Berita tentang musibah yang menimpa Vania sampai juga ke telinga sahabat-sahabat Vania termasuk Aldi. Namun hingga saat ini Aldi belum juga mengunjungi Vania. Deva yang pertama kali menjenguk Vania karena dari ketiga sahabatnya hanya Deva yang tinggal di Bandung. Sore hari barulah Tiara dan Nina berkesempatan menjenguk, mereka janjian begitu mendapat kabar tentang musibah yang menimpa Vania karena saat ini mereka pun bekerja di perusahaan yang sama.
Sudah dua hari ini Kak Rima dan Nurul yang menjaga Vania, dokter Azzam hanya sesekali menengok karena memang bertugas di Rumah Sakit ini. Bapak dan Ibu diminta kak Rima beristirahat dulu ke rumah, Jika di RS pasti tidak bisa beristirahat dengan nyaman.
"Kenalin Nurul, aku Tiara dan ini Nina" ucap Tiara memperkenalkan dirinya dan Nina. "Kami sahabatnya Vania sejak SMA".
"Iya Tiara, Vania sudah pernah cerita tentang kalian.. aku sangat senang bisa kenal dengan kalian" jawab Nurul sambil menyalami Tiara dan Nina bergantian.
"Kapan-kapan main ke Jakarta yaa Nurul, kami tunggu" ucap Nina yang juga merasa senang bisa bertemu dengan Nurul dan dokter Azzam. Vania pernah cerita tentang sahabatnya Nurul dan dokter Azzam.
"Insya Allah.. ya kan mas Azzam?" tanya Nurul pada mas Azzam sambil tersenyum, karena Nurul yakin pasti bunda akan minta mas Azzam menemani mereka lagi.
"Iya.. insya Allah" jawab dokter Azzam. "Mas pamit yaa, masih mau ke kampus dulu.. hari ini janjian dengan mahasiswa ada kuliah tambahan" pamit dokter Azzam yang tiba-tiba teringat dengan jadwal kuliahnya.
"Iya mas,, hati-hati di jalan.. pulangnya jangan lupa jemput Nurul" Nurul mengingatkan dokter Azzam akan janjinya pada bunda untuk sebisa mungkin menjemput Nurul jika waktu pulang mereka bertepatan pulangnya. Musibah yang menimpa Vania membuat bunda khawatir karena kedua anaknya selalu pulang malam terutama jika kebagian jaga siang.
"Vania, bangun dong.. ini aku Nina dan Tiara.. kita kangen banget sama kamu Vania" ucap Nina sambil mengelus lembut kepala Vania, berharap agar Vania segera sadar kembali. Sudah sekitar 16 jam Vania tidak sadar.
"Iya Vania, kamu tidak kasian dengan kita jauh-jauh dari Jakarta tapi kamunya tidur" Tiara ikut berbisik di telinga Vania. Rasanya sedih melihat sahabat tercinta mereka tergolek lemah tak berdaya dengan selang infus juga selang-selang lainnya yang terpasang di tubuh lemahnya.
Seperti kejadian sebelumnya saat Vania pingsan dan dirawat di RS, Kesadaran Vania sebenarnya sudah kembali tapi Vania belum sanggup membuka mata, hanya jari-jarinya saja yang sudah bisa digerakkan perlahan. Suara-suara orang bercakap samar-samar sudah mulai bisa didengarnya.
"Dulu saat pingsan juga, Vania sadarnya agak lama" ucap Tiara mengingat peristiwa yang dulu saat mereka masih di Bogor.
"Tapi mudah-mudahan tidak lama lagi Vania akan sadar" Nurul tetap berharap karena kondisi Vania sejak awal pasca operasi stabil dan sangat baik.
"Aamiin yaa Rabbal aalamiin" doa kak Rima yang ikut mengamini ucapan Nurul.
Penantian mereka akhirnya berakhir juga, pukul 16.20 Vania bangun dari tidurnya dan langsung memanggil kak Rima. Suara yang pertama kali dikenali Vania adalah suara kak Rima yang mengaminkan doa Nurul.
Semua bergegas menghampiri Vania menyapa Vania yang sangat mereka rindukan keceriaannya. Nurul pun segera menelepon dokter Surya dan dokter Azzam.
"Alhamdulillah sayang, kamu sudah sadar" ucap kak Rima sambil mengecup kepala Vania dengan penuh sayang. Sejak tiba tadi malam kak Rima tidak pernah meninggalkan Vania sedikitpun. Makanan dan minuman serta pakaiannya sudah disiapkan oleh mas Bagas dari rumah.
"Iyyyaaa kak,, Vania di Rumah Sakit yaa? siapa yang bawa Vania ke sini?" tanya Vania dengan suara lemah berusaha mengingat kejadian yang menimpanya kemarin malam. Kalau gak salah ada laki-laki yang menghampiri sambil memanggil namanya, apakah itu dokter Azzam? Yang satunya lagi siapa? Vania tidak bisa mengingat wajah mereka dengan jelas karena saat itu Vania sedang menahan sakit dan darah yang semakin banyak mengucur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Antara Dua Asa
RomanceTerjebak dalam asa dari dua pria yang mencintainya tidak membuat Vania melupakan prinsip hidupnya. Prinsip seorang gadis remaja yang ingin menjaga cinta dalam hatinya hanya untuk seseorang yang diridhoi Allah sebagai imamnya kelak. Lika-liku hidup y...