Harusnya aku pulang lebih cepat kan?
.....Sinar matahari yang masuk dari celah kaca jendela membuat Hanbin mau tak mau harus membuka mata. Ia menyunggingkan bibir saat mendapati hal pertama yang ia lihat setelah bangun tidur adalah istrinya sendiri. Jisoo masih terlelap dengan posisi membelakangi Hanbin. Hal itu membuat sang suami bisa dengan jelas memandangi punggung polosnya yang tidak tertutup selimut.
Dengan hati-hati Hanbin mendekatkan tubuhnya pada Jisoo. Melingkarkan tangannya pada pinggang sang istri dan memeluknya dari belakang. Aroma sisa tadi malam masih melekat pada tubuh mereka dengan jelas. Hidung bangir Hanbin ditekan hingga tenggelam pada ceruk leher wanitanya.
Hal itu membuat Jisoo terganggu hingga meloloskan satu lenguhan dari bibir. Berikutnya ia mengerjabkan mata dan bergerak gelisah karena pergerakan seseorang dibelakangnya.
"Aahh... apa yang kau lakukann?"
Jisoo tak bisa menahan desahannya tatkala telapak tangan Hanbin bergerak nakal di area perutnya. Ia berusaha menghentikan gerakan sang suami, namun bukannya berhenti. Hanbin justru bertindak semakin liar.
"H-hentikann... Biinn..." protes Jisoo seraya membalik badan dan mendorong dada Hanbin menjauh dari tubuhnya. Ia menggunakan satu tangannya untuk menahan selimut agar tidak melorot. Sementara tangan lainnya dipakai untuk menahan dada Hanbin agar tidak bisa mendekat.
"A-aku sangat lelah. Jadi jangan macam-macam." tegas Jisoo dengan wajah merona.
Bagaimanapun juga ia sangat malu dengan keadaannya sekarang. Setelah kejadian tadi malam, entah apa yang akan terjadi selanjutnya pada pernikahan mereka. Apalagi semalam Hanbin berkali-kali memasukkan cairannya didalam.
Bagaimana jika setelah ini...
Jisoo langsung menggelengkan kepalanya cepat.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Hanbin sambil terkekeh. Jisoo hanya diam meskipun ia mulai mengkhawatirkan sesuatu. Pria itu beranjak duduk hingga memperlihatkan dada telanjangnya untuk kesekian kalinya.
"Aku akan mandi dulu." ucap Hanbin seraya mengambil celana hitam yang tergeletak diatas lantai. Jisoo hanya menelan ludah melihat betapa berantakannya kamar mereka. Semalam mereka benar-benar bermain dengan brutal.
Saat Hanbin hendak meninggalkan ranjang, Jisoo menahan pergelangan tangannya hingga pria itu menoleh. Awalnya Jisoo ragu ingin menanyakan hal ini, tapi ia sangat khawatir sekarang.
"Bin..."
"Hn?"
"S-semalam... k-kau mengeluarkannya... d-didalam... B-bagaimana jika....."
Suara Jisoo terdengar terpotong-potong. Tangannya meremas ujung selimut yang ia pakai untuk menutupi tubuhnya dengan erat.
Hanbin yang melihat perubahan raut wajah Jisoo, mulai mengerti arah pembicaraan ini. Ia membatalkan niatnya untuk mandi dan memilih kembali duduk ditepi ranjang. Seutas senyum terukir dibibir pria itu.
"Apa kau takut hamil?" tanya Hanbin yang langsung mengerti maksud ucapan Jisoo. Wanita itu menatap wajah suaminya yang tampak lebih teduh sekarang.
"B-bukan begitu... Aku hanya..."
Jisoo menggantungkan kalimatnya membuat Hanbin terpaksa menerka-nerka sendiri maksud ucapan sang istri. Tangan kekar itu dengan lembut meraih bahu Jisoo dan membawanya kedalam pelukan.
"Kalau begitu, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Jika kau hamil, kita akan membesarkan anak kita bersama. Jangan berpikir jika aku akan melarangmu untuk hamil."
YOU ARE READING
✔ Beauty & The Jerk
Fanfiction[BINSOO STORY] Jisoo selalu kesulitan menggambarkan sosok Hanbin. Kesempurnaannya terbungkus rapi hingga membuat siapa saja yang melihat tak akan menyangka jika pria itu menyimpan kotak hitam didalam rongga hatinya. Bahkan ikatan pernikahan tak mamp...