Part 48

355 72 33
                                    

Play backsoundnya tungguin aba-aba author ya. Biar berasa nonton drakor beneran gitu 😁
Backsound: Jonghyun feat. Taeyeon—Breath

.
.


Bernapas, membuka mataku setiap hari tanpamu, hampir tak bisa kulakukan setiap hari. Ini semua terasa sangat sulit. Ini membuatku menderita.
.....





Yoona masih berada pada posisi yang sama. Ia menyatukan kedua tangannya di depan wajah sambil memejamkan mata. Air mata mengalir lembut menuruni pipinya, seiring kenangan tentang Jiyong yang menari pelan dalam kepalanya.

Wanita itu menghirup nafas dalam. Dadanya masih terasa sesak. Kepergian Jiyong masih menyisakan luka yang mendalam dalam hatinya. Ada banyak hal yang ingin Yoona sampaikan pada pria itu, tapi takdir tak memberikannya waktu lebih. Ia hanya bisa menyesal lagi dan lagi.

Di sisi lain, tepat di seberang Yoona duduk. June berusaha menguatkan dua sepupunya yang masih terdiam tanpa kata. Jujur ia merasa terpukul sekaligus miris. Pasalnya baru beberapa hari ia melihat kedekatan Jiyong dengan Bobby dan Hanbin. Mereka terlihat sangat bahagia.

Hanbin kembali meneteskan air mata untuk kesekian kalinya. Wajah Jiyong terus terbayang-bayang dipikirannya. Masih jelas terasa hangatnya pelukan Jiyong pada tubuh Hanbin. Tapi sayang, itu menjadi pelukan pertama dan terakhir mereka.

Kondisi Bobby tak jauh berbeda. Pria itu juga masih meneteskan air mata sesekali. Tapi ia berusaha keras mengontrol emosinya agar tidak meluap. Ia harus terlihat kuat dihadapan Hanbin. Karena bagaimana pun, Bobby sudah berjanji akan menjaga Hanbin seperti adik kandung sendiri.

"Paman sudah tenang sekarang. Kalian harus kuat demi Bibi Yoona." ucap June sambil meremas pundak Bobby dan Hanbin. Kedua pria itu hanya diam kemudian menghela nafas panjang.

Bobby berdiri lebih dulu, lalu mengulurkan tangannya ke arah Hanbin. Awalnya pria itu menatap Bobby dengan wajah heran. Tapi akhirnya Hanbin menerima uluran tangannya dan berdiri dengan bantuan sang kakak.

"Bibi tidak pulang bersama kami?" tanya June pada wanita paruh baya tersebut. Yoona menggeleng pelan seraya memandangi kedua putranya dengan wajah bersalah.

"Kalian duluan saja. Bibi masih ingin disini." kata Yoona seraya tersenyum tipis. June mengangguk kemudian berjalan menyusul Bobby dan Hanbin.

"June..." panggil Yoona yang seketika menghentikan langkah pria beralis tebal tersebut. June menoleh dan menatap bibinya penasaran.

"Aku titip Hanbin dan Jiwon."

June mengernyitkan dahi heran. Namun ia merasa tak enak jika harus menanyakan maksud ucapan wanita itu. Akhirnya pria itu hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala.

Setelah kepergian tiga pria tadi, Yoona kembali memandang sayu ke arah gundukan tanah tempat Jiyong bersemayam. Matanya masih terlihat sembab dan sedikit bengkak. Namun, ia berusaha untuk tetap tersenyum.

"Jiyong-ah, terimakasih karena sudah memaafkanku. Sekarang aku akan melakukan apa yang seharusnya kulakukan. Aku akan menyelesaikan semua kekacauan yang pernah kuperbuat... Sekali lagi, terimakasih."



&&&&&



Sejak acara pemakaman Jiyong tiga hari yang lalu, Hanbin terus mengurung diri di dalam kamar. Kondisinya bahkan lebih buruk dibandingkan saat kepergian Hayi. Bibi Jung juga mulai kehabisan akal untuk membujuk anak itu agar mau makan. Hanbin benar-benar tak mau membuka pintu atau sekedar menjawab panggilan Bibi Jung.

✔ Beauty & The JerkWhere stories live. Discover now