Bagian 25. Impian Masa Depan

88 6 0
                                    

Sore harinya Vania dan Nurul pergi mengunjungi kak Rima sekalian menjenguk ponakan barunya. Mereka pergi berdua, dokter Azzam masih di rumahnya dokter Surya. Vania disuruh Bapak untuk menggunakan mobil supaya aman jika pulangnya kemalaman.

Ting.. tong.. "Assalamu'alaikum Bude, kak Rima.. Vania datang" ucap Vania sambil menekan tombol bel yang ada di samping pintu. Tak lama kemudian terdengar seseorang yang membukakan pintu, entah Bude atau kak Rima, atau mungkin pula mba Ani.

"Wa'alaikum salam" pintu terbuka dan terdengar suara Bude menjawab ucapan salam Vania.

"Bude,, Vania kangen.." Vania segera memeluk Bude dengan manja. Bude seperti orang tua kedua bagi Vania. Bude senantiasa memperlakukan Vania seperti anak sendiri.

"Iya sayang, Bude juga kangen banget sama Vania" Jawab Bude sambil tersenyum bahagia. "Gadis cantik ini sahabat kamu Vania?" tanya Bude saat melihat ternyata Vania tidak sendiri ada gadis cantik yang datang bersama Vania. Gadis berkulit putih dengan gamis dan jilbab lebar, sama seperti Vania. Busana yang semakin membuat mereka tampak anggun dan sholeha.

"Iya Tante saya Nurul sahabat Vania.." jawab Nurul sopan dan mencium tangan Bude dengan takzim.

"Alhamdulillah, senang bisa ketemu nak Nurul.. ayo masuk.. anggap saja rumah sendiri, jangan sungkan yaa" Bude segera mempersilahkan mereka masuk ke dalam, menunggu kak Rima di ruang tengah.

Bude menemani mereka duduk dan meminta Vania juga Nurul untuk mencicipi kue Klappertart buatan Bude. Manis dan gurih itulah yang paling disukai Vania dari kue Klappertart Bude. Saking enaknya Vania tidak pernah mau beli di luar, karena Vania belum pernah menemukan Klappertart yang sama enaknya dengan buatan Bude.

"Enak Bude,, waah gak cukup kalau hanya sepiring.. yaa kan Nurul? hehehe" ujar Vania sambil menikmati semangkuk kecil Klappertart.

"Iya Vania, kue Bude enak banget.. kalau Bude tinggalnya di Bandung, setiap hari kita bisa makan ini ya Van?" Nurul pun mengiyakan perkataan Vania, dan memang benar kue Bude sangat enak.

"Ah kalian ini sangat jago memuji orang,, udah dihabisin aja.. masih banyak kok di kulkas. nanti kalau mau pulang jangan lupa bawain Bapak dan ibu yaa.." Bude tersenyum mendengar pujian mereka.

"Oh iya.. tadi Aldi ke rumah kamu yaa Vania?" tanya Bude karena teringat pada Aldi yang tadi buru-buru pamit ke Jakarta setelah kembali dari rumah Vania.

"Iya Bude, tadi sebelum Ashar Aldi pulang" jawab Vania yang jadi teringat dengan pertemuan mereka tadi siang.

"Ooo, gitu.. Aldi baik-baik saja kan sayang? Aldi itu sebenarnya baru tiba tadi pagi, hanya sebentar langsung pamit katanya mau ke rumah Vania.. balik lagi kesini untuk ngambil tas dan pamit pulang ke Jakarta" jelas Bude yang memang merasakan ada yang aneh dengan Aldi hari ini. Datang tidak mengabari dan pulangnya juga mendadak. "Gak sempat ngobrol banyak dengan Bude, padahal Bude udah kangen banget dengan anak itu" jelas Bude dengan raut wajah sendu.

Vania hanya terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Vania merasa mungkin Aldi kecewa dengan keputusannya tadi siang. Vania tidak menyangka bahwa kedatangan Aldi ke Bogor memang karena ingin bertemu dengannya. Yaa Allah, maafkan Aldi.. aku hanya ingin menguatkan hatiku saja, karena jujur aku sangat kecewa setelah mengetahui cerita tentang Kiara. Aku tidak ingin kecewa karena terlalu berharap padamu. Biarlah kita menjalani cerita ini sesuai skenario yang sudah Allah tetapkan.

"Bu, HP ibu berdering.. mas Aldi telepon" Mba Ani tiba-tiba datang membawakan HP Bude yang tertinggal di dapur.

"Ooo, iya mba Ani.. makasih yaa" ucap Bude pada mba Ani.

Bude mengangkat telepon Aldi yang sudah menelepon sampai beberapa kali, "Assalamu'alaikum Aldi.."...... "Kamu udah sampai di Jakarta sayang?"........ "Alhamdulillah"..... "Sampaikan salam Bude pada ayahmu yaa"......... "Bilang Bude gak sempat nitip kue karena kamu buru-buru pulangnya, nanti dikira Bude pelit lagi"........ "Ooo, gitu ya udah.. gak apa-apa.. semoga masalahnya cepat selesai ya nak.. selamat bekerja"... "Wa'alaikum salam". Percakapan Bude dengan Aldi layaknya percakapan seorang ibu dengan anaknya.

Di Antara Dua AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang