Bagian 52. Merajut Cinta

104 8 0
                                    


Senyum bahagia tidak pernah hilang dari wajah Aldi dan Vania, sesekali keduanya bertatapan sambil tertawa bersama. Tatapan penuh kasih dari Aldi semakin menguatkan dan meyakinkan Vania bahwa memang masih ada cinta untuknya. Sekuat apapun Vania menyangkalnya semakin kuat pulalah rasa cinta itu menguasai hati dan pikirannya. Cinta yang pernah terpisah oleh takdir Allah pada hari ini kembali disatukan oleh takdir-Nya. Tidak ada satu pun kekuatan yang dapat menolaknya.

"Aku sangat bahagia sayang,, hari ini aku bisa memiliki hatimu seutuhnya.. terima kasih untuk semuanya Nia.. maafkan jika pernikahan ini harus membuat kamu kaget dan shock.. akupun sama tegangnya, takut dan khawatir kamu akan menolak lamaranku, selalu menghantui pikiranku". Aldi menguatkan genggaman tangannya takut Vania pergi dan meninggalkan dirinya.

Vania membalas sambil tersenyum "Percayalah Aldi insya Allah aku akan selalu berada di sisimu, aku juga sangat bahagia.. karena.. karena.. aku mencintaimu.." balas Vania sambil tersenyum malu.

"Terima kasih sayang" Aldi berbisik lembut.

"Sama-sama Aldi" Balas Vania juga dengan suara lembutnya.

"Hari ini hingga tiga hari kedepan kita nginap di sini dulu yaa, aku udah urus ijinnya ke Shiva.. inginnya sih kita ke Bali tapi pekerjaan kamu disini sangat banyak jadi kita di hotel ini saja, gak apa-apa kan?" Ucap Aldi kemudian.

"Bareng Affan kan?" tanya Vania balik.

"Ayah dan Bunda ingin mengajak Affan ke hotel mereka, katanya masih kangen dengan Affan.. tapi belum tahu Affan mau atau tidak, kalau Affan gak mau.. gak apa-apa kok Affan tinggal bareng kita yang penting ada Umminya.. hehehe" jawab Aldi sambil mengedipkan mata menggoda Vania.

"Terima kasih Aldi.. kalau Affan mau ikut Ayah dan Bunda juga gak apa-apa" Vania tersipu malu, pipinya jadi merah merona.

"Affan gak akan kesepian di sana sayang, karena semua keluarga besar kita nginapnya di sana.. mereka gak mau di hotel ini karena gak ingin mengganggu bulan madu kita,, hehehe" jawab Aldi lagi dan dibalas Vania dengan cubitan halus di perut Aldi.

"Aawww,, sakit sayang.." Aldi pura-pura kesakitan.

"Duhhh, maaf.. maaf.. sakit yaa.." Vania merasa bersalah dan langsung mengusap perut yang dicubitnya tadi.

Aldi semakin gemas melihatnya, ingin rasanya Aldi memeluk Vania saat ini namun Aldi segera menyadari posisi mereka yang masih berada di pelaminan. Rasanya ingin pesta ini segera berlalu dan membiarkan dirinya berdua saja dengan istri tercintanya.

****

Menjelang adzan Maghrib rangkaian pesta pernikahan Aldi dan Vania berakhir, Setelah akad nikah tadi mereka masih berkesempatan sholat Ashar sebelum melanjutkan acara resepsi. Musholla yang disiapkan di hotel ini cukup besar dan nyaman sehingga banyak tamu yang memilih sholat terlebih dahulu sebelum pamit pulang. Aldi dan Vania ikut mengantar mereka hingga ke Lobby hotel setelah berganti pakaian dan sholat Maghrib berjamaah di kamar.

Affan berhasil dibujuk oleh Nurul dan Dokter Surya dan dengan senang hati ikut dengan rombongan kakek dan neneknya. Betul kata Aldi, Affan senang sekali dan tidak merasa sedih berpisah dengan Ummi dan Abinya atau mungkin saja Affan sadar harus memberi waktu berdua untuk kedua orangtuanya. Vania tersenyum malu membayangkannya.

"Affan harus jadi anak yang baik yaa sayang.. dengar apa kata kakek dan nenek.. kalau kangen Ummi dan Abi nanti minta Tante Nurul diantar ke sini" pesan Vania saat Affan pamit.

"Iya Ummi, insya Allah.. Abi jaga Ummi baik-baik yaa.. Apan mau ikut kakek dan nenek dulu" Pesan Affan pada Aldi dan membuat semua yang mendengarnya tertawa.

Di Antara Dua AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang