Tiga tahun menjalani kehidupannya di Bandung, Vania beberapa kali pulang ke Bogor untuk melepas rindu pada Bapak dan ibu. Juga selalu menyempatkan diri silaturrahmi ke rumah Bude. Alhamdulillah kak Rima sedang mengandung, saat ini sudah menginjak bulan kelima dengan kondisi yang baik dan sehat. Mas Bagas pun sementara ini menolak tugas luar daerah sehingga Vania berkesempatan untuk mudik.
Hal yang mereka jalani bukan hal yang gampang, karena mereka harus berjuang menjaga hati dan perasaan mereka agar tidak melewati batas-batas syariat. Untunglah kesibukan di kampus yang banyak menyita waktu membuat mereka terbiasa dengan kondisi yang mereka jalani. Tidak ada satupun di antara mereka yang menuntut jika tidak saling mengabari karena memang mereka tidak sedang dalam ikatan hubungan apapun.
Perjuangan yang bukan hanya sampai di situ, baik Vania maupun Aldi sama-sama menghadapi ujian hati.
Di tahun ketiga perkuliahan mereka, Vania mulai dihadapkan kembali pada dua pilihan. Seorang dokter yang merupakan staf pengajar di fakultas dan juga bekerja di Rumah Sakit Islam tiba-tiba ingin mengkhitbah Vania, kebetulan dokter itu adalah kakak dari Nurul sahabat Vania di kampus, dokter Azzam namanya. Meskipun Vania sudah menceritakan alasan-alasannya termasuk tentang 'janji'nya pada Aldi, dokter Azzam tetap tidak patah semangat. Perkenalan mereka yang singkat dulu ternyata membuat adanya cerita baru yang kisahnya hampir sama dengan Aldi.
Seorang laki-laki yang juga gigih menggantungkan harapan dan perasaannya pada Allah Ta'ala sampai nanti Allah menetapkan siapa yang akan berjodoh dengan Vania. Laki-laki yang tidak peduli dengan hati Vania yang sudah diisi oleh seorang Aldi, karena laki-laki ini pun yakin bahwa hanya Allah yang berhak menentukan jodoh dari setiap manusia. Vania pusing menghadapinya.
"Gak apa-apa dek,, mas bisa sabar menunggu sampai dek Vania siap.. sampai Allah memutuskan apa yang akan terjadi antara kita, berjodoh atau tidak itu adalah hak Allah" perkataan dokter Azzam sebulan yang lalu masih terus terngiang di telinga Vania. Seolah cerita bersambung yang tiada akhirnya. Selalu dimulai dengan episode yang sama, yang sudah dijalani sebelumnya.
Yaa Allah kuatkan hamba, ini ujian yang paling berat Vania rasakan. Dulu saat Vania menolak lamaran Aldi, Aldi menerima dengan ikhlas meski Aldi tahu bahwa Vania juga memiliki rasa yang sama dengannya. Kini, sosok yang hampir sama dengan Aldi muncul dan membuat hati serta pikiran Vania tidak tenang.
Di saat ini Vania butuh tempat untuk bercerita. Aldi seolah hilang dari peredaran waktu, selama 3 bulan terakhir ini Aldi belum pernah menghubunginya. Entah apa yang dilakukan Aldi Vania pun tidak tahu.
Kesempatan di akhir minggu ini, digunakan Vania untuk pulang ke Bogor. Vania sudah kangen dengan Bapak dan ibu, Vania ingin mencurahkan segala resah hatinya pada ibu. Sebenarnya Vania bisa saja cerita pada kak Rima, namun Vania takut nanti ceritanya diketahui mas Bagas yang akhirnya bisa sampai ke telinga Aldi.
"Vania bingung bu karena dua-duanya sama, tidak mengikat Vania tapi mereka menggantungkan harapan pada Allah. Vania menolak lamaran dokter Azzam sama seperti menolak lamaran Aldi bu karena memang Vania belum mau menikah sekarang. Vania takut tidak bisa menjalani dua-duanya" curhat Vania pada ibu sesaat setelah Vania tiba di rumah. Sore yang mendung seakan memahami suasana hati Vania yang sedang galau dan bingung.
"Jadi Aldi sudah melamar? Kok gak bilang-bilang ibu?" tanya ibu balik karena kaget dengan ucapan Vania. Selama ini memang ibu sudah menduga melihat sikap Aldi yang begitu perhatian pada Vania, namun ibu tidak pernah menanyakannya pada Vania.
"Iya bu, karena Vania langsung menolak dengan alasan Vania belum mau menikah selama masih kuliah dan Vania juga tidak mau pacaran ataupun tunangan dalam waktu yang lama. Vania takut berdosa karena tidak ada ikatan yang halal selain pernikahan" Jelas Vania lagi agar ibu tidak tersinggung karena Vania tidak pernah cerita soal lamaran Aldi.
"Ibu sama Bapak sih menyerahkan semua keputusan pada Vania, karena Bapak dan ibu yakin Vania sudah bisa berpikir dewasa. Silahkan memilih yang terbaik menurut Vania, namun tetap ada konsekuensi dibaliknya" jelas ibu sambil mengusap kepala Vania dengan penuh kasih. Ibu mengerti saat ini Vania sangat membutuhkan tempat untuk berbagi karena Vania selalu menyimpan erat-erat rahasia pribadinya. Jika saat ini pada akhirnya Vania mau curhat berarti memang Vania sangat butuh pendapat ataupun nasehat orangtua terutama ibu.
"Iya bu, insya Allah semoga Vania bisa melewati semua ini dengan tidak menyakiti siapapun" harap Vania sambil menerawang mengingat kembali yang telah dilewatinya selama ini.
"Tapi kalau boleh ibu tahu, bagaimana sebenarnya perasaan Vania pada Aldi ataupun dokter Azzam? Tanya ibu lagi untuk memastikan pertanyaan yang sudah ada sejak lama ada.
Vania terdiam malu untuk berkata jujur, meskipun Vania merasa bahwa Bapak dan ibunya mungkin sudah tahu kalau selama ini Aldi dan Vania saling mencintai.
"Yaa, kalau Vania belum bisa cerita gak apa-apa.. ibu hanya berharap nantinya keputusan yang Vania ambil adalah keputusan yang pasti dan adil. Jangan menyakiti salah satu dari mereka" kata ibu dengan penuh kelembutan menguatkan Vania agar tetap semangat menjalani hari-harinya.
"Maaf bu, Vania sebenarnya sudah lama menyayangi Aldi.. jauh sebelum Aldi mengungkapkan perasaannya. Entah karena apa padahal sebelumnya Vania sempat tidak suka karena Aldi setiap hari selalu usil pada Vania. Tapi lama-kelamaan justru berubah menjadi sayang, apalagi dengan pernikahan kak Rima Vania menjadi lebih dekat lagi dengan Aldi" ungkap Vania malu.
"Yaa, kalau begitu kamu harus jujur pada dokter Azzam sayang" saran ibu kemudian. "Supaya dokter Azzam tidak menunggu kamu, kasian kan kalau sudah menunggu bertahun-tahun tapi hati kamu sudah untuk Aldi"
"Sudah bu, saat dokter Azzam melamar Vania, Vania sudah cerita semuanya. Termasuk tentang lamaran Aldi, tapi karena jawaban Vania sama pada keduanya, dokter Azzam pun memutuskan seperti itu menyerahkan semua urusannya pada Allah. Sama seperti keputusan Aldi pada Vania. Itu yang membuat Vania bingung bu, Vania takut akan dianggap menggantungkan harapan mereka padahal keinginan Vania hanya satu.. nanti jika sudah tiba saatnya Vania akan ikhlas dan menerima siapapun yang diridhoi Allah meski saat ini 'rasa' itu ada untuk Aldi" semakin mendengar penjelasan Vania, ibu semakin bingung bagaimana seharusnya menghadapi persoalan Vania.
"Aldi sudah tahu tentang dokter Azzam? Tanya ibu selanjutnya karena di awal perbincangan lupa menanyakan itu.
"Belum bu, Vania belum cerita sama Aldi karena kami jarang berkomunikasi. Tiga bulan terakhir ini bahkan tidak pernah lagi. Vania pun tidak tahu dengan keadaan Aldi disana, dan memang itu juga keinginan Vania" jawab Vania dengan sedih karena semua yang mereka jalani sekarang adalah keinginan Vania. Adanya masalah ini membuat Vania gelisah tidak tahu harus bersikap bagaimana.
"Coba kamu hubungi Aldi, sekalian tanya kabarnya dan jika keadaannya memungkinkan ceritalah tentang dokter Azam" saran ibu agar Vania tetap memberitahu Aldi tentang persoalan ini.
"Vania gak berani bu, Vania takut.." tolak Vania karena takut justru akan membuat Aldi marah dan terluka.
"Yaa, jadi gimana dong.. kalau Aldi gak tahu itu gak adil namanya.. karena dokter Azzam tahu tentang Aldi.." ucap ibu mengingatkan Vania agar tetap bersikap adil. "...... atau coba Vania silaturrahmi dulu ke rumah Bude Lely, siapa tahu bisa mendapatkan informasi Aldi di sana.. sekalian kamu mengantarkan titipannya kak Rima dan mas Bagas" ucap ibu karena sudah setahun ini Vania belum mengunjungi Bude Lely.
"Iya bu, rencananya besok Vania akan kesana sebelum Vania balik lagi ke Bandung, insya Allah" jawab Vania mengiyakan saran ibu.
"Yaa,, semoga dengan kunjungan besok akan ada jalan keluar untuk persoalan ini.. aamiin.. semangat yaa sayang" kata ibu sambil memeluk Vania penuh kasih. "Ayoo, sekarang kita bersiap-siap untuk sholat magrib, Bapak mungkin sudah ke masjid" seperti biasa Bapak ke masjid tidak pernah pamit kecuali kalau ibu sedang berada di depan rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Antara Dua Asa
RomansaTerjebak dalam asa dari dua pria yang mencintainya tidak membuat Vania melupakan prinsip hidupnya. Prinsip seorang gadis remaja yang ingin menjaga cinta dalam hatinya hanya untuk seseorang yang diridhoi Allah sebagai imamnya kelak. Lika-liku hidup y...