Bagian 46. Kunci Hati

92 5 0
                                    

Semua urusan Vania hari ini bisa terlaksana sesuai dengan yang direncanakan. Tidak ada hambatan yang berarti mulai dari urusan cuti di rumah sakit dan kampus maupun silaturrahmi dengan Kak Rima dan Nurul.

"Maafin Vania ya kak, untuk sementara Vania ingin menenangkan diri dulu. Vania ingin mencoba hidup mandiri. Selama ini Vania banyak dibantu oleh keluarga yang sangat mencintai dan menyayangi Vania. Namun Vania jadi cengeng, di luar terlihat kuat namun di sini rapuh (sambil menunjuk dada)" Vania sedih harus mengucapkan hal itu karena selama ini Vania berusaha untuk tegar dan kuat. Vania tidak ingin membuat keluarga yang begitu mencintainya sedih apalagi Ayah dan Bunda yang selama ini tidak kenal lelah menghibur dan mendukungnya.

"Vania yakin ini adalah gerak dari Allah, yang memberi kesempatan untuk Vania bisa jadi lebih kuat dan mandiri. Vania juga sudah ijin sama Bapak dan Ibu kak. Shiva sangat membutuhkan bantuan Vania, ada persoalan di Manajemen Rumah Sakit yang menurut Shiva Vania mampu menyelesaikannya." Lanjut Vania.

"Yaa sudahlah, kak Rima pun gak bisa melarangmu sayang.. Kak Rima hanya bisa berdoa yang terbaik untuk kamu di sana. Setelah ini Hafidz akan kangen banget sama Affan. Biasanya seminggu sekali main sama-sama, tapi mulai besok harus menahan rindu setahun lamanya" Raut wajah sedih kak Rima membuat Vania jadi ikut bersedih.

"Insya Allah hanya setahun di sana kak Rima sayang, setelah itu Vania balik kesini lagi. Vania pun ingin cepat-cepat selesai kuliahnya, kasihan Ayah dan Bunda jika Vania belum bisa memenuhi janji mas Azzam pada Ayah dan Bunda" Vania mengelus tangan kak Rima sambil tersenyum manis, menguatkan dan meyakinkan kak Rima agar ikhlas menerima keputusannya.

Entahlah sore ini Vania merasa lega, karena berhasil menguatkan hati mengambil keputusan terbesar selama hidupnya meski hanya untuk sementara waktu. Selama ini Vania menjalani hidupnya dengan curahan kasih dan sayang dari seluruh keluarganya. Bapak, Ibu, Ayah, Bunda, Bude, Nurul dan juga sahabat-sahabat tercintanya tidak pernah berhenti membantu dan mensupportnya. Terutama pada saat-saat dimana Vania berduka kehilangan Dokter Azzam. Vania ingin kepergiannya bisa menjadikan dirinya lebih kuat lagi, tabah dan mandiri. Vania yakin bisa karena ada Allah tempatnya menggantungkan segala harapan dan do'a, selama ini pun Vania kuat karena Allah begitu menyayanginya.

Melihat Affan dan Hafidz bermain berdua, membuat hati kedua kakak beradik itu makin sedih karena besok mereka akan berpisah. Tidak jauh memang namun kesempatan dan kesibukanlah yang membuat jaraknya terasa jauh. Semoga Allah akan mempertemukan kembali mereka dalam kondisi yang lebih baik lagi. Doa yang sama dari mereka berdua.

Sekembalinya di Rumah Sakit Vania tiba-tiba teringat dengan ketiga sahabatnya. Sudah lama rasanya mereka tidak berkomunikasi, bahkan bisa dikata grup mereka pun seperti grup tak berpenghuni. Terakhir mereka bertemu saat pemakaman Dokter Azzam, itupun tidak bisa berlama-lama karena harus kembali ke tempat masing-masing. Apalagi sekarang, Tiara sudah tinggal di Kalimantan mengikuti suaminya seorang pengusaha Kelapa Sawit asal Kalimantan, sedangkan Nina masih sudah kembali ke Bogor karena berjodoh dengan seorang pengusaha kuliner dan masih ada hubungan kekerabatan dengan ibunya. Yaa bisa dikatakan Nina menikah karena dijodohkan, orangtua Nina akhirnya mencarikan jodoh karena selama ini tidak ada pria yang dekat ataupun berteman dengan Nina. Kisah persahabatan mereka yang dimulai sejak SMA akhirnya harus terpisah karena jalan hidup yang berbeda.

Nurul yang ditemui Vania di klinik terkejut bukan main, karena sebelum ini Vania tidak pernah cerita tentang tawaran dari Shiva yang juga teman kampus Nurul.

"Kamu jahat Vania, berita sepenting ini kamu rahasiakan dari aku.." tuntut Nurul setelah mendengar cerita Vania dengan wajah cemberut.

"Maaf Nurul sayang, semalam aku berpikir keras untuk memutuskan ini. Kemarin-kemarin belum terpikirkan.. plisss jangan marah yaa.. ntar kalau kamu marah sama siapa lagi aku cerita" ucap Vania sambil merangkul Nurul agar marahnya tidak keterusan.

Di Antara Dua AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang