Bagian 35. Ijab Qabul

122 4 0
                                    

Dering HP pagi ini cukup mengagetkan Vania yang sedang bersiap-siap untuk didandani. Tidak mungkin sahabat-sahabatnya, karena semalam mereka sudah ngobrol banyak di grup WA. Ternyata yang menelepon adalah Nurul, sahabat tercinta sekaligus calon adik iparnya.

Nurul : Assalamu'alaikum Vania sayang..

Vania : Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh Nurul sayang.. apa kabar? Kok gak pernah main ke rumah..

Nurul : Maaaf, aku sibuk.. dari kemarin mas Azzam minta ditemani terus.. dan juga aku ingin bertemu dengan sahabat tercintaku ini nanti setelah sah jadi kakak iparku.. hehehe..

Vania : Hehehe,, Nurul sayang gak ada aturan seperti itu.. Aku udah kangen banget tau..

Nurul : Sama Vania sayang,, aku apalagi.. sejak kamu pulang ke Bogor rasanya sepiiii banget.. gak ada teman curcol dan hang out.

Vania : Sabaaar sayang.. tiga pekan lagi kita bisa curcol dan hang out bareng..

Nurul : Gak percayaa.. mana ada pengantin baru jalan-jalan.. adanya dipingit tuh di kamar sama si abang.. hehehe

Vania : Lah, kan gampang.. tinggal ijin sama si abang.. lagian kamu kan adik kesayangannya mas Azzam.. percaya deh kalau kamu yang minta, insya Allah diijinin.. hehehe

Nurul : Aamiiin yaa Rabbal aalamiin.. sekarang lagi ngapain Vania?

Vania : Ini lagi didandanin.. kamu nginap disini juga kan? Main ke tempatku dong..

Nurul : Gak ah,, nanti aja.. gak surprise jadinya.. kita ketemu di ballroom yaah..

Vania : Ih jahat.. yaa deh.. sampai ketemu yaa..

Nurul : Miss you Vania sayang.. Assalamu'alaikum..

Vania : Miss you too sayang.. Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.

Vania tersenyum bahagia pagi ini bisa ngobrol dengan Nurul sahabat tercintanya. Meski keinginannya untuk bertemu Nurul belum tercapai, namun sudah cukup mengobati rasa kangennya terhadap sahabat sholehanya itu.

Pukul 09.00 WIB, Vania sudah selesai didandani. Kali ini perias pengantinnya dipilih oleh keluarga dokter Azzam, langganan keluarga mereka sejak dahulu. Vania hanya mengikuti saja apapun yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak. Didampingi ibu dan kak Rima Vania berusaha untuk tabah dan tetap tersenyum, berharap acara sakral nanti dapat dilaluinya dengan baik. Vania berusaha untuk tidak memikirkan Aldi karena sampai saat ini Aldi masih belum bisa dihubungi. Meski tidak bisa melupakan namun Vania berusaha untuk tidak memikirkan lagi, sudah menjadi garis hidup mereka bahwa selamanya mereka hanya menjadi teman atau jika memungkinkan menjadi sahabat.

Di lantai 2 dari ujung ruangan Ballroom, tampak sudah bersiap keluarga dari kedua belah pihak menunggu kedatangan Vania. Tempat yang sebelumnya sudah disetting sebagai tempat untuk akad nikah tampak sudah mulai ramai. Di bagian depan tepat di meja yang dihiasi dengan bunga melati sudah ditempati oleh dokter Azzam, Bapak Penghulu, Bapak Sumadi dan dua orang saksi dari kedua belah pihak. Dokter Azzam dan Vania memilih busana berwarna putih gading untuk acara akad nikah dan saat resepsi nanti busana pengantin yang dipilih didominasi warna abu-abu, warna kesukaan mereka berdua.

Acara akad nikah ini hanya dihadiri oleh keluarga dekat mereka juga sahabat-sahabat dari Dokter Azzam dan Vania termasuk Dokter Surya, Tiara dan Nina. Deva belum bisa hadir karena istrinya baru saja melahirkan anak kedua mereka, permintaan maaf yang disampaikan Deva sehari sebelumnya. Namun Deva berjanji akan berusaha untuk mengunjungi mereka setelah kembali ke Bandung.

Di Antara Dua AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang