Part 11

379 85 17
                                    

Pria itu benar-benar sulit ditebak,
.....





Jisoo membuka matanya perlahan. Hal pertama yang ditangkap oleh penglihatannya adalah wajah polos Hanbin yang masih memejamkan mata. Ya, mereka memang tidur di ranjang yang sama. Namun tidak ada kejadian special yang terjadi semalam. Keduanya hanya tidur di ranjang berukuran kingsize itu untuk mengistirahatkan tubuh masing-masing.

Satu lagi kebiasaan yang tidak Jisoo sukai dari pria bertitle suaminya tersebut. Hanbin selalu tidur dalam keadaan telanjang dada. Semalam ia sudah berusaha memperingatkannya, tapi yang ada justru dirinya yang digoda habis-habisan. Dibilang takut tergiur dengan tubuh sixpacknya lah... apalah... Jisoo menyerah.

Gadis itu beranjak dari ranjang dan langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia belum berniat membangunkan pria itu saat ini.

Tak berapa lama kemudian, Jisoo akhirnya keluar dari kamar mandi dengan jubah mandinya. Rambutnya masih basah karena keramas. Dengan handuk kecil ditangan ia mengusap rambut panjangnya agar lebih mudah dikeringkan. Namun, pergerakannya langsung terhenti begitu melihat seorang pria berdiri tak jauh dari hadapannya.

Jisoo hanya bisa menelan ludah mendapati pemandangan tak wajar itu pagi ini. Tubuh atletis Hanbin kembali terpampang nyata dihadapannya. Jangan lupakan juga tatoo dibahu kirinya yang selalu berhasil menarik semua atensi Jisoo.

"K-kau sudah bangun?" Jisoo menarik haduk kecil itu untuk menutupi wajahnya.

"Hmm... kau sudah menyiapkan air panas untukku?" Suara seraknya membuat Jisoo semakin mendelik. Ia hanya berdeham sambil menganggukkan kepala. Sepertinya ia harus berusaha lebih keras untuk menyesuaikan diri dengan keberadaannya sekarang.

"Aku mau memasak. Kau mau kumasakkan sesuatu?" tanya Jisoo dengan ragu. Ia membenarkan posisinya dan berlagak mengusap rambutnya untuk menyibukkan diri. Pria itu hanya menggelengkan kepala kemudian nyelonong masuk ke dalam kamar mandi.

Jisoo langsung mengambil udara sebanyak mungkin. Gila... baru tiga hari bersama Hanbin, dia sudah dibuat sesak nafas berkali-kali. Gadis itu hanya bisa mendesah dan segera mengganti pakaiannya.

Setelah selesai, Jisoo langsung menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Saat sampai di dapur berukuran cukup luas tersebut, ternyata sudah ada beberapa pelayan yang menyiapkan makanan. Ia benar-benar tak menyangka, hanya untuk acara sarapan pagi saja jumlah orang yang menyiapkan harus sebanyak ini?

"Nona sudah bangun?" tanya seorang wanita tua dengan pakaian dapurnya. Jisoo hanya tersenyum dan menganggukkan kepala.

"Sarapan akan siap sebentar lagi. Sebaiknya nona menunggu di ruang makan. Kami akan segera menyiapkannya." ujar wanita tadi dengan senyum diwajahnya. Niat Jisoo untuk memasak dihari pertamanya tinggal di mansion sepertinya sia-sia.

"Apa ada yang bisa kubantu, Bibi? Tadi aku berniat memasak sarapan, tapi ternyata juru masak disini sudah sebanyak ini." Jisoo tersenyum kikuk sambil menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak terasa gatal.

"Tidak perlu, nona. Sebaiknya nona menunggu saja di ruang makan. Kami yang akan menyiapkan semuanya. Ini sudah menjadi tugas kami disini. Jika nona mengambil alih tugas kami, bisa-bisa kami kehilangan pekerjaan?" canda wanita tua itu disertai tawa ringan. Jisoo ikut terkekeh mendengar ucapannya.

 Jisoo ikut terkekeh mendengar ucapannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
✔ Beauty & The JerkWhere stories live. Discover now