Part 23

390 77 15
                                    

Aku sudah memikirkan semua konsekuensi dari keputusanku. Aku tahu hal ini tidak akan berjalan dengan mudah. Tapi aku akan terus berusaha keras.
.....





Pagi ini jisoo terbangun dan menemukan dirinya terbaring sendirian di ranjang kamar. Ia tidak menemukan sosok Hanbin disampingnya seperti biasa. Bahkan setiap sudut ruangan sudah ia telusuri, tapi pria itu belum juga menampakkan batang hidungnya.

Satu desahan panjang terdengar dari bibir mungil wanita itu. Hanbin baru saja mengirim sebuah pesan singkat padanya.

Pagi-pagi sekali Hanbin sudah berangkat ke kantor. Padahal semalam dia pulang dini hari. Jisoo kembali membuang nafas menyadari betapa sibuknya sang suami selama ini. Jujur dia sendiri mulai merasa jengah terus menerus ditinggal sendirian seperti ini.

Dengan langkah malas, Jisoo berjalan menuju dapur. Dibukanya pintu kulkas dihadapannya sekarang.

"Hhh... sepertinya aku harus keluar untuk berbelanja." celetuk Jisoo saat menyadari jika kulkas di rumah baru mereka masih kosong.

Setelah membersihkan diri, Jisoo segera bersiap untuk pergi. Ia memilih naik taksi, karena jarak rumah dan jalan raya cukup jauh.

Berbelanja sendirian sepertinya akan melelahkan. Apalagi pikirannya masih terngiang-ngiang dengan kejadian semalam. Terlepas dari rasa penasarannya tentang hubungan sang suami dengan wanita itu, Jisoo berusaha membuang prasangka buruknya jauh-jauh.

"Kita sudah sampai, Nona."

Suara sopir taksi itu langsung menarik atensi Jisoo menuju dunia nyata. Ia melihat keluar jendela sekejap kemudian mengambil beberapa lembar uang dan memberikannya pada pria tua tadi.

"Terimakasih banyak." ucapnya sambil melempar senyuman simpul. Wanita itu langsung melangkah keluar mobil dan bergegas memasuki swalayan.

"Hn... banyak juga keperluan yang harus kubeli." celetuk Jisoo sembari membaca daftar belanjaan yang ia buat sendiri pagi tadi.

Tanpa membuang waktu, wanita itu langsung menjelajahi setiap sudut swalayan untuk menemukan setiap barang yang akan dibeli. Meskipun sebelum menikah ia sudah sering berbelanja keperluan rumah sendiri, tapi entah mengapa kali ini rasanya sedikit berbeda.

Perhatian Jisoo sekarang tertuju pada sepasang suami istri dan seorang anak kecil yang duduk di dalam troli belanjaan mereka. Pria dan wanita itu tampak sangat menikmati waktu kebersamaannya. Keduanya asyik bercengkrama bahkan sesekali beradu argumen untuk hal sepele.

"Ayolah sayang, kali ini saja. Aku benar-benar ingin makan ramen, eoh?"

Sang pria berusaha membujuk istrinya dengan memasang wajah imut. Jisoo yang melihatnya ikut geli sendiri.

"Tidak. Kau lupa saran dokter? Mulai sekarang tidak ada ramen-ramenan. Dan kau harus mulai menjaga pola makanmu! Sowon, mulai sekarang kau akan jadi mata-mata ibu. Jika ayahmu berani makan ramen lagi, kau harus melapor pada ibu, mengerti?"

Gadis kecil di dalam troli hanya terkekeh sambil mengangguk mantap. Sang suami akhirnya menyerah dengan raut memelas.

Jisoo menyunggingkan bibir melihat adegan lucu pasangan suami istri tadi. Mereka terlihat seperti pasangan pada umumnya. Dan itu sangat 'normal'.

Sejenak bayangan Hanbin terbesit dikepalanya. Jika dibandingkan dengan pria beristri tadi, mungkin penampilan dan kedudukannya tidak akan pernah sebanding dengan Hanbin. Tapi Jisoo merasa pria itu memiliki banyak hal yang ia harap dimiliki juga oleh Hanbin.

✔ Beauty & The JerkWhere stories live. Discover now