Bagian 4. Tak Terduga

162 12 2
                                    

Memasuki rumah Vania semakin heran karena beberapa kerabat terdekat telah berkumpul di rumahnya seperti akan ada hajatan besar besok. Dengan rasa penasaran Vania berlari mencari ibu terkasihnya di ruang tengah.

"Ini ada apa bu? Kok tiba-tiba rumah jadi rame begini? Emang besok ada yang mau nikah bu? Sosor Vania dengan tanpa jeda.

"Anak gadis ibu yang cantik dan sholeha bisa gak ngomongnya satu-satu, tarik napas dulu? Gak baik lho anak gadis kayak gitu" balas ibunya dengan penuh kasih sambil mengelus pipi putri bungsunya.

"Habisnya dari tadi kak Rima gak mau cerita ada apa, eee sampe rumah ternyata lagi rame kayak mau ada hajatan, dan anak ibu yang cantik ini gak tahu apa-apa.. gak mungkin kan kalo acara ini direncanainnya mendadak. Pasti sudah dari kemarin-kemarin.." tuntut Vania sambil memeluk ibu kesayangannya.

"Yaa sudah, denger baik-baik ya sayang.. insya Allah besok siang keluarganya mas Bagas akan datang.. rencananya untuk melamar kak Rima dan insya Allah rencana nikahnya minggu depan, besok itu selain melamar resmi juga untuk membicarakan persiapan pernikahan mereka" jelas ibu sambil menata kue dan buah-buahan di meja makan.

Vania terperangah karena berita penting ini baru diberitahu sekarang, gak ada seorang pun yang cerita sebelumnya. Dengan wajah cemberut Vania menuntut.. "iih, semua jahat.. gak ada yang sayang sama Vania.. gak ada yang peduli, emangnya Vania masih anak-anak? Kak Rima juga apa susahnya siih kasih tahu Vania supaya Vania gak terkaget-kaget kayak sekarang.. untung gak jantungan.." sahut Vania sambil merengut..

"Ssstt,,, apa-apaan sih Van.. jangan ngomong yang jelek-jelek dong" akhirnya kak Rima bersuara juga. "Kakak bukannya gak mau cerita, tapi kakak gak mau ngebebanin Vania dengan yang berat-berat.. lagipula pestanya gak mewah-mewah kok, sederhana saja.. yang penting akad nikah dan diumumkan pada kerabat, tetangga dan teman-teman" tambah kak Rima lagi. "dan yang paling penting sekarang kamu istirahat supaya besok fresh lagi dan bisa dampingin ayah, ibu dan kak Rima menyambut keluarganya mas Bagas,, yah sayang yaa.." bujuk kak Rima lagi.

"Iya, Vania istirahat.. tapi harus cerita dulu Mas Bagas itu siapa dan kak Rima ketemunya dimana?.. perasaan Vania gak pernah liat ada laki-laki yang datang ke rumah ngobrol dengan kak Rima" Rajuk Vania karena rasa penasarannya belum terjawab. "supaya Vania bisa tidur nyenyak kak,, ntar malah ngebayangin yang enggak-enggak.. ayoo dong kak cerita.." rengek Vania tak putus asa.

"Iya deh, kak Rima cerita.. tapi kamu janji yaa setelah ini langsung istirahat.." jawab kak Rima sambil mengajak Vania duduk sama-sama di sofa. "kamu ingat gak sama Tante Lely sahabatnya ibu waktu SMA,, yang waktu ramadhan kemarin datang ke rumah?" lanjut kak Rima lagi sambil membantu Vania mengingat-ngingat kembali.

"yang waktu itu bawa makanan untuk buka puasa kan kak?,,, mmm iya Vania ingat..." sambut Vania senang karena sudah mulai ngerti. "trus apa hubungannya dengan mas Bagas kak?,, emang kak Rima pernah ketemu dengan mas Bagas?" tuntut Vania tak ada hentinya.

"Kebiasaan deh.. kalo udah ngomong gak ada berhentinya.. satu-satu nanyanya Vania sayang.." balas kak Rima dengan sedikit mengomel. Vania memang rame dan cerewet kalo udah di rumah.. dan suka memaksakan kehendak.. suka semaunya dan harus dituruti,, mungkin karena sadar anak bungsu dan sangat disayangi oleh Bapak, ibu serta kak Rima. Gak seperti di sekolah, tutur kata Vania lemah lembut dan bersikap dewasa.

"Tante Lely itu ibunya mas Bagas.. memang sih setiap kesini Tante Lely selalu sendiri karena mas Bagas kerjanya di Bandung. Tapi terakhir kali kesini, Tante Lely datang dengan mas Bagas cuma mas Bagas gak ikut turun nunggu di mobil.. ketika itu kak Rima baru pulang dari kursus, karena bingung ada mobil yang menghalangi jalan masuk.. kak Rima langsung aja menegur mas Bagas yang ada di dalam mobil.. naah saat itulah kak Rima kenal dengan mas Bagas".. terang kak Rima panjang lebar.

"Trus kak,,?" tanya Vania gak sabaran.

"Ibu aja deh yang cerita, Rima malu bu.." rengek kak Rima dengan wajah merona menahan malu.. Kak Rima memang kulitnya putih mulus gak seperti Vania yang berkulit sawo matang.

"Ibu sebenarnya gak tahu, kalo maksud Tante Lely waktu itu memang datang untuk mengenalkan mas Bagas dengan kak Rima,, namun karena waktunya udah jelang berbuka setelahnya baru Tante Lely cerita.. ditambah lagi saat itu kak Rima sempat ngomel-ngomel ke mas Bagas.. jadi gak sempat kepikiran dengan rencananya Tante Lely.." ibu melanjutkan cerita kak Rima yang sudah gak bisa ngomong lagi karena ternyata ada hal yang memalukan yang terjadi saat itu.

"Ibu jangan cerita yang itu dong,, Rima kan maluu.." potong kak Rima sambil menutup muka yang seperti kepiting rebus.

"lha emang itu kan yang terjadi,, " balas ibu sambil tersenyum dan mengedipkan mata. "dan itu mungkin sudah jalannya.. ternyata mas Bagas gak marah malah suka dan meminta Tante Lely agar segera melamar kak Rima,, apalagi setelah Tante Lely cerita kalo kak Rima kesayangan kita ini memang gak mau pacaran pengennya langsung nikah aja.. katanya sih pengen ngerasain pacaran setelah menikah yang kata orang nikmat,, dan juga karena dalam agama kita dilarang pacaran" lanjut ibu dengan penuh semangat. Bahagia karena putri sulung ibu sudah akan menikah dan ada yang akan menjaganya seumur hidup.

"Waah, so sweet deh.. akhirnya ada juga yang melamar kakak kesayangan Vania ini" sambut Vania sambil memeluk kak Rima.. "Vania senang kak, alhamdulillahirabbil aalamiin.. tapi kak Rima nanti tinggal dimana?" tanya Vania sedih karena mungkin akan berpisah dengan kakak tercintanya itu.

"Untuk sementara masih di kota ini Vania sayang,, masih bolak balik ke rumahnya Tante Lely.. karena mas Bagas mau nyari rumah kontrakan dulu di Bandung karena sekarang masih tinggal di kos-kosan.." balas kak Rima dengan memeluk erat Vania seakan gak mau berpisah dengan Adik semata wayangnya.

"Udah-udah, cukup acara sedih-sedihnya.. harus tetap semangat dan berdoa supaya besok acaranya dilancarkan dan sukses.." sahut ibu sambil melerai pelukan kedua putrinya takut mereka akan semakin sedih..

"Aamiin aamiin yaa Allah" jawab Vania dan kak Rima bersamaan.

"Kalo gitu Vania pamit ke kamar ya bu? Udah gerah dari pagi belum mandi.." pamit Vania sambil berjalan menuju kamarnya.

"Pantesan dari tadi ada bau-bau yang gak enak" kak Rima menggoda dan pura-pura menutup hidungnya.

"Kak Rima jahat sama adik sendiri" Vania merengut sambil berjalan dan melangkah cepat.

"Hehehe.. Vania.. Vaniaa.. gitu aja ngambek" ejek kak Rima menggoda. "Selamat istirahat Vania sayang, jangan lupa berdoa" lanjut kak Rima

''Iya kak,, dadah ibu.. kak Rima.." Vania beranjak pergi sambil melambaikan tangan seperti akan berangkat ke sekolah.

Di Antara Dua AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang