Part 21

416 84 13
                                    

Aku paham.
Maaf, tapi aku tidak berpikir sejauh itu.

.....

Setelah selesai membersihkan diri, Hanbin langsung membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Sudah beberapa hari ini kepalanya sering pusing hingga membuatnya tidak bisa lembur di kantor. Pria itu memejamkan mata sambil menahan rasa sakit dikepalanya.

"Bin, kau sudah selesai mandi?"

Jisoo muncul dari pintu kamar dan melangkah mendekati suaminya yang belum berkutik dari tempat tidur. Ia menyusul pria itu dan duduk ditepi ranjang sambil memperhatikan pergerakan Hanbin.

"Aku sudah memanaskan makanannya. Kau harus makan sebelum tidur." Jisoo mencoba membangunkan suaminya dengan menepuk bahu Hanbin pelan. Pria itu hanya melenguh tanpa mengindahkan perkataan sang istri.

Jisoo semakin penasaran dengan sikap Hanbin. Ia berusaha melihat wajah pria itu, namun sedikit kesulitan karena lengan Hanbin masih bertengger diatas kepalanya. Merasa tidak ada pergerakan yang berarti, Jisoo mulai berasumsi jika Hanbin sudah terlelap.

Dengan hati-hati ia menurunkan lengan pria itu hingga wajah tampannya dapat terlihat dengan jelas. Wajahnya masih tampak pucat seperti tempo hari. Jisoo menjadi sedikit khawatir kemudian mengangkat tangan dan menyentuh dahi Hanbin dengan punggung tangannya.

"Kau demam..."

Suhu badannya sangat tinggi. Hal itu membuat Jisoo semakin khawatir. Ia kemudian menyentuh pipi kanan kiri serta tengkuk Hanbin untuk memastikannya sekali lagi.

"Bin, apa kau sudah tidur?"

Tangan Jisoo masih bertengger diatas pundak sang suami. Meremasnya pelan berharap Hanbin belum benar-benar tidur. Sekali lagi pria itu hanya melenguh sambil mengubah posisinya menjadi miring.

"Eunghh... jangan menggangguku. Aku ingin tidur." celetuk Hanbin dengan mata tertutup.

"Sebaiknya kita ke rumah sakit. Demammu sangat tinggi." Jisoo mencoba menahan Hanbin agar tidak tertidur. Namun pria itu tetap belum mau membuka matanya.

"Aku baik-baik saja. Jangan berlebihan."

Jisoo mendesah panjang mendengar ucapan itu keluar sekali lagi dari mulut suaminya. Dia selalu mengatakan baik-baik saja, padahal sudah jelas demamnya sangat tinggi.

"Bin, kali ini dengarkan aku. Kita ke rumah sakit sekarang." Wanita itu berusaha mengangkat bahu Hanbin agar bangun dari posisinya. Tapi bukannya sang suami yang beranjak duduk, sekarang justru Jisoo yang ikut berbaring di samping pria itu.

Aroma wangi langsung menyapa indera penciuman Jisoo. satu tangannya sudah berada digenggaman Hanbin, karena memang pria itulah yang menarik tubuh Jisoo hingga terbaring disampingnya.

"Kau cerewet sekali."

Jisoo mendengus kesal mendengar celoteh pria dihadapannya. Ia berusaha bangun namun selalu gagal karena Hanbin justru memeluk pinggangnya semakin erat.

"Bin, lepaskan. Kita harus ke rumah sakit sekarang." rutuk Jisoo seraya meremas kaos putih milik Hanbin.

"Aku sangat lelah. Jadi jangan mengganggu tidurku." Kedua mata itu masih setia terpejam meskipun sejak tadi bibirnya selalu merespon ucapan Jisoo. Mendengar ucapan sang suami, akhirnya Jisoo hanya bisa membuang nafas pasrah.

"Hhh... kalau begitu biarkan aku mengompres kepalamu. Sekarang lepaskan pelukan ini." ucap Jisoo menuruti kemauan Hanbin untuk tidak pergi ke rumah sakit. Terdengar helaan nafas dari pria itu sebelum akhirnya pelukan itu terlepas.

✔ Beauty & The JerkWhere stories live. Discover now