Prolog

885 92 15
                                    

.....

Seorang anak perempuan berlari kencang menyusuri jalan setapak pedesaan. Penampilan yang sungguh lusuh. Rambut panjang yang terlihat berantakan dan tidak terawat. Kaki rampingnya menjejak tanah dengan cepat seolah sedang dikejar setan. Nafas tersengal-sengal tak beraturan seiring langkahnya yang tak kunjung berhenti.

Dari arah berlawanan seorang anak laki-laki dengan penampilan yang sangat kontras tengah berjalan dengan santai. Anak itu memakai celana hitam dengan balutan kemeja putih, tak lupa dengan dasi pita berwarna maroon pada ujung leher. Rambutnya tertata rapi nan klimis bak putra mahkota dari keluarga konglomerat.


BRUUKKK


Dalam sekali hentakan tubuh dua anak itu sudah terjungkal ke belakang. Anak perempuan itu terjatuh tepat diatas tubuh si laki-laki kecil. Keduanya membelalakkan mata satu sama lain. Untuk beberapa saat suasana menjadi sangat hening. Jangan bayangkan kejadian ini seperti sebuah adegan dalam drama romantis. Mereka hanyalah anak kecil.

Hal itu tak berlangsung lama.

Merasa kedua pipinya mulai gatal karena sentuhan rambut perempuan tadi, si anak laki-laki langsung mendorong tubuhnya ke belakang. Sontak anak berpenampilan kumal itu terjungkal ke atas tanah dengan cukup keras. Sementara si anak berpenampilan bak putra mahkota itu segera berdiri dan mengibas-ngibaskan lengan serta celananya.

"YA... KUMAL, KAU PIKIR JALANAN INI MILIK KAKEKMU, HUH?!" teriak anak laki-laki tadi dengan nada tinggi. Si perempuan hanya mendongakkan wajah dan menatap anak itu dengan ekspresi datar. Ia masih diam tak berusaha menanggapi ocehan yang dilontarkan padanya.

"YA... KIM JISOO... KAU MAU KABUR LAGI?!"

Tiba-tiba teriakan dari arah belakang langsung mengejutkan mereka berdua. Seorang pria paruh baya dengan penampilan berantakan sudah berdiri tepat di belakang si anak perempuan. Pipinya merona merah dengan langkah kaki gontai.

Dari penampilannya saja orang langsung tahu jika dia adalah seorang pemabuk.

Pria itu langsung menarik kerah gadis kecil di depannya dengan kasar. Sontak si anak meremas pergelangan pria tadi dan memukul-mukul dengan keras. Namun tangan dan kekuatannya terlalu kecil untuk memberikan perlawanan.

Anak laki-laki yang tadi sempat mengumpat hanya berdiri dengan tatapan takjub.

"Apa yang paman ini lakukan pada anak itu?" pikirnya dalam hati.


"LEPASKAN, BRENGSEK..." umpat si gadis kecil sambil terus memukul-mukul lengan pria dewasa itu. Namun, perlawanannya sama sekali tak dihiraukan oleh orang tersebut. Tangannya sibuk mencari sesuatu yang ia pikir coba disembunyikan oleh si anak.

"BERIKAN UANG ITU PADA AYAH SEKARANG JUGA. ATAU KAU AKAN TAHU AKIBATNYA!!!" ancam pria itu pada putrinya sendiri. Tangannya terus bergerak mencari uang di setiap saku pakaian sang putri.

"LEPASKAN... SUDAH KUBILANG AKU TIDAK MEMILIKI UANG!!" Anak perempuan itu terus meronta meminta dilepaskan. Tangan kecilnya kini beralih pada kerah bajunya yang mulai mencekik lehernya sendiri akibat genggaman sang ayah.

EHEMMM...

Anak laki-laki tadi berdeham dengan cukup keras, hingga menarik perhatian si pria dewasa. Sebenarnya ia tak mau ikut campur dengan urusan seperti ini. Tapi bagaimanapun juga sebagai sesama anak kecil, jiwa kemanusiannya tidak mengijinkan dirinya untuk diam saja melihat perlakuan kasar orang tersebut.

"Siapa kau berani mengganggu urusanku dengan putriku?!" Pria paruh baya itu menoleh dengan mata memerah. Bau alkohol itu benar-benar sangat kentara keluar dari mulutnya.

"Maaf sebelumnya jika saya mengganggu, Tuan. Tapi saya rasa sikap Anda sudah cukup keterlaluan. Anda bahkan hampir mencekik putri Anda sendiri." Kalimat itu keluar dengan begitu anggun melalui bibir si anak laki-laki. Ternyata bukan hanya penampilan saja yang elegan, tapi cara berbicaranya pun tertata dengan sangat rapi.

"Eohh... sepertinya kau bukan berasal dari desa ini. Dan dari penampilanmu, bisa kutebak jika kau pasti anak orang kaya." terocos pria paruh baya itu seraya melepaskan genggamannya pada kerah sang putri, kemudian beralih fokus pada anak tadi.

"Apa dia temanmu, Soo?" tanya pria itu pada anak perempuan di sampingnya. Gadis itu hanya diam tak menjawab. Seketika satu jeweran pada telinga kanan kembali membuatnya meringis kesakitan.

"Jika orang tua bertanya, jawab bocah nakal!" umpat sang ayah yang kemudian melepaskan jeweran tersebut dari telinga Jisoo. Gadis itu langsung mengusap-usap daun telinganya yang memerah.

"Kau memang pandai mencari ladang uang, Soo." seringai pria paruh baya itu seraya memandang si anak laki-laki. Gadis kecil itu langsung berdiri tepat dihadapan ayahnya sambil merentangkan tangan.

"Dia bukan temanku. Aku bahkan tak mengenalnya sama sekali." ucap Jisoo kecil sambil memutar kepalanya dan memberi isyarat agar anak laki-laki itu pergi dari sana. Namun, perintah itu sama sekali tidak digubris oleh anak tersebut.

"Sebenarnya apa masalah kalian?" tanya anak laki-laki itu penasaran. Ia memincingkan sebelah matanya sambil melirik ayah dan anak tersebut bergantian.

"Ini bukan urusanmu. Sebaiknya kau pergi sebelum menyesal." gerutu Jisoo pada bocah laki-laki tadi. Ia tak ingin orang lain ikut campur dengan masalah dirinya dan sang ayah. Sudah cukup selama ini ia yang menderita karena harus kena pukul setiap hari.

"Jika ini semua hanya karena uang..." Anak itu menggantungkan kalimatnya. Ia mengambil sesuatu dari saku celana dan mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya.

"Apa ini cukup???" lanjut anak laki-laki itu seraya menyodorkan uang tersebut pada pria paruh baya. Seringai kembali muncul diwajahnya. Ia langsung merampas uang itu dari tangan si anak. Sementara Jisoo dibuat terkejut melihat sikap anak dibelakangnya.

Apa yang dia lakukan?

Dengan entengnya anak itu memberikan uang pada orang yang sama sekali tidak ia kenal.

Apa dia sudah gila?

"APA KAU SUDAH GILA? KENAPA KAU MEMBERI UANG PADA SI BRENGSEK INI?!" teriak Jisoo sambil berbalik menatap anak laki-laki dihadapannya. Sorot mata gadis itu sangat tajam. Namun, ditanggapi biasa saja oleh si anak laki-laki.

BUUUGGG

Tiba-tiba terdengar pukulan yang sangat keras dari arah belakang. Kedua anak tadi langsung menoleh dan mendapati pria paruh baya tersebut sudah terjatuh di atas tanah tak sadarkan diri. Sementara seorang anak laki-laki ternyata berdiri tepat di belakangnya sambil menggenggam sebatang kayu yang berukuran cukup besar.



































Setelah membuat pingsan seorang pria dewasa, bocah laki-laki itu hanya tersenyum nyengir tanpa dosa.

.

.


Budayakan VOTE setelah membaca

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Budayakan VOTE setelah membaca...
Biar author juga selalu semangat nulis tiap partnya
COMMENT dan SARAN readers sangat dibutuhkan

@marucocan

✔ Beauty & The JerkWhere stories live. Discover now