Jangan lupa baca juga novelku yang berjudul flower five di akunku satunya yakni Zaeemaazzahra
👻👻👻👻👻Darto berjalan mengelilingi asrama seraya mengagumi keindahan arsitektur bangunan yang begitu kokoh meski sudah ratusan tahun berdiri. Dilihatnya seorang pemuda membuang sampah sembarangan di atas lantai. Darto mengedikkan bahu tak peduli.
Sebuah pintu di lantai satu tiba-tiba membuatnya penasaran. Perlahan, Darto menghampiri pintu itu dan membukanya. Di dalam sana terdapat banyak sekali buku-buku lama yang sudah lapuk dan berdebu. Darto tersenyum tipis, mengingat hobinya yang gemar membaca buku. Sangat disayangkan jika buku-buku itu dibiarkan lapuk begitu saja.
Saat Darto hendak pergi, ia terpental kaget ketika sesosok pria transparan menyerupai dirinya tiba-tiba berdiri tepat di hadapannya. Darto ingin berteriak. Namun tenggorokannya seolah tercekat. Dia terjatuh ke atas lantai seraya perlahan mundur dengan tangan gemetar. Jantungnya seolah sudah copot. Pria transparan itu bahkan melayang!!
"Aku Kakekmu, Darto," kata pria transparan itu.
"Kakek?" Dahi Darto berkernyit. Mengingat kembali foto-foto lama yang pernah ayahnya perlihatkan beberapa waktu lalu. Namun hal itu masih tak mengurangi rasa takutnya.
"Kamu tidak perlu takut padaku."
"Mana mungkin aku tidak takut pada seorang ... hantu meskipun berwujud seperti kakekku sendiri?" batin Darto. Dia terus bergerak mundur sampai akhirnya dia terhenti ketika punggungnya menyentuh tembok.
"Jangan takut, Darto," pinta si kakek. Sebuah aura magis tiba-tiba menipiskan rasa takut Darto.
"Apa maumu?"
"Sampai saat ini ... aku tidak bisa menjadi arwah yang tenang karena ada hal-hal yang belum terselesaikan."
Darto ingin berlari. Namun kakinya melemas. Berulang kali Darto ingin berdiri. Tapi dia selalu kembali terjerembab ke atas lantai.
"Kamu harus tolong kakekmu ini, Darto. Sebelum ada korban lagi di asrama ini," imbuh Kakek Darto.
"Maksudnya?"
"Teman-teman kakek masih belum ikhlas dengan kematiannya. Mereka akan tenang setelah berhasil membunuh seluruh keturunan pejabat Eleonora. Di samping itu, mereka juga akan membunuh orang-orang yang mengusik mereka."
"Aku ... aku masih belum mengerti."
"Banyak orang yang tinggal di asrama ini tapi... mereka tidak menjaga tempat ini."
Memori Darto kembali saat ia mengelilingi asrama. Dia teringat seorang pemuda yang membuang sampah ke sembarang tempat.
"Teman-teman Kakek sebenarnya ingin membunuh mereka yang tidak menghargai tempat ini, tempat peristirahatan terakhir mereka. Tapi Kakek memohon pada mereka untuk menahan amarah. Akhirnya ... mereka menyetujui permohonan Kakek," jelas pria transparan itu.
"Lalu?" tanya Darto penasaran.
"Mereka setuju. Asalkan orang-orang yang tinggal di asrama ini tidak melewati batas peristirahatan terakhir mereka, yakni ruang rahasia yang di dalamnya terdapat ruang bawah tanah."
"Ruang bawah tanah?" Darto terpental kaget. Tak menyangka jika di dalam bangunan semegah itu terdapat ruang bawah tanah.
Pria transparan itu membuka rak buku dengan sekali sentuh. Rak buku itu perlahan bergerak dan memperlihatkan sebuah ruangan tersembunyi yang cukup luas. Darto terperangah tanpa kata.
"Mulai sekarang ... aku memberimu tugas untuk melarang para anak manusia itu mendekati pintu gudang ini," kata Kakek Darto.
"Pak? Pak? Pak?"
Darto terkesiap dengan napas ngos-ngosan. Orang yang pertama kali dia lihat setelah bangun adalah mahasiswa muda berkaos hitam dan bercelana jeans. Darto menoleh ke kanan dan ke kiri. Pria transparan itu tidak ada. Darto kemudian bernapas lega. Ternyata apa yang dia lihat hanyalah mimpi belaka.
"Pak, bakso saya mana?" tanya mahasiswa itu.
"Dek Gusti ya?" tebak Darto.
"Iya." Mahasiswa itu mengangguk.
"Ini." Darto cepat-cepat memberikan sekeresek bakso pada mahasiswa tersebut.
"Semuanya berapa, Pak?"
"Semuanya lima ribu."
"Ini, Pak." Mahasiswa tersebut memberikan uang pada Darto dan kembali memasuki asrama.
👻👻👻👻👻
Zaimatul Hurriyyah
Selasa, 14 Januari 2019Amanat apa yang dapat kalian petik dari chapter ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Penghuni Asrama
HorrorAldian bukan anak indigo yang bisa melihat "mereka". Tapi Aldian bisa merasakan ada sesuatu di asrama barunya. "Mereka" mengincarnya. "Mereka" menginginkannya masuk ke alam "mereka". Aldian menyimpulkan bahwa penghuni asrama bukan hanya manusia, ta...