Bagian 41. Permintaan Terakhir

101 7 0
                                    

Sutan segera mengajak Aldi masuk. Pertama kali yang menyambut mereka adalah seorang perempuan yang sedang mengatur peralatan makan di atas rak kecil dan seorang laki-laki yang sedang duduk di sofa di dekat pintu. Ternyata kedua orang itu adalah sepupu Sutan, mereka adalah sepupu yang menikah karena dijodohkan oleh keluarga. Heran di jaman modern seperti ini masih ada juga yang namanya perjodohan, untung di keluarganya tidak ada yang seperti itu. Aldi berkata dalam hati.

"Assalamu'alaikum mas Yoga, mba Nazmi.." Ucap Sutan sambil tersenyum menyalami kedua sepupunya.. "ini Aldi, alhamdulillah mau juga kesini" Sutan berkata sambil menarik tangannya Aldi agar segera masuk, karena Aldi kelihatannya ragu-ragu untuk melangkah masuk.

"Assalamu'alaikum mba.." Ucap Aldi kemudian setelah dia berhasil menenangkan dirinya.

"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.. mari.. silahkan duduk dulu.. terima kasih Aldi sudah mau berkunjung kesini maaf jadi merepotkan kalian" Mba Nazmi berkata sambil mempersilahkan mereka untuk duduk dulu karena Om Dani masih tidur dan ikut duduk di samping mas Yoga.

"Sama-sama mba.. gak apa-apa.. sekalian jenguk ayah.." Aldi membalas dengan tersenyum, karena sejak memutuskan akan berkunjung ke sini, Aldi sudah mengikhlaskan hatinya untuk melupakan semua kesedihannya.

"Om Dani sudah berapa lama seperti ini mba?" tanya Sutan karena di telepon mba Nazmi tidak bercerita secara detil penyakit yang diderita Om Dani kakak semata wayang ibunya. Om Dani tampak lemas meski monitor yang terpasang di samping Om Dani masih berbunyi nyaring. Mereka semua tidak paham dengan apa yang tampak pada monitor itu, beberapa kabel yang terpasang semakin membuat Om Dani tidak bebas bergerak.

"Sudah hampir 7 tahun ini Ayah menderita Diabetes, apalagi sejak Bunda meninggal Ayah semakin drop.. Perusahaan akhirnya diserahkan pada Mas Yoga.. Sejak saat itu mba ngajak Ayah pindah ke Bandung karena di Jakarta gak ada lagi yang bisa merawat Ayah.. sekarang Diabetesnya sudah menyerang ginjal dan mata".. Mba Nazmi berucap sedih gak tega melihat kondisi ayahnya yang semakin hari semakin berat.

Sutan tidak tahu kalau selama ini om Dani sangat menderita, penyakit yang diderita semakin semakin memburuk. Sejak kuliah S1 Sutan tinggal di Paris dan informasi tentang Om Dani tidak pernah sampai kepadanya.

Aldi hanya bisa terdiam dan ikut merasakan kesedihan mereka, tidak pernah membayangkan kalau Om Dani yang dulu begitu kuat kini terbaring lemah dan ringkih. Yaa Allah terima kasih sudah menguatkan hamba hingga bisa berkunjung kesini.

"Sebenarnya kondisi Ayah mulai menurun sejak kepergian Kiara.. Ayah selalu menyalahkan diri sendiri sebagai penyebab meninggalnya Kiara. Ayah jadi seperti orang linglung. Makin bertambah berat saat Bunda meninggal.. Beberapa hari ini setiap kali tidur selalu memanggil-manggil nama Kiara". Mba Nazmi terdiam rasanya tidak sanggup menceritakan semuanya. "Psikiater yang merawat Ayah berkata, penuhi keinginan ayah agar ayah bisa tenang kembali. Kenangan buruk masa lalu akan semakin buruk jika tidak segera diperbaiki. Makanya Mba minta tolong lewat Sutan untuk membujuk Aldi supaya mau menemui Ayah. Maafkan Mba tidak berani menghubungi Aldi langsung.. hiks.. hiks" Mba Nazmi terisak tidak kuat menahan kesedihannya, Mas Yoga dengan sigap merangkul Mba Nazmi untuk menghibur dan menguatkan.

"Sabar mba, serahkan semua pada Allah Ta'ala.. saya pribadi tidak pernah marah ataupun benci sama Om Dani jadi tidak ada yang perlu dimaafkan. Saya hanya ingin melupakan kenangan itu, tidak lebih. Percayalah mba.." Ucap Aldi yang berusaha untuk menghibur dan meyakinkan Mba Nazmi bahwa dirinya tidak pernah marah apalagi dendam.

"Sekali lagi terima kasih Aldi.. Alhamdulillah, ayah pasti senang sekali mendengarnya.. sudah dua hari ini Ayah lebih sering tidur, dan jika bangun selalu menanyakan kamu" lanjut Mba Nazmi sambil menghapus airmatanya.

Di Antara Dua AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang