Bagian 23. Bertamu dan Bertemu

85 7 0
                                    

Sekitar pukul 07.00 WIB mereka berangkat dari rumah Nurul dengan menggunakan mobil dokter Azzam. Vania mengambil tempat di bangku penumpang belakang sementara Nurul duduk di samping dokter Azzam. Perjalanan yang sunyi karena mereka berbincang sesekali selebihnya hanya suara nasyid yang terdengar pelan menemani kebisuan mereka.

Vania bingung harus ngobrol apa, sampai saat ini Vania belum sekalipun mengucapkan terima kasih pada dokter Azzam karena sudah bersedia mengantar mereka ke Bogor. Vania segan untuk memulai percakapan. "Mas, nanti kita mampir di rest area yaa. Nurul pengen buang air" pinta Nurul sambil tersenyum manja pada sang kakak.

"Iya, sebentar ada satu rest area lagi, kalau ada yang mau dibeli.. beli aja sekalian" balas dokter Azzam mengingatkan Vania dan Nurul.

Mobil diparkir dekat dengan minimarket setelah sebelumnya berputar-putar mencari parkiran. Vania duduk di teras minimarket sambil menunggu Nurul dari toilet. "Minum dulu Vania, biar hangat" ucap dokter Azam sambil menyerahkan segelas coklat hangat untuk Vania dan Nurul.

"Eh, iya dok.. terima kasih" balas Vania dengan agak terbata, kaget dengan dokter Azzam yang tiba-tiba muncul di dekatnya.

"Gak usah manggil aku dengan sebutan itu Vania, ini bukan di rumah sakit atau kampus.. panggil mas saja" dokter Azzam mengingatkan Vania agar tidak lagi memanggilnya dokter kalau tidak sedang di kampus atau rumah sakit.

Vania bukannya lupa, tapi sampai saat ini Vania masih merasa tidak enak jika memanggil dokter Azzam dengan kata 'mas'. "Maaf mas Azzam" ucap Vania dengan malu-malu.

"Ayo mas kita jalan lagi,, udah lega buli-bulinya udah kosong, tadi sebelum berangkat Nurul minum airnya hampir sebotol" jawab Nurul begitu tiba di tempat Vania dan dokter Azzam duduk.

"Ayoo, supaya kita tiba di Bogor belum terlalu siang" dokter Azzam segera berdiri lebih dulu meninggalkan Vania dan Nurul.

Perjalanan mereka kurang lebih sejam lagi. Dokter Azzam mengendarai mobil dengan kecepatan sedang agar Vania dan Nurul bisa beristirahat. Sesekali dokter Azzam mengintip ke belakang dari kaca depan dan mengetahui kalau Vania ternyata sudah tidur sama dengan Nurul yang juga sudah tertidur pulas.

Andai kamu telah menerima lamaranku Vania, kita mungkin tidak sekaku ini bahkan mungkin bisa bersikap romantis seperti pasangan suami istri lainnya. Aku sangat menyayangimu Vania,, aku akan menunggu sampai hatimu terbuka untukku, ucap dokter Azzam dalam hati, sambil tersenyum karena begitu senang melihat wajah teduh Vania yang sedang tidur.

Keinginan dokter Azzam yang sudah lama ingin mengenal Vania dari dekat dikabulkan Allah dengan perjalanan hari ini. Bukan saja bisa bersama namun dokter Azzam juga bisa berkenalan dengan orang tua Vania meskipun posisinya saat ini hanya sebagai pengantar atau katakanlah sopirnya Nurul.

Sayup-sayup terdengar lantunan lagu yang sangat disukai Vania, lagu yang mengingatkan Vania pada Aldi.

Tak perlu aku ragui
Sucinya cinta yang kau beri
Kita saling kasih mengasihi
Dengan setulus hati

Ayah ibu merestui
Menyarung cincin di jari
Dengan rahmat dari Ilahi
Cinta kita pun bersemi

Sebelum diijabkabulkan
Syariat tetap membataskan
Pelajari ilmu rumahtangga
Agar kita lebih bersedia
Menuju hari yang bahgia

Kau tahu ku merinduimu
Ku tahu kau menyintaiku... oh kasih
Bersabarlah sayang
Saat indah kan menjelma jua

Kita akan disatukan
Dengan ikatan pernikahan... oh kasih
Di sana kita bina
Tugu cinta mahligai bahgia

Semoga cinta kita
Di dalam redha Ilahi
Berdoalah selalu
Moga jodoh berpanjangan

Sementara dokter Azzam begitu senang menikmati lagu 'Kasih Kekasih' – In team. Vania justru semakin diliputi rasa bersalah pada dokter Azzam dan Aldi. Dua laki-laki yang mencintainya dan menggantungkan harapan mereka hanya pada Allah, rasa gelisah yang semakin terasa membuat Vania akhirnya terbangun. Gelisah dan keringat dingin seketika mendera tubuh Vania dan itu tak luput dari perhatian dokter Azzam.

Di Antara Dua AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang