam.

"Iya Bunda, sakit sekaliiii.. Vania gak kuat.." ucap Vania sambil meringis menahan sakit, kontraksi rahim yang tiba-tiba datang dengan air ketuban yang pecah duluan bisa membahayakan bayi dalam kandungan. "Bawa Vania ke Rumah Sakit saja Bunda" Pinta Vania pada Bundanya.

"Iya sayang, sabar yaa.. kita tunggu Ayah dan Mang Ujang dulu.. biar bisa digendong" Jawab Bunda sambil mengelus pinggang Vania.

"Hhhhhh.. mmmm.. yaa Allah kuatkan hamba" Vania berkali-kali menarik nafas panjang agar nyerinya berkurang. "sabar ya nak" Vania menguatkan pula dede bayinya.

Saat ini Nurul sudah menunggu di Rumah Sakit yang dipilih Vania, tim medis sudah bersiap menunggu kedatangan Vania. "Alhamdulillah" ucap Nurul saat melihat mobil Ayah yang sudah berhenti di depan pintu UGD. Dengan segera Vania di bawa ke UGD untuk diperiksa, kondisi Vania tidak memungkinkan lagi untuk melahirkan secara normal harus segera dilakukan operasi Sectio Caesarea. Padahal Vania sangat berkeinginan untuk bisa melahirkan secara normal, ingin merasakan bagaimana perjuangan seorang wanita melahirkan buah hatinya. Yaa Allah tolong hamba, mudahkan operasi ini.. jaga dan lindungi anak kami. Doa Vania. Alhamdulillah Bunda diijinkan dokter untuk mendampingi Vania di ruang operasi.

Sekitar pukul 21.15 WIB, putra pertama Vania dan Dokter Azzam lahir dengan selamat dan sehat wal afiat. Tangisan bayi yang nyaring terdengar membuat Vania tidak henti-hntinya mengucap syukur, Alhamdulillahi Rabbil aalamiin.. terima kasih yaa Allah. Mulai saat ini Vania harus kuat ada buah hati mereka yang harus dijaga dan dilindungi dengan penuh kasih. Bunda tiba-tiba menangis, teringat dengan putra kesayangannya. Wajah sang cucu begitu mirip dengan wajah Dokter Azzam, hanya hidung dan bibir mungilnya yang mirip Vania. Perpaduan yang sempurna dari Vania dan Dokter Azzam, sungguh Allah Maha Besar.

Di Antara Dua AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang