15. Keanehan

27.5K 1.5K 26
                                    

Suasana menghening sejenak dalam ruangan itu. Hanya ada suara gigi Redi yang menggigil, sesekali mengigiti kuku jarinya sendiri.

"Sebenarnya, gue penasaran dengan ruang rahasia itu. Apalagi di dalam sana ada ruang bawah tanah. Mungkin saja gue bisa menemukan petunjuk tentang kematian Tony di sana," kata Rafka memulai pembicaraan.

"Lo jangan gila, Raf! Di sana sangat berbahaya! Lo nggak lihat gimana jadinya Redi sekarang?" Aldian menunjuk seorang pemuda di ujung ruangan.

"Bagaimana pun juga, gue mau masuk ke sana. Gue akan mencari tahu misteri kematian Tony. Siapa tahu, gue bisa menemukan jasadnya walaupun hanya tersisa tulang belulang."

"Kalau lo mau masuk ke sana, masuk aja sendiri. Gue nggak ikut-ikutan. Menurut gue, masalah ini cukup sampai Redi jadi korban. Gue nggak mau ada korban-korban lagi."

"Terserah lo mau ikut apa enggak. Gue mau nyari Tony." Rafka berdiri, mengambil jaket, lalu bergegas pergi.

"Rafka! Lo gila?" Aldian mengejar Rafka dan menghentikannya.

"Iya. Gue gila. Semenjak kematian Tony, sampai sekarang gue nggak bisa tidur nyenyak."

"Ruang bawah tanah itu sangat berbahaya, Raf," imbau Aldian untuk yang kesekian kali. Dia memegangi lengan Rafka. Takut jika cowok itu nekat untuk pergi ke tempat terlarang.

"Gue nggak peduli. Yang terpenting, gue bisa menemukan jasad Tony dan menguburkannya dengan cara yang benar." Rafka menghempaskan tangan Aldian, lalu pergi begitu saja.

Aldian menghela napas. Dengan tubuh lesu, dia kembali ke kamar, merebahkan diri di atas kasur seraya melihat langit-langit kamar dengan cahaya lampu remang-remang. Pikirannya kacau. Dalam lubuk hatinya, dia ingin membantu Rafka mencari jasad Tony. Tapi di sisi lain, nyalinya tak cukup berani. Dia takut berakhir seperti Redi.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Aldian. Dia kembali menghela napas, berjalan malas menuju pintu, lalu membukanya. Pak Darto sudah berdiri di depan sambil membawa kamera yang biasa Redi gunakan untuk merekam.

"Ini." Pak Darto memberikan kamera itu pada Aldian. "Saya menemukannya di ruang rahasia."

Mata Aldian memicing curiga pada Pak Darto yang kini berjalan menuju tangga. Rasanya cukup aneh jika Pak Darto keluar dari ruang bawah tanah itu dengan selamat tanpa kurang suatu apapun.

👻👻👻👻👻
Zaimatul Hurriyyah
Selasa, 24 Desember 2019

Penghuni AsramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang