Pernikahan ini akan berjalan sebagaimana mestinya,
.....
Kaca jendela di sudut ruangan itu tampak mulai mengembun. Di luar sana hujan turun semakin deras. Suara gemericik air yang membasahi jalanan terdengar cukup keras saling bersahutan. Beberapa pegawai masih terjebak di dalam restaurant meskipun jam kerja mereka harusnya sudah selesai tiga puluh menit yang lalu.
Jisoo duduk disalah satu meja seraya melirik kedua pria yang berada dihadapannya sekarang. Pria beralis tebal itu kini tengah menatapnya tajam sambil sesekali mengalihkan pandangan pada pria lain di sampingnya. Satu lagi pria bermata gelap dengan rambut senada yang sedikit basah karena tempaan air hujan. Pria itu masih sibuk dengan ponsel ditangannya.
"Jadi kalian akan tetap diam seperti ini, tanpa menjelaskan apapun padaku?" tanya June pada Jisoo dan pria di sampingnya. Ketiganya kini masih terjebak hujan di dalam restaurant.
Hanbin yang tadinya berniat menjemput Jisoo untuk pergi ke suatu tempat, justru ikut terjebak disana. June sama sekali belum tahu menahu tentang hubungan dua manusia dihadapannya sekarang. Karena itulah ia ingin menuntut sebuah penjelasan.
"Kami akan segera menikah." jawab Hanbin ringan. Pria itu sama sekali tak mengalihkan perhatiannya dari layar ponsel.
"APAAA?!" June menaikkan intonasi suaranya karena terkejut. Sebuah kabar yang sangat mustahil tapi ia tak pernah melihat Hanbin berbohong. Jadi apa ia harus mempercayai ucapan pria itu?
Jisoo masih diam meskipun dalam hatinya terus beradu. Ia tahu June tidak akan semudah itu percaya dengan kabar ini. Bagaimana pun juga dia adalah orang terdekat Jisoo. June tahu siapa saja yang dekat dengan wanita itu. Dan tentu saja Hanbin tak pernah ada dalam list pertemanan apalagi kisah asmara wanita tersebut.
Melihat Hanbin yang masih sibuk dengan ponselnya, membuat June geram sendiri. Ia yang sedikit kesal dan akhirnya merampas benda kotak itu dari tangan Hanbin.
"Aku disini bukan dilayar ponselmu. Sekarang jelaskan semuanya. Sejak kapan kalian saling mengenal? Sepertinya saat di pernikahanku kemarin kalian belum saling kenal?" June terlihat sangat penasaran dengan hubungan sepupu dan sahabatnya tersebut.
"Kami memang baru dekat akhir-akhir ini." Hanbin terlihat sangat santai menanggapi pertanyaan sepupunya. Namun, June justru mengerutkan keningnya menelisik.
Rasa-rasanya Hanbin bukanlah tipe Jisoo. Pria berdarah dingin seperti itu, mana mungkin ada wanita yang mau. Kecuali karena embel-embel wajah tampan atau posisi CEO yang ia sandang sekarang. Dan June yakin Jisoo tak akan peduli hanya karena dua hal itu.
"Jisoo..." June mengalihkan pandangannya pada sahabatnya. Ia ingin wanita itu saja yang menjelaskan semuanya. Bicara degan Hanbin hanya akan membuat darahnya naik. Pria itu hanya berbicara jika ditanya saja, selebihnya dia adalah orang yang perhitungan dalam mengeluarkan suara.
"Hanbin benar, June. Pernikahan kami akan diadakan pekan depan. Dan tentang berapa lama waktu perkenalan kami, kurasa itu bukan suatu masalah yang harus dibesar-besarkan."
Jisoo mencoba setenang mungkin menjelaskan hubungannya pada June. Ia tak ingin berbohong pada sahabatnya, tapi ia juga tak mungkin menjelaskan secara gamblang tentang semua masalahnya.
"Ya, aku tahu. Tapi semua ini masih terlalu mendadak. Dan aku merasa ada sesuatu yang kalian sembunyikan." celetuk June seraya melirik ke arah Hanbin. Pria itu menanggapinya dengan santai. Ekpresi Hanbin kali ini benar-benar datar, membuat June sebal sendiri.
"Sebenarnya kau ini siapa Jisoo, kenapa semua hal harus dia jelaskan padamu? Bahkan keputusan untuk menikah, apa ia juga harus mendapat restu dulu darimu?" June mendelik mendengar penuturan Hanbin. Ya, meskipun semua yang dikatakannya itu benar. Tapi sebagai seorang sahabat, apa salahnya ia bertanya.
YOU ARE READING
✔ Beauty & The Jerk
Fanfiction[BINSOO STORY] Jisoo selalu kesulitan menggambarkan sosok Hanbin. Kesempurnaannya terbungkus rapi hingga membuat siapa saja yang melihat tak akan menyangka jika pria itu menyimpan kotak hitam didalam rongga hatinya. Bahkan ikatan pernikahan tak mamp...