Sebelumnya jangan lupa VOTE ⭐
.
.Maafkan sikap ayah selama ini. Ayah menyanyangimu.
.....
Jisoo dan Hanbin berjalan cepat menelusuri lorong rumah sakit. Mereka terlihat tergesa, bahkan Jisoo tampak sangat cemas saat ini. Keduanya berhenti tepat di depan ruang ICU. Jisoo menggigit bibir bawahnya sambil clingukan berharap bisa melihat kondisi di dalam ruangan tersebut. Hanbin merangkul bahu sang istri dan membawanya mendekat. Ia menahan tubuh Jisoo dalam rangkulannya.
"Tenanglah, Ji. Ayah akan baik-baik saja. Kau juga harus ingat pada bayi kita." nasehat Hanbin seraya mengelus bahu istrinya supaya lebih tenang. Jisoo menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya perlahan.
Tak lama setelah itu seorang dokter keluar dari ruangan tadi. Hanbin dan Jisoo segera mendekati dokter tersebut. Mereka tak bisa menyembunyikan raut kecemasan dari wajahnya.
"Dokter, bagaimana kondisinya?" tanya Jisoo dengan suara bergetar. Dokter itu menghela nafas berat sebelum menjawab pertanyaan dari keluarga pasien.
"Ada yang perlu saya sampaikan. Mari kita bicara di ruangan saya." Hanbin dan Jisoo hanya bisa menurut dan mengikuti langkah dokter tadi. Hanbin terus merangkul bahu istrinya sepanjang lorong rumah sakit.
"Jadi bagaimana kondisinya?" Kali ini giliran Hanbin yang mengajukan pertanyaan. Dokter itu masih terdiam sambil memandangi dua orang dihadapannya dengan tatapan iba.
"Kondisi pasien semakin memburuk. Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Jika transplantasi hatinya tidak segera dilakukan, kami tidak bisa menjamin..." jelas dokter tadi.
Mata Jisoo terpejam seraya menghela nafas. Tubuhnya terasa sangat lemas sekarang. Hanbin yang menyadari hal tersebut segera merangkul tubuh istrinya.
"Saya benar-benar minta maaf... Untuk sementara sebaiknya pasien menjalani rawat inap disini. Dengan begitu kami bisa memantau kondisinya secara intensif." lanjut dokter tadi setelah melihat perubahan sikap Jisoo.
Setelah selesai, Hanbin langsung membawa wanita itu keluar ruangan. Ia mendudukkan Jisoo di salah satu kursi tunggu guna menenangkan diri. Hanbin masih setia merangkul tubuh ringkih sang istri. Sesekali ia mengelus surai panjang Jisoo dengan lembut.
"Ji, tenangkan dirimu. Kita akan berusaha mendapatkan donor hati untuk ayah." Hanbin terus menguatkan Jisoo dan meyakinkan padanya bahwa masih ada peluang untuk ayahnya sembuh, sekecil apapun itu.
"Kau harus kuat untuk bayi kita." ucap Hanbin seraya mengelus perut sang istri. Jisoo menatap pria itu sendu. Perlahan Hanbin mengusap air mata di pipi wanita tersebut, kemudian mengecup kening Jisoo lama.
Sikap Hanbin semakin hari semakin lembut pada Jisoo. Apalagi dengan kondisi wanita itu yang seperti sekarang. Ia tak bisa meninggalkan istrinya untuk waktu yang lama. Jisoo sedang membutuhkan Hanbin untuk menguatkan dirinya sendiri. Karena sekarang hanya pria itulah yang ia miliki.
Jisoo membenamkan wajahnya pada dada bidang Hanbin. Setidaknya dengan begini, ia bisa sedikit mengurangi beban pikirannya untuk saat ini.
&&&&&
Bobby tampak sibuk membaca file dari ipadnya. Pekerjaannya di kantor hari ini cukup banyak. Hal itu membuatnya ingin menikmati waktu makan siang seorang diri untuk mendinginkan kepala. Ia duduk di salah satu sudut kafe tak jauh dari gedung kantor YG.
YOU ARE READING
✔ Beauty & The Jerk
Fiksi Penggemar[BINSOO STORY] Jisoo selalu kesulitan menggambarkan sosok Hanbin. Kesempurnaannya terbungkus rapi hingga membuat siapa saja yang melihat tak akan menyangka jika pria itu menyimpan kotak hitam didalam rongga hatinya. Bahkan ikatan pernikahan tak mamp...