Aku bisa membantumu, asal kau mau melakukan satu hal untukku.
.....
Hari ini June masih cuti bulan madu. Akhirnya pekerjaan Jisoo dan teman-temannya juga ikut bertambah. Seharian ini tubuhnya sangat lelah karena harus berdiri. Setelah pulang dari restaurant pukul 10 malam, Jisoo langsung pergi menuju tempat kerja keduanya.
Ya, wanita itu masih memiliki pekerjaan sampingan di tempat lain. Langkahnya sudah terasa berat. Namun, ia memerlukan banyak uang saat ini. Tidak ada waktu untuk bermalas-malasan.
Kau bisa, Soo.
Lampu disko memenuhi seisi ruangan. Jisoo baru saja selesai mengganti pakaian. Baju yang tadinya tertutup rapat, kini tampak sangat berbeda. Penampilannya bisa saja memancing mata-mata liar yang banyak berkeliaran di tempat tersebut. Ia memakai pakaian yang memperlihatkan bahu mulusnya dengan balutan rok mini di atas lutut.
Setelah siap dengan penampilannya, Jisoo langsung menyusul temannya berdiri di balik meja bar. Ya, dia merangkap pekerjaan sebagai bartender di sebuah bar malam di tengah kota Seoul. Pekerjaan yang sungguh tak ingin ia jalani, tapi terpaksa harus ia geluti demi beberapa lembar uang.
Kenapa semuanya terasa berat?
Hari ini Jisoo meminta gajinya untuk dibayarkan lebih awal. Ia benar-benar membutuhkan uang dalam jumlah yang sangat banyak. Tapi, uang gaji dari dua tempat kerjanya ternyata belum ada apa-apanya. Darimana lagi Jisoo harus mendapatkan uang untuk membayar semua hutangnya.
Sepulang kerja, Jisoo melangkah pelan memasuki sebuah bangunan. Ia menyusuri lorong dan memasuki sebuah ruangan yang disisi kanan kirinya terdapat almari kaca. Jisoo berhenti disalah satu sisi. Ia menatap sebuah guci putih dan sebuah foto wanita yang terlihat sangat cantik.
Min Hyorin
Nama ibu Jisoo tertera disana. Wanita itu tak bisa menyembunyikan cairan bening yang mulai luruh dari matanya. Ia sangat merindukan sang ibu. Ia tak tahu harus bercerita pada siapa tentang semua masalahnya. June sekarang telah memiliki keluarga, ia tak mungkin membebani pria itu dengan masalahnya lagi.
"Ibu... apa ibu melihatku dari sana? Ini semua terasa sangat berat..." Jisoo menundukkan wajahnya sambil terisak. Hingga seseorang mengusik kesendiriannya. Rupanya pria tersebut adalah seorang petugas dari columbarium. Jisoo langsung membungkukkan badan memberi salam.
"Maaf, apa Nona yang bertanggung jawab dengan makam Nyonya Min Hyorin?" tanya pria paruh baya tersebut dengan sopan. Jisoo mengangguk meng-iya-kan. Pria itu tampak menghela nafas lega kemudian.
"Begini, pembayaran untuk administrasi beberapa bulan ini harus segera diurus Nona. Jika tidak, kami terpaksa memindah dan menggantinya dengan orang lain." jelas petugas tersebut pada Jisoo.
Hanya terdengar helaan nafas panjang dari bibir wanita tersebut. Lagi-lagi semua ini tentang uang. Apakah ada satu hal saja dalam hidupnya yang tidak perlu berkaitan dengan uang?
"Maaf, Paman. Tapi apa Paman bisa memberi saya waktu? Saya berjanji akan segera melunasi tunggakan pembayaran untuk pengurusan makam ibu saya. Tapi saya butuh waktu." Jisoo tampak memohon kemurahan hati dari petugas tersebut.
"Kami akan memberikan waktu satu minggu. Tolong segera selesaikan masalah administrasinya, Nona. Kalau begitu saya permisi dulu." Pria paruh baya tadi langsung pergi berlalu meninggalkan Jisoo sendirian di tempat tersebut.
Jisoo kembali menatap guci abu milik ibunya. Tangannya menempel pada kaca dihadapannya.
Langkahnya terasa semakin berat. Kini Jisoo melangkah menyusuri tepi jalanan menuju rumahnya. Pikirannya campur aduk dengan berbagai persoalan yang harus ia selesaikan secara bersamaan. Masalah hutang ayahnya dengan Seungri, penyakit Taeyang yang Jisoo tak tahu harus berbuat apa, sekarang ditambah masalah administrasi untuk makam ibunya.
YOU ARE READING
✔ Beauty & The Jerk
Fanfiction[BINSOO STORY] Jisoo selalu kesulitan menggambarkan sosok Hanbin. Kesempurnaannya terbungkus rapi hingga membuat siapa saja yang melihat tak akan menyangka jika pria itu menyimpan kotak hitam didalam rongga hatinya. Bahkan ikatan pernikahan tak mamp...